Liputan6.com, Addis Ababa - Rincian rekaman suara pilot tentang saat-saat terakhir dari penerbangan Ethiopian Airlines ET 302 yang jatuh tiga pekan lalu beredar dalam sebuah laporan surat kabar.
Seperti yang dilaporkan oleh koran the Wall Street Journal, pilot ET 302 berpesawat Boeing 737 MAX 8 terdengar berteriak kepada rekan pilotnya: "pitch up, pitch up!" sebelum radio komunikasi mereka mati -demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (31/3/2019).
Sistem anti-stall di pesawat, telah dipersalahkan atas bencana yang menewaskan semua 157 orang di dalamnya.
Advertisement
Segera setelah lepas landas - dan hanya 450 kaki (137 m) di atas tanah - hidung pesawat mulai turun.
Pesawat itu jatuh hanya enam menit dalam penerbangannya.
Baca Juga
First Officer ET 302, Ahmed Nur Mohammed menghubungi menara kontrol dan dalam transmisi berderak melaporkan "masalah kontrol penerbangan," menurut the Journal, mengutip orang yang dekat dengan penyelidikan yang sedang berlangsung.
Menara kemudian meminta detail masalah ketika Kapten Pilot, Yared Getachew mencoba membawa pesawat naik dan memperbaiki jalur penerbangan, surat kabar itu melaporkan.
Dua menit pertama penerbangan mengalami goyangan untuk selanjutnya berubah menjadi guncangan liar. Kemudian, pesawat diduga mengalami nose-dive, dengan hidung pesawat yang pertama kali menyentuh tanah ketika ET 302 jatuh. Penerbangan nahas Ethiopian Airlines itu hanya berlangsung kurang dari enam menit.
Pilot yang meneriakkan kata-kata "pitch up, pitch up!" tidak teridentifikasi.
Malfungsi Sistem?
The Wall Street Journal mengatakan, informasi yang dimilikinya "melukiskan gambaran kegagalan yang dengan cepat membanjiri awak pesawat".
Informasi yang bocor pekan ini dari penyelidikan kecelakaan di Ethiopia dan di Amerika Serikat menunjukkan sistem anti-stall otomatis diaktifkan pada saat kecelakaan.
Fitur anti-stall bernama Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) juga terlibat dalam kecelakaan fatal yang melibatkan penerbangan Lion Air di Indonesia Oktober lalu.
Boeing 737 MAX pada Lion Air JT 610 jatuh tak lama setelah lepas landas dari Jakarta, menewaskan 189 orang di dalamnya.
Laporan investigasi awal terhadap penerbangan Lion Air menunjukkan sistem anti-stall tidak berfungsi, dan memaksa hidung pesawat turun lebih dari 20 kali sebelum jatuh di lepas pantai Jakarta.
Pihak berwenang Ethiopia telah mengatakan ada "kesamaan yang jelas" antara insiden Lion Air dan kecelakaan Ethiopian Airlines.
Maskapai penerbangan dan pihak berwenang telah menolak untuk mengomentari kebocoran dari laporan awal penyelidikan.
Kekhawatiran keselamatan tentang Boeing 737 MAX usai kecelakaan Lion Air dan Ethiopian Airlines telah menyebabkan pesawat itu dikandangkan (grounded) di seluruh dunia.
Â
Simak video pilihan berikut:
Respons Boeing
Boeing telah mendesain ulang perangkat lunak sehingga akan menonaktifkan MCAS jika menerima data yang bertentangan dari sensornya.
Sebagai bagian dari peningkatan, Boeing akan memasang sistem peringatan tambahan pada semua pesawat varian 737 MAX, yang sebelumnya merupakan fitur keselamatan opsional.
Tak satu pun dari dua pesawat (Lion Air JT 610 dan Ethiopian Airlines ET 302) yang terlibat dalam tabrakan fatal memiliki sistem peringatan tambahan tersebut --yang dirancang untuk memperingatkan pilot ketika sensor menghasilkan pembacaan yang kontradiktif.
Pembaruan pesawat dirancang untuk memastikan MCAS tidak akan lagi berulang kali melakukan koreksi ketika seorang pilot mencoba untuk mendapatkan kembali kendali.
Boeing juga merevisi pelatihan pilot untuk memberikan "pemahaman yang ditingkatkan tentang sistem penerbangan dan prosedur awak 737 MAX".
Awal pekan ini, Boeing mengatakan bahwa peningkatan itu bukan pengakuan bahwa sistem MCAS pada 737 MAX telah menyebabkan crash.
Penyelidik belum menentukan penyebab kecelakaan, tetapi laporan awal dari otoritas Ethiopia diperkirakan akan rilis dalam beberapa hari mendatang.
Boeing telah mencoba memulihkan reputasinya yang hancur, sambil terus bersikeras bahwa 737 MAX aman.
Advertisement