Jatuhnya Boeing 737 MAX 8 Akibat Kesalahan Pilot Ambil Keputusan?

Mantan kepala FAA mengatakan bahwa tragedi jatuhnya Boeing 737 MAX juga disebabkan oleh faktor keputusan utama yang dibuat oleh pilot.

oleh Siti Khotimah diperbarui 16 Mei 2019, 13:57 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2019, 13:57 WIB
Boeing 737 MAX-8 pertama di Indonesia yang dioperasikan oleh Lion Air.
Boeing 737 MAX-8 pertama di Indonesia yang dioperasikan oleh Lion Air.

Liputan6.com, Washington DC - Penyebab insiden kecelakaan pesawat Boeing 737 MAX 8 di Indonesia dan Ethiopia semakin menemukan titik terang. Baru-baru ini, seorang mantan kepala Administasi Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) mengatakan bahwa tragedi nahas itu juga disebabkan oleh faktor keputusan utama yang dibuat oleh pilot.

Untuk diketahui, Boeing yang dimaksud adalah Lion Air JT610 dan Ethiopian Airlines ET302, yang keduanya menewaskan 346 orang.

Dalam insiden Lion Air, fitur anti-stall pada Boeing 737 MAX otomatis aktif dalam kondisi yang tidak seharusnya, demikian sebagaimana dikutip dari situs The Straits Times pada Kamis (16/5/2019). Menurut pejabat FAA Daniel Elwell pada Rabu, 15 Mei 2019, pilot seharusnya merespons dengan mematikan motor ke bagian pesawat yang memaksanya turun.

"Namun mereka tidak (melakukannya)," kata Elwell.

Sementara itu dalam insiden Ethiopian Airlines, pilot "tidak mematuhi petunjuk darurat" yang dikeluarkan oleh FAA pada bulan November, jelas sumber tersebut.

Sementara pilot mematikan motor, mereka tidak mengontrol kecepatan pesawat, kata Elwell tentang pilot Ethiopian Airlines. "(Lalu), sekitar satu menit sebelum akhir penerbangan, mereka menyalakannya kembali. Kedua hal itu sangat disayangkan," katanya.

Pernyataan Elwell ini diberikan saat ia menghadapi pertanyaan tajam dari anggota parlemen di Capitol Hill tentang bagaimana agensinya mensertifikasi keselamatan Boeing 737 MAX.

Sebetulnya, pertanyaan subkomite penerbangan DPR berfokus pada sistem sertifikasi FAA yang diberlakukan pada Boeing dan pabrikan penerbangan jarak jauh lainnya. Namun, jawaban dari Elwell mengarah pada teknis penerbangan.

Apakah Aman untuk Kembali Beroperasi?

Boeing 737 MAX
Polish Airlines dengan jenis pesawat Boeing 737 MAX varian 8 berjalan di landasan Bandara Internasional Borispol. (iStockphoto)

Dalam kesempatan yang sama, anggota parlemen juga bertanya kepada Elwell bagaimana FAA dan Boeing berencana untuk meyakinkan para pelancong dan otoritas penerbangan di seluruh dunia, bahwa 737 Max aman untuk melanjutkan penerbangan.

"Saya ingin menekankan sejak awal bahwa FAA menyambut adanya pemeriksaan yang bisa membantu membuat kami menjadi lebih baik. Itulah bagaimana kepemimpinan kami akan bertahan," kata Elwell.

Kubu Republikan hadir dalam sidang komite itu, dan mereka membela kepentingan FAA. Mereka juga pihak yang mengajukan pertanyaan tentang peran pilot dalam dua kecelakaan itu.

"Tidak peduli apa yang dikatakan oleh negara lain, saya belum melihat apapun yang meragukan kepercayaan saya terhadap penilaian keselamatan FAA hingga saat ini," kata senator Garret Graves.

Anggota keluarga dari mereka yang terbunuh dalam kecelakaan Ethiopian Airlines juga turut menghadiri sidang Komite Transportasi itu. Mereka, regulator internasional, dan anggota parlemen AS, antara lain, telah mendorong jawaban tentang bagaimana FAA mensertifikasi keselamatan pesawat, termasuk MCAS.

Boeing Tidak Segera Memperbaiki 737 MAX

Ilustrasi pesawat Boeing 737 Max 8 (AFP/Stephen Brashear)
Ilustrasi pesawat Boeing 737 Max 8 (AFP/Stephen Brashear)

Beberapa pekan setelah kecelakaan fatal pertama pada pesawat seri 737 MAX, para pilot dari maskapai American Airlines menekan eksekutif Boeing untuk segera melakukan perbaikan.

Dalam pertemuan tertutup pada November lalu, mereka bahkan berpendapat bahwa Boeing harus mendorong pihak berwenang untuk mengambil tindakan darurat, yang kemungkinan akan menghasilkan kebijakan hukum terhadap operasional 737 MAX.

Namun, para eksekutif Boeing menolak dan mengabaikan tuntutan tersebut.

Mike Sinnett, salah seorang petinggi di Boeing, mengakui bahwa pabrikan itu menilai adanya cacat desain potensial pada pesawat terkait, termasuk perangkat lunak anti-stall yang baru.

Tetapi dia menolak keras untuk mengambil pendekatan yang lebih agresif, dengan mengatakan belum jelas bahwa sistem baru pada Boeing 737 MAX yang harus disalahkan atas kecelakaan Lion Air, yang menewaskan 189 orang.

"Belum ada yang menyimpulkan bahwa satu-satunya penyebab dari kecelekaan ini adalah fitur tersebut di pesawat," kata Sinnett, menurut rekaman pertemuan 27 November yang ditinjau oleh harian The New York Times.

Kurang dari empat bulan kemudian, sebuah penerbangan Ethiopian Airlines jatuh, menewaskan semua 157 orang di dalamnya. Sistem anti-stall yang cacat diduga kuat berperan dalam kedua insiden tragis tersebut.

Alhasil, Boeing menghadapi pengawasan ketat terhadap desain dan sertifikasi seri 737 MAX, serta responsnya terhadap dua kecelakaan itu.

Ada beberapa perkembangan investigasi terhadap Boeing 737 MAX dalam beberapa hari terakhir, di mana pilot-pilot dari American Airlines dan Southwest Airlines telah meneriman panggilan pengadilan federal untuk mengisi dokumen bukti.

Dalam sidang Kongres pada Rabu ini, anggota parlemen AS akan membahas regulator federal tentang seperti apa sertifikasi pada Boeing 737 MAX.

Di lain pihak, Boeing menolak mengomentari pertemuan November.

"Kami fokus bekerja sama dengan pilot, maskapai penerbangan, dan regulator global untuk mengesahkan pembaruan pada MAX, dan memberikan pelatihan dan pendidikan tambahan guna mengembalikan keselamatan pesawat secara aman," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya