Pasca-Jatuhnya Lion Air JT 610, Boeing Tolak Perbaikan Segera Pesawat 737 MAX

Boeing disebut menolak tuntutan pilot untuk segera memperbaiki seri 737 MAX pasca-jatuhnya Lion Air JT 610

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 15 Mei 2019, 09:30 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2019, 09:30 WIB
Ilustrasi pesawat Boeing 737 Max 8 (AFP/Stephen Brashear)
Ilustrasi pesawat Boeing 737 Max 8 (AFP/Stephen Brashear)

Liputan6.com, Fort Worth - Beberapa pekan setelah kecelakaan fatal pertama pada pesawat seri 737 MAX, para pilot dari maskapai American Airlines menekan eksekutif Boeing untuk segera melakukan perbaikan.

Dalam pertemuan tertutup pada November lalu, mereka bahkan berpendapat bahwa Boeing harus mendorong pihak berwenang untuk mengambil tindakan darurat, yang kemungkinan akan menghasilkan kebijakan hukum terhadap operasional 737 MAX.

Namun, sebagaimana dikutip dari The Straits Times pada Rabu (15/5/2019), para eksekutif Boeing menolak dan mengabaikan tuntutan tersebut.

Mike Sinnett, salah seorang petinggi di Boeing, mengakui bahwa pabrikan itu menilai adanya cacat desain potensial pada pesawat terkait, termasuk perangkat lunak anti-stall yang baru.

Tetapi dia menolak keras untuk mengambil pendekatan yang lebih agresif, dengan mengatakan belum jelas bahwa sistem baru pada Boeing 737 MAX yang harus disalahkan atas kecelakaan Lion Air, yang menewaskan 189 orang.

"Belum ada yang menyimpulkan bahwa satu-satunya penyebab dari kecelekaan ini adalah fitur tersebut di pesawat," kata Sinnett, menurut rekaman pertemuan 27 November yang ditinjau oleh harian The New York Times.

Kurang dari empat bulan kemudian, sebuah penerbangan Ethiopian Airlines jatuh, menewaskan semua 157 orang di dalamnya. Sistem anti-stall yang cacat diduga kuat berperan dalam kedua insiden tragis tersebut.

Alhasil, Boeing menghadapi pengawasan ketat terhadap desain dan sertifikasi seri 737 MAX, serta responsnya terhadap dua kecelakaan itu.

Ada beberapa perkembangan investigasi terhadap Boeing 737 MAX dalam beberapa hari terakhir, di mana pilot-pilot dari American Airlines dan Southwest Airlines telah meneriman panggilan pengadilan federal untuk mengisi dokumen bukti.

Dalam sidang Kongres pada Rabu ini, anggota parlemen AS akan membahas regulator federal tentang seperti apa sertifikasi pada Boeing 737 MAX.

Di lain pihak, Boeing menolak mengomentari pertemuan November.

"Kami fokus bekerja sama dengan pilot, maskapai penerbangan, dan regulator global untuk mengesahkan pembaruan pada MAX, dan memberikan pelatihan dan pendidikan tambahan guna mengembalikan keselamatan pesawat secara aman," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.

 

 

Perseteruan Boeing dan Pilot

Boeing 737 MAX
Polish Airlines dengan jenis pesawat Boeing 737 MAX varian 8 berjalan di landasan Bandara Internasional Borispol. (iStockphoto)

Pertemuan November yang berlangsung selama satu jam, di dalam ruang konferensi tanpa jendela di markas besar AA di Fort Worth, Texas, disebut cenderung konfrontatif.

Dalam pertemuan tersebut, hadir Sinnett, bersama dengan Craig Bomben, seorang pilot uji coba Boeing, dan salah satu pelobi senior perusahaan, John Moloney. Mereka menghadapi beberapa pemimpin serikat, banyak dari mereka marah besar.

Michael Michaelis, seorang pilot Amerika, berpendapat bahwa Boeing harus mendorong FAA untuk mengeluarkan apa yang dikenal sebagai arahan kelaikan udara darurat.

FAA telah mengeluarkan satu arahan setelah kecelakaan Lion Air, memerintahkan maskapai penerbangan untuk merevisi manual penerbangan mereka, guna memasukkan informasi tentang bagaimana menanggapi kegagalan fungsi sistem anti-stall, atau yang dikenal sebagai MCAS.

Prosedur seperti itu akan mengharuskan Boeing dan maskapai penerbangan di AS untuk mengambil tindakan segera dalam memastikan keselamatan 737 MAX, dan kemungkinan menangguhkan sementara operasionalnya.

"Pertanyaan saya kepada Anda, sebagai Boeing, mengapa Anda tidak mengatakan ini adalah hal yang paling cerdas untuk dilakukan?" Kata Michaelis.

"Katakanlah kita akan melakukan segala yang kami bisa untuk melindungi penumpang, sesuai dengan apa yang dikatakan pilot kepada kami," lanjutnya mempertanyakan.

Sinnett tidak bergerak, mengatakan bahwa masih belum jelas bahwa perangkat lunak baru, yang secara otomatis mendorong hidung pesawat ke bawah, bertanggung jawab atas kecelakaan Lion Air.

Dia menambahkan bahwa dirinya merasa yakin pilot memiliki pelatihan yang memadai untuk menangani masalah tersebut, terutama sekarang karena pilot --yang pada awalnya tidak diberitahu tentang sistem baru-- menyadarinya.

"Anda harus memahami bahwa komitmen kami terhadap keselamatan sama besarnya dengan komitmen Anda," kata Sinnett dalam pertemuan itu. "Hal terburuk yang bisa terjadi adalah tragedi seperti ini, dan yang lebih buruk adalah yang lain."

 

Tuduhan Balik Boeing

Boeing 737 MAX-8 pertama di Indonesia yang dioperasikan oleh Lion Air.
Boeing 737 MAX-8 pertama di Indonesia yang dioperasikan oleh Lion Air.

Sementara itu, banyak pilot mengaku frustrasi bahwa Boeing tidak memberi tahu mereka tentang perangkat lunak baru di pesawat 737 MAX, sampai setelah Lion Air jatuh.

"Orang-orang ini bahkan tidak tahu sistem cacat itu ada di pesawat," kata Michaelis, yang juga merupakan kepala keselamatan serikat pekerja penerbangan AS.

Pilot Amerika lainnya, Todd Wissing, menyatakan frustrasi karena tidak menyebutkan sistem yang dimasukkan dalam manual pelatihan untuk 737 Max.

"Saya akan berpikir bahwa mungkin ada prioritas dalam menempatkan penjelasan tentang hal-hal yang bisa membunuh Anda," kata Wissing.

Eksekutif Boeing, Sinnett dan Bomben, menjelaskan bahwa perusahaan tidak percaya jika pilot perlu tahu tentang perangkat lunak, karena mereka sudah dilatih untuk menangani skenario seperti yang terjadi pada Lion Air JT 610.

"Asumsinya adalah bahwa kru penerbangan telah dilatih," kata Sinnett dalam pertemuan itu.

Dia menambahkan kemudian: "Benar atau salah, itu adalah kriteria desain dan itulah bagaimana pesawat disertifikasi dengan sistem dan kerja sama pilot."

Ketika pilot mendesak Boeing untuk mempertimbangkan mendorong FAA untuk mengeluarkan arahan kelaikan udara darurat, Sinnett menilainya terlalu tergesa-gesa.

"Kami tidak ingin terburu-buru dan melakukan pekerjaan buruk memperbaiki hal-hal yang benar dan kami juga tidak ingin memperbaiki hal-hal yang salah," kata Sinnett.

"Untuk perangkat lunak penting penerbangan, saya tidak berpikir Anda ingin kami bergegas, perlu waktu untuk ketelitiannya," tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya