Liputan6.com, Jakarta - Sang raksasa Jupiter akan terlihat dengan jelas sepanjang pekan ini, bersama dengan empat satelit alaminya. Planet terbesar di Tata Surya itu akan berhadapan langsung dengan Matahari membentuk formasi oposisi, di mana Bumi-Matahari-Jupiter tepat sejajar.
Menjadi istimewa, karena saat sang pemilik julukan Jove itu berhadapan langsung dengan Matahari, maka permukaannya akan terlihat lebih cerah di angkasa. Selain itu, Jupiter berada pada jarak terdekat dengan Bumi pada pekan ini, sehingga planet yang dimaksud akan tampak lebih besar.
Advertisement
Baca Juga
Sang raja dari para dewa menurut mitologi Yunani itu mencapai oposisi setiap 13 bulan sekali. Pada pekan ini, keempat bulannya yang bernama Io, Europa, Callisto, dan Ganymede akan turut terlihat terang bersama Jupiter, sebagaimana dikutip dari laman Vox News pada Rabu (12/6/2019).
Jika Anda mengamati dengan teropong, tidak hanya keempat satelit alami yang turut terlihat, namun juga sabuk awan sang Dewa Langit dan mungkin juga Bintik Merah Besar (Great Red Spot) yang dimilikinya.
Saat matahari terbenam di ufuk barat sepanjang pekan ini, Jupiter akan terbit di timur, menurut Forbes. Jupiter akan dapat dilihat hampir sepanjang malam, bahkan jika beruntung akan tetap terlihat selama beberapa minggu ke depan. Meski demikian, puncak fenomena ini adalah pada 10 Juni 2019, mewakili pertengahan periode pengamatan optimal. Namun, kapan saja melihat Jupiter cenderung sama, selama masih berada pada bulan Juni.
Untuk mengetahui keberadaan Jupiter, planet ini berada cukup rendah di bagian selatan jika dilihat dari bagian bumi utara. Lebih spesifik, Jove berada di Ophiuchus, konstelasi ketiga belas.
Â
Simak pula video pilihan berikut:
Misteri Asal-Usul Jupiter
Sepanjang yang kita tahu, Jupiter adalah planet kelima di Tata Surya dan memiliki ukuran paling besar di antara yang lain. Namun tahukah Anda, ternyata Jove tidak selalu berada di tempatnya sekarang.
Jupiter yang saat ini memiliki 79 bulan, ternyata memulai hidupnya sebagai asteroid es yang jauh dari Matahari. Saat ini planet itu disebut sebagai pemilik gaya gravitasi terkuat di sistem Tata Surya kita, dan bahkan memiliki cincin seperti Saturnus meskipun lebih sulit untuk dilihat.
"Jupiter terbentuk jauh dari Matahari dan kemudian bermigrasi ke orbitnya saat ini," kata Simona Pirani, mahasiswa doktoral astronomi di Lund University.
"Simulasi komputer tingkat lanjut menunjukkan bahwa Jupiter terbentuk empat kali lebih jauh dari Matahari daripada posisinya saat ini," lanjutnya.
Para ilmuwan melacak migrasi Jupiter dengan mempelajari sekelompok asteroid yang dianggap mewakili bahan primordial yang membentuk planet-planet luar. Asteroid Trojan adalah dua kelompok besar dari ribuan asteroid yang berbagi orbit Jupiter di sekitar Matahari.
Trojan ini masing-masing mengorbit Matahari di depan dan di belakang Jupiter, tetapi ada sekitar 50 persen lebih di depan Jove daripada di belakangnya.Â
"Asimetri ini selalu menjadi misteri di Tata Surya," kata Anders Johansen, profesor astronomi di Lund University.
Dengan menciptakan kembali formasi Jupiter dan bagaimana planet ini secara bertahap menarik asteroid Trojan-nya, para peneliti menghitung bahwa asimetri hanya bisa terjadi jika Jupiter dibentuk empat kali lebih jauh di tata surya sebelum bermigrasi ke tempat sekarang.
Advertisement
Migrasi Selama Ratusan Ribu Tahun
Menurut perhitungan, migrasi Jupiter berlangsung selama sekitar 700.000 tahun, dalam periode sekitar dua hingga tiga juta tahun setelah Jupiter memulai hidupnya sebagai asteroid es yang jauh dari Matahari.
Didorong ke dalam oleh kekuatan gravitasi dari gas di sekitarnya, perjalanan Jupiter dimulai sebagai planet muda tanpa atmosfer gas. Saat bergerak ke dalam, ia "mengkonsumsi" asteroid Trojan yang mungkin merupakan inti planet tersebut.