PBB Serukan Penyelidikan Atas Kematian Mohammed Morsi

PBB menyerukan penyelidikan independen terhadap kematian mantan presiden Mesir pertama yang terpilih secara demokratis, Mohammed Morsi.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 19 Jun 2019, 10:24 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2019, 10:24 WIB
Momen Mohammed Morsi Jalani Sidang Sebelum Meninggal
Mantan Presiden Mesir Mohammed Morsi duduk dalam penjara terdakwa di saat menjalani sidang di Akademi Kepolisian Nasional, Kairo, Mesir, 8 Mei 2019. Mohammed Morsi meninggal dalam sidang pengadilan pada Senin 17 Juni 2019 waktu setempat. (AP Photo/Tarek el-Gabbas, File)

Liputan6.com, Kairo - PBB menyerukan penyelidikan independen terhadap kematian mantan presiden Mesir, Mohammed Morsi (67).

Presiden pertama Mesir yang terpilih secara demokratis itu meninggal setelah pingsan di tengah sidang di pengadilan pada Senin 17 Juni 2019 waktu lokal.

Mendiang didakwa atas dugaan pidana spionase setelah dilengserkan dalam kudeta militer berdarah pada 2013 silam.

Keluarga Mohammed Morsi telah lama menyuarakan keprihatinan atas perawatannya di penjara dan mengatakan bahwa pihak berwenang menolak permintaan baginya untuk dimakamkan di kota asalnya.

Pada akhirnya, mantan pemimpin itu dikebumikan di timur Kairo pada Selasa pagi di bawah keamanan yang ketat --menurut laporan.

Seruan PBB

Sebuah pernyataan dari Juru Bicara Kantor Komisaris Tinggi HAM PBB, Rupert Colvillee menyatakan:

"Kami percaya jelas bahwa harus ada penyelidikan independen menyeluruh atas keadaan kematian Morsi, termasuk kondisi penahanannya," Colvillee menyatakan dalam keterangan tertulis, dikutip dari BBC, Rabu (19/6/2019).

"Kekhawatiran telah dikemukakan mengenai kondisi penahanan Morsi, termasuk akses ke perawatan medis yang memadai, serta akses yang memadai ke pengacara dan keluarganya, selama hampir enam tahun dalam tahanan. Dia juga tampaknya telah ditahan dalam kurungan isolasi yang berkepanjangan."

Saat ini, permintaan untuk penyelidikan forensik terhadap kematian mendiang telah diserukan oleh berbagai pihak, termasuk organisasi penaungnya, Ikhwanul Muslimin atau Muslim Broterhood, serta Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan --sekutu dekat almarhum.

Kedua pihak itu telah menyalahkan pemerintahan Mesir di bawah pimpinan Abdel Fattah al-Sisi atas kematian Mohammed Morsi.

Simak video pilihan berikut:

Pemberitaan Minim

Eks presiden Mesir, Mohammed Morsi, meninggal dunia secara mendadak di ruang sidang pada Senin 17 Juni 2019 (AP Photo)
Eks presiden Mesir, Mohammed Morsi, meninggal dunia secara mendadak di ruang sidang pada Senin 17 Juni 2019 (AP Photo)

Kematian mantan Presiden Mesir Mohammed Morsi telah menjadi sorotan berbagai media internasional sejak Senin, 17 Juni 2019. Namun tampaknya, hal itu belum mendapat cukup perhatian dari surat kabar domestik di Negeri Piramida tersebut.

Sebuah laporan oleh Al Jazeera mengungkap, hampir tidak ada media yang menjadikan kematian Morsi sebagai berita utama. Dalam sebagian besar koran, kabar itu hanya dimasukkan pada bagian dalam tanpa sorotan bersama dengan kasus-kasus kriminal lainnya.

Surat kabar online swasta Mada Masr mengatakan bahwa satu-satunya koran yang memberitakan kematian Morsi di halaman depannya adalah Al-Masry Al-Youm. Dengan sebagian besar yang lain hanya menerbitkan artikel berita hanya dalam 42 kata. Adapun status Mohammed Morsi sebagai mantan presiden ataupun kepala negara yang digulingkan, tidak pernah disebutkan, kata Al Jazeera dikutip Rabu (19/6/2019).

Istilah "Terdakwa" Digunakan

Tiga surat kabar utama milik Negeri Piramida menggambarkan sang mantan presiden sebagai "terdakwa" atau "almarhum". Hal senada juga dikabarkan di saluran televisi satelit Mesir, yang turut menampilkan organisasi Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok teroris dalam berita duka tersebut.

Baca selengkapnya...

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya