Panjat Gedung di Hong Kong, 'Spiderman Prancis' Serukan Pesan Damai

Pria berusia 57 tahun tersebut memanjat gedung Cheung Kong 68 lantai di kawasan bisnis utama Hong Kong dalam kondisi panas dan lembab pada Jumat pagi.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 16 Agu 2019, 12:24 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2019, 12:24 WIB
Aksi Nekat Spiderman Prancis Kembali Panjat Gedung di Filipina
Alain Robert saat berusaha memanjat Menara Internasional GT berlantai 47 di Makati City, Manila, Filipina (29/1). Pria berusia 56 tahun itu memanjat Menara GT 47 lantai tanpa peralatan keselamatan dan menjadi tontonan warga. (AFP Photo/Ted Aljibe)

Liputan6.com, Hong Kong - Alain Robert yang dijuluki "French Spiderman" memanjat gedung pencakar langit di Hong Kong pada Jumat, 16 Agustus 2019.

Pria berkebangsaan Prancis itu membentangkan "spanduk perdamaian" ketika pusat bisnis tersebut mengalami masalah internal dan maraknya aksi demonstrasi.

Pria berusia 57 tahun tersebut memanjat gedung Cheung Kong 68 lantai di kawasan bisnis utama Hong Kong dalam kondisi panas dan lembab pada Jumat pagi.

Selama pendakian, ia memasang spanduk yang menampilkan bendera Hong Kong dan Tiongkok, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (16/8/2019).

Sebelum pendakian, Robert mengeluarkan pernyataan yang mengatakan pesan pendakiannya adalah untuk membuat "seruan mendesak untuk perdamaian dan konsultasi antara rakyat Hong Kong dan pemerintah mereka".

"Mungkin apa yang saya lakukan dapat menurunkan suhu pertikaian dan mungkin bisa balik tersenyum. Itulah harapan saya," kata Robert dalam pernyataan media.

Sudah sekitar 10 minggu protes besar terjadi di Hong Kong. Bahkan, terdapat kekerasan yang dialami oleh masyarakatnya.

Aksi protes dan demo Hong Kongdipicu rencana diberlakukannya UU ekstradisi ke daratan China. Karena banyak masyarakat yang menolak, timbulah aksi demonstrasi besar-besaran.

China: Kami Tak Akan Sekedar Duduk dan Menonton Protes Hong Kong

Aksi protes warga Hong Kong menolak RUU ekstradisi ke China daratan (AFP Photo)
Aksi protes warga Hong Kong menolak RUU ekstradisi ke China daratan (AFP Photo)

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump baru-baru ini menyatakan keprihatinannya atas protes di Hong Kong.

Ia mendesak Presiden China Xi Jinping untuk bertemu dengan para demonstran, dengan penasihat keamanan AS John Bolton memperingatkan agar Beijing tidak mengulang tragedi Tiananmen baru.

Menanggapi hal itu, pihak China pada Kamis 15 Agustus 2019 menyatakan, tidak akan sekedar "duduk dan menonton" kerusuhan yang sedang terjadi di Hong Kong.

Gambar yang diambil oleh AFP pada Kamis menunjukkan ribuan personel militer China melambaikan bendera merah dan berparade di sebuah stadion olahraga di kota Shenzhen, tepat di seberang perbatasan Hong Kong.

Sebagaimana diwartakan Channel News Asia, puluhan personel berlapis baja dan truk pasokan juga diparkir di dekatnya.

Media pemerintah China melaporkan minggu ini, Polisi Bersenjata Rakyat (PAP), yang berada di bawah komando Komisi Militer Pusat, berkumpul di Shenzhen.

Alasannya adalah untuk melakukan latihan militer yang telah direncanakan, namun oleh banyak pengamat, hal itu tampak diragukan. 

Apa yang Dikatakan Trump?

Donald Trump
Donald Trump telah mengancam penutupan sangat lama terhadap pemerintah AS apabila pendanaan untuk pembangunan tembok perbatasan tidak direstui. (AP File)

Donald Trump mendesak solusi damai pada Kamis, mengatakan kepada wartawan ia "sangat prihatin" atas kemungkinan tindakan keras dan menyarankan Xi "duduk dengan para pengunjuk rasa ... Saya berani bertaruh ia akan menyelesaikannya dalam 15 menit."

Trump menambahkan: "Saya tahu itu bukan hal yang dia lakukan."

Presiden AS juga mengatakan dia akan berbicara dengan Xi "segera."

Dalam sebuah wawancara dengan VOA News yang diterbitkan pada Kamis, Bolton mengatakan "orang-orang di Amerika mengingat Lapangan Tiananmen," memperingatkan China bahwa "akan menjadi kesalahan besar untuk membuat memori baru seperti itu di Hong Kong."

Protes Hong Kong selama berminggu-minggu dipicu oleh oposisi terhadap rencana untuk memungkinkan ekstradisi ke daratan, tetapi sejak itu berubah menjadi seruan yang lebih luas untuk memperjuangkan demokrasi.

Gerakan ini merupakan tantangan terbesar bagi otoritas Beijing sejak kota itu dikembalikan oleh Inggris pada tahun 1997 berdasarkan kesepakatan yang memungkinkannya mempertahankan kebebasan yang menurut banyak orang Hong Kong sedang terkikis.

Para analis telah mengatakan, konsekuensi ekonomi dan politik yang berpotensi menimbulkan bencana akan menghalangi Beijing dari intervensi langsung di pusat keuangan global.

Beijing Bersikap Keras

Bendera Hong Kong dan China berkibar berdampingan (AFP)
Bendera Hong Kong dan China berkibar berdampingan (AFP)

Beijing - yang telah menolak untuk memberikan konsesi apa pun kepada gerakan protes - telah menangkap pelaku bentrokan, dengan media pemerintah mengeluarkan banyak artikel, gambar dan video penghukuman.

 Akibat protes itu, ekonomi juga terpengaruh. Kepala keuangan kota Paul Chan pada Kamis memperkirakan pertumbuhan nol hingga satu persen untuk tahun ini.

Komentar Trump tentang Hong Kong tampaknya menandakan perubahan dalam pendekatannya terhadap berbagai peristiwa di kota itu.

Dia sempat mendapat kecaman karena menghindar dari masalah ini, menghindari mengkritik Beijing.

China telah menggambarkan protes sebagai upaya yang didanai asing untuk mengguncang tanah air daripada pemberontakan rakyat terhadap kebijakannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya