China Akui Tahan Petugas Konsulat Inggris di Hong Kong

China, pada Rabu 21 Agustus 2019, mengonfirmasi penahanan seorang pria warga negara Tiongkok yang bekerja untuk Konsulat Inggris di Hong Kong.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 21 Agu 2019, 18:52 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2019, 18:52 WIB
Ilustrasi bendera Republik Rakyat China (AP/Mark Schiefelbein)
Ilustrasi bendera Republik Rakyat China (AP/Mark Schiefelbein)

Liputan6.com, Beijing - Kementerian Luar Negeri China, pada Rabu 21 Agustus 2019, mengonfirmasi penahanan seorang pria warga negara Tiongkok yang bekerja untuk Konsulat Inggris di Hong Kong.

Pria itu, bernama Simon Cheng, ditahan di Shenzhen, kota perbatasan Hong Kong - China, kata Kemlu Tiongkok.

Inggris mengatakan "sangat prihatin" dengan laporan bahwa anggota staf di konsulat bekas koloninya telah ditahan. Penanahanan juga diperkirakan akan semakin meningkatkan tensi diplomatik antara Inggris dan China perihal rangkaian demonstrasi Hong Kong.

Simon Cheng tidak kembali bekerja pada 9 Agustus 2019 setelah mengunjungi kota tetangga Shenzhen, situs berita Hong Kong, HK01 melaporkan, mengutip wawancara dengan pacar dan keluarganya.

Keluarga Cheng mengonfirmasi kepergiannya dalam sebuah posting-an di Facebook pada Selasa 13 Agustus malam, mengatakan bahwa dia melakukan perjalanan dari Hong Kong ke Shenzhen sejak 8 Agustus pagi untuk perjalanan bisnis.

Berbicara pada jumpa pers harian di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengatakan, "Cheng telah ditahan selama 15 hari oleh polisi Shenzhen karena melanggar peraturan manajemen keamanan publik," ujarnya seperti dikutip dari Channel News Asia, Rabu (21/8/2019).

Namun, Geng tidak memberikan rincian mendetail. Kendati demikian, ia kembali menegaskan bahwa mengingat status Simon Cheng sebagai warga Hong Kong, maka persoalan tersebut adalah "isu internal" China.

Hukum Administrasi Keamanan Publik Tiongkok, yang dijadikan landasan untuk menangkap Simon Cheng, adalah hukum yang memiliki ruang lingkup luas yang bertujuan untuk "menjaga ketertiban umum di masyarakat" dan "menjaga keamanan publik", serta memastikan polisi dan pasukan keamanan bertindak dalam hukum.

"Dia bukan warga negara Inggris. Dia adalah orang Tionghoa, jadi ini sepenuhnya masalah dalam negeri China," kata Geng.

Soal respons Inggris yang menyatakan keprihatinannya atas penahanan tersebut, Geng Shuang mengatakan bahwa "kami telah membuat pernyataan (balasan) tegas kepada Inggris atas serangkaian komentar dan tindakan yang telah mereka buat di Hong Kong," tambahnya.

Dia juga meminta Inggris untuk berhenti mencampuri urusan dalam negeri China.

"Inggris telah membuat serangkaian pernyataan yang salah tentang Hong Kong. Kami kembali mendesak mereka untuk berhenti campur tangan dan berhenti menyulut api," kata Geng.

Polisi Shenzhen menolak memberikan komentar terkait penahanan tersebut.

Simak video pilihan berikut:

Tensi Inggris dan China Terkait Demo Hong Kong

Ilustrasi Bendera Inggris
Ilustrasi (iStock)

Inggris dan China tengah terlibat dalam ketegangan diplomatik, yang dipicu seputar rangkaian demonstrasi yang terjadi di Hong Kong selama beberapa pekan terakhir.

Britania dilaporkan memanggil duta besar China yang berbasis di London untuk menghadap UK Foreign & Commonwealth Office (FCO) pada Rabu 3 Juli 2019 waktu lokal, CNN melaporkan, dilansir pada Kamis (4/7/2019).

Pemanggilan itu dilakukan atas komentar Beijing yang menyebut bahwa Inggris memiliki peran dalam rangkaian demonstrasi yang dilakukan massa pro-demokrasi di Hong Kong sejak bulan lalu.

Di sisi lain, komentar yang dibuat China kabarnya ditujukan untuk merespons pernyataan Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt pada Selasa 2 Juli 2019 yang "mendukung kota untuk memulihkan kebebasan berdemokrasi mereka yang dibatasi."

Menlu Hunt mengatakan pada 2 Juli bahwa "akan ada konsekuensi serius jika regulasi internasional yang bersifat mengikat itu (Sino-British Joint Declaration of 1984) tidak dihormati."

"Inggris menandatangani perjanjian hukum yang mengikat secara internasional pada 1984 yang mengabadikan 'satu negara, dua sistem,' mengabadikan kebebasan dasar rakyat Hong Kong dan kami mematuhi perjanjian itu, empat persegi di belakang orang-orang Hong Kong," tambah Hunt, yang berkampanye untuk menjadi Perdana Menteri Inggris berikutnya.

Komentar Menlu Hunt disambut dengan kemarahan di Beijing, yang sebelumnya menyarankan perjanjian itu - yang menetapkan status penjamin dan pengamat untuk Inggris atas bekas koloninya - tidak lagi berlaku.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang menuduh Hunt "berfantasi dalam kemuliaan kolonialisme Inggris yang pudar dan terobsesi dengan kebiasaan buruk mengkritik dan memberi ceramah tentang urusan negara lain."

Duta Besar Tiongkok untuk Inggris, Liu Xiaoming, menindaklanjuti dengan kritiknya sendiri, mengecam London karena "campur tangan" di Hong Kong dan mengatakan hubungan Inggris - China "telah rusak" karena itu.

"Saya pikir itu benar-benar salah bagi Jeremy Hunt untuk berbicara tentang kebebasan (dari pengunjuk rasa Hong Kong) ... ini bukan masalah tentang kebebasan, itu masalah tentang melanggar hukum di Hong Kong," kata Liu.

"Kita semua ingat Hong Kong 22 tahun yang lalu di bawah pemerintahan Inggris, tidak ada kebebasan (atau) demokrasi."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya