Ilmuwan Ciptakan Embrio dari 2 Badak Putih Tersisa di Dunia Agar Tak Punah

Dua badak betina putih di Kenya telah terancam punah, ilmuwan pun membuat embrio untuk menyelamatkan spesies tersebut.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Sep 2019, 08:00 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2019, 08:00 WIB
Ilustrasi badak (iStock)
Ilustrasi badak (iStock)

Liputan6.com, Kenya - Para ilmuwan telah berhasil menciptakan dua embrio dari badak putih utara yang tinggal di OI Pejeta Conservancy --pelestarian satwa liar di Kenya. Embrio ini digunakan untuk menyelamatkan dari kepunahan.

Fatu dan Najin merupakan dua badak betina putih utara yang tersisa di seluruh dunia.

Badak jantan terakhir, Sudan, telah mati tahun lalu dan menimbulkan kekhawatiran bahwa spesies ini akan punah. Diketahui pula, kedua betina itu tidak bisa mengandung.

Dilansir dari CNN, para ilmuwan mengumumkan pada Rabu, 11 September bahwa mereka berhasil membuahi embrio in-vitro yang dikumpulkan dari dua badak putih betina utara yang tersisa.

Embrio diciptakan dengan telur yang diekstraksi dari Fatu dan Najin oleh para ilmuwan internasional pada Agustus lalu dan sperma beku dari jantan yang mati.

Kini, dua embrio hidup dan telah disimpan dalam nitrogen cair, menunggu untuk ditransfer ke ibu pengganti dalam waktu dekat, Ol Pejeta Conservancy mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Harapan Satu-Satunya

Keren, Dokter Ini Bikin Anak yang Disuntik Jadi Tertawa
Ilustrasi suntikan dokter | Via: istimewa

Embrio hanyalah salah satu bagian dari perjalanan panjang untuk menghentikan kepunahan badak putih utara.

Najin dan Fatu tidak dapat melakukan kehamilan sendiri, sehingga embrio kemungkinan akan dipindahkan ke badak putih betina selatan yang akan bertindak sebagai pengganti.

"Lima tahun yang lalu sepertinya produksi embrio badak putih utara adalah (a) tujuan yang hampir tidak dapat dicapai --dan hari ini kita memilikinya," kata Jan Stejskal dari Kebun Binatang Dvr Králové, tempat Najin dan Fatu dilahirkan.

Ol Pejeta Conservancy, mendapatkan badak putih utara, dua jantan dan dua betina pada 2009 dari kebun binatang di Republik Ceko. Sayangnya, kedua badak putih jantan utara mati, meninggalkan nasib subspesies pada badak betina.

Sudan mati karena faktor alam pada Maret 2018 dan badak jantai lain mati pada tahun 2014. Sperma dari kedua jantan itu dibekukan secara kriogenik dengan harapan bahwa teknologi akan cukup maju untuk menggunakannya dalam reproduksi.

Bertahun-tahun kemudian, itu terjadi. Telur yang dipanen diterbangkan dari Kenya ke Italia, di mana para ilmuwan di laboratorium Avantea membuahi telur secara in vitro dengan sperma dari jantan yang meninggal.

Perlombaan Melawan Waktu

Melihat Badak Bercula Satu India di Suaka Margasatwa Pobitora
Badak bercula satu merumput bersama bayinya di Suaka Margasatwa Pobitora di pinggiran Gauhati, India, Senin (27/5/2019). Suaka margasatwa ini memiliki populasi badak bercula satu tertinggi di dunia. (AP Photo/Anupam Nath)

Badak menjadi sasaran para pemburu liar, didorong oleh kepercayaan di Asia bahwa tanduk mereka menyembuhkan berbagai penyakit. Para ahli mengatakan cula badak menjadi lebih menguntungkan daripada obat-obatan.

Dengan hanya dua yang tersisa di seluruh dunia, ada perlombaan melawan waktu untuk mencoba mempertahankan badak putih utara.

Badak hitam barat dinyatakan punah bertahun-tahun lalu sebagai hasil perburuan liar. Kelima spesies badak yang tersisa di seluruh dunia dianggap terancam, menurut kelompok konservasi Save the Rhino.

 

Reporter: Aqilah Ananda Purwanti

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya