Liputan6.com, Hong Kong - Aktivis di Hong Kong telah 'menodai' bendera China dan merusak pusat perbelanjaan pada rangkaian demonstrasi pro-demokrasi terbaru di wilayah otonomi khusus Tiongkok pada Minggu 22 September 2019.
Eskalator dan panel kaca menjadi sasaran di New Town Plaza di Sha Tin. Polisi telah menutupnya dan menembakkan gas air mata ke pengunjuk rasa yang melempar batu bata.
Selain itu, polisi juga telah mencegah kerusuhan besar pada sistem kereta bandara Hong Kong.
Advertisement
Demonstrasi Terbaru Hari Minggu
Unjuk rasa, yang tidak mengantungi izin aparat, berlangsung di New Town Plaza dalam skala kecil dan damai pada Minggu 22 September waktu lokal.
Baca Juga
Sebuah video tersirkulasi menunjukkan bendera Tiongkok diinjak-injak oleh pengunjuk rasa untuk kemudian dibuang ke sungai, demikian seperti dikutip dari BBC, Senin (23/9/2019).
Para pemrotes bertopeng menggunakan alat pemadam kebakaran untuk menghancurkan fasilitas peta informasi yang terbuat dari kaca. Mereka juga menargetkan fasilitas bisnis yang dinilai pro-China sebagai sasaran vandalisme.
Polisi anti huru hara menutup mal dan stasiun metro yang terhubung di Sha Tin, sebuah kota di Wilayah Baru di utara Pulau Hong Kong.
Di luar, para pengunjuk rasa mulai menghancurkan bata trotoar menjadi serpihan, melemparkannya ke polisi, yang menembakkan gas air mata sebagai tanggapan.
Sebuah barikade dibakar di tempat lain di Sha Tin.
Pusat perbelanjaan Elements mewah di Kowloon juga ditutup karena polisi dan pengunjuk rasa bentrok, the South China Morning Post melaporkan.
Para pengunjuk rasa pro-demokrasi kembali menargetkan bandara guna menduduki aula kedatangan, menghalangi koridor, dan memblokade jalan di kota terdekat bandara di Tung Chung.
Mengantisipasi gangguan keamanan, otoritas mewajibkan agar kereta akses bandara hanya boleh dinaiki oleh penumpang pemilik tiket penerbangan. Mereka juga menutup stasiun kereta bandara Kowloon yang berdekatan dengan syahbandar udara, dan menganjurkan calon penumpang berangkat dari stasiun tengah kota Hong Kong.
Sementara itu, Pemerintah Hong Kong mengumumkan pertengahan pekan ini bahwa Kepala Eksekutif Carrie Lam dan beberapa pejabat utamanya akan menggelar dialog publik pada Kamis 26 September --sebagai upaya untuk meredakan ketegangan yang terjadi di wilayah administratif khusus China tersebut.
Penurunan tensi diharapkan terjadi sebelum perayaan peringatan 70 tahun berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada 1 Oktober meendatang. China, yang memiliki garnisun Tentara Pembebasan Rakyat di Hong Kong, mengatakan pihaknya memiliki keyakinan pada pemimpin Hong Kong Carrie Lam untuk menyelesaikan krisis.
Simak video pilihan berikut:
Sekilas Demo Hong Kong
Protes di seluruh kota, yang awalnya dipicu oleh undang - undang yang akan memungkinkan Beijing untuk mengekstradisi penduduk ke daratan, sering berakhir dengan kekerasan, biasanya antara demonstran pro-demokrasi dan polisi, serta pro-demokrasi dengan pendukung China.
Bentrokan-bentrokan itu menjadi lebih ganas dalam beberapa pekan terakhir, dengan polisi anti huru hara menembakkan gas air mata ketika para demonstran merusak stasiun kereta bawah tanah, membakar dan memblokir lalu lintas.
Sementara kepala eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengumumkan penarikan RUU ekstradisi, protes sejak itu telah meluas menjadi permintaan untuk memasukkan pencabutan kata "kerusuhan" dari pendefinisian yang digunakan pemerintah; melepaskan semua demonstran pro-demokrasi yang ditahan; meluncurkan penyelidikan independen terhadap dugaan kebrutalan polisi; dan hak bagi orang-orang Hong Kong untuk memilih pemimpin mereka sendiri secara demokratis.
Kerusuhan telah menjadi tantangan terbesar bagi pemerintahan Cina sejak kedaulatan Hong Kong dikembalikan oleh Inggris pada tahun 1997.
Hong Kong adalah bagian dari China, tetapi menikmati "kebebasan khusus". Mereka ditetapkan untuk berakhir pada 2047, dan banyak di Hong Kong tidak ingin menjadi "kota China pada umumnya."
Advertisement