Geolog Temukan Sumber Jejak Geokimia di Batuan Vulkanik Kuno Yunani

Para ilmuwan menemukan jejak geokimia yang ada di dalam kristal garnet di Yunani.

oleh Afra Augesti diperbarui 29 Okt 2019, 20:40 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2019, 20:40 WIB
Jejak Geokimia di Yunani
Para ilmuwan menemukan jejak geokimia yang ada di dalam kristal garnet di Yunani. (University of Boston College)

Liputan6.com, Jakarta - Ahli geologi mengaitkan aktivitas vulkanik kuno dengan jejak geokimia yang ditemukan dalam sampel batuan di sepanjang pantai Yunani.

Menurut sebuah studi baru yang diterbitkan pada pekan ini dalam jurnal Nature Geoscience, sebuah cincin busur gunung berapi kuno yang eksplosif --meletus sekitar 45 juta tahun silam-- menyumbang batuan purba yang teroksidasi.

Para peneliti berhipotesis bahwa cairan dari batuan samudera yang mengalami subduksi dapat menjelaskan oksidasi yang ditemukan pada batuan yang terbentuk oleh busur gunung berapi.

Untuk menguji hipotesis mereka, para ilmuwan mencari tanda sumber cairan geokimia di dalam kerak samudera kuno yang terletak di Pulau Sifnos, Yunani. Cairan pengoksidasi mempengaruhi komposisi isotop besi yang ditemukan di kristal garnet besar.

"Garnet kimia dan zonasi isotop besi mendukung gagasan bahwa batuan ini melepaskan cairan pengoksidasi selama subduksi," Ethan Baxter, profesor ilmu bumi dan lingkungan, mengatakan dalam rilis berita seperti dikutip dari UPI.com, Rabu (30/10/2019). "Kami menemukan 'sidik jari' sumber cairan pengoksidasi di zona subduksi."

Pengukuran itu menunjukkan masuknya cairan pengoksidasi dari subduksi kerak samudera, yang memicu oksidasi batuan yang dihasilkan oleh busur gunung berapi sekitar 45 juta tahun lalu. Ke depannya, para ilmuwan berharap dapat mengetahui apa yang menyebabkan cairan teroksidasi.

"Cairan pengoksidasi ini membawa agen tertentu yang mampu mengoksidasi batu yang dimasuki mereka," imbuh Baxter. "Contoh yang paling umum adalah cairan pengoksidasi yang menyebabkan segala benda mengandung zat besi berkarat.

 

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Gunung Berapi Purba Ditemukan di Bawah Benua Australia

Gunung Berapi Purba di Australia
Jauh di bawah inti Australia, pantulan seismik mengungkapkan gunung berapi yang terkubur sejak zaman dinosaurus. (Hardman et al / Jurrasic Research)

Sebuah lanskap bawah tanah kuno, yang 'dihuni' gunung berapi purba, telah ditemukan di bawah benua Australia. Posisinya yang tersembunyi membuat lokasi ini sukar didapati.

Tim penjelajah gabungan dari University of Adelaide dan University of Aberdeen di Skotlandia telah mengungkap sekitar 100 gunung berapi purba yang terkubur jauh di dalam Cekungan Cooper-Eromanga.

Basin tersebut, yang terletak di sudut timur laut Australia Selatan dan sudut barat daya Queensland, adalah wilayah penghasil minyak dan gas darat terbesar di Negeri Kanguru.

Namun, terlepas dari 60 tahun eksplorasi dan produksi minyak bumi di Australia, keberadaan aktivitas vulkanik di sana rupanya tidak pernah terdeteksi.

Para peneliti kemudian menggunakan teknik pencitraan bawah untuk mengidentifikasi sejumlah besar kawah vulkanik dan aliran lava, serta ruang magma yang menghidupi gunung-gunung ini.

Periset mengungkapkan, gunung berapi yang tumbuh pada periode Jurassic, antara 180 dan 160 juta tahun yang lalu, terkubur jauh di bawah ratusan meter batuan berlapis.

Padahal, Cekungan Cooper-Eromanga sekarang sudah kering dan tandus. Para ilmuwan mengatakan, di masa Jurassic, ada kawah dan celah yang memuntahkan abu dan lava panas ke udara.

Kawah dan celah ini dikelilingi oleh jaringan saluran sungai dengan danau besar dan rawa-rawa batu bara.

"Saat sebagian besar aktivitas vulkanik di Bumi terjadi pada batas lempeng tektonik, atau di bawah lautan Bumi, Jurassic World ini justru berkembang di dalam benua Australia," kata co-author Associate Professor Simon Holford, dari University of Adelaide.

"Penemuan ini kian meyakinkan kami bahwa masih banyak dunia vulkanik yang mungkin berada di bawah permukaan Australia, yang kurang dieksplorasi dan belum ditemukan," imbuhnya, seperti dikutip dari News.com.au, Kamis, 15 Agustus 2019.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya