Liputan6.com, Beijing - China pada Senin 18 November 2019, mendesak militer Amerika agar berhenti unjuk kekuatan di Laut China Selatan yang disengketakan. Kawasan itu menjadi sumber perselisihan berkelanjutan dalam hubungan AS-China, yang oleh kedua pihak dikatakan, secara umum membaik.
Juru bicara Kementerian Pertahanan China, Kolonel Wu Qian, mengatakan kepada wartawan di Bangkok bahwa Laut China Selatan termasuk dalam banyak isu yang dibahas dalam pertemuan antara Menteri Pertahanan AS Mark Esper dan Menteri Pertahanan China Jenderal Wei Fenghe.
Sebelumnya pada Senin 18 November, kedua pejabat itu melakukan pertemuan selama setengah jam di sela-sela konferensi Menteri-menteri Pertahanan Asia. Ini adalah pertemuan tatap muka pertama Esper dengan Menhan China. Demikian dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (19/11/2019).
Advertisement
Baca Juga
Laut China Selatan selama bertahun-tahun menjadi titik pertikaian utama antara Beijing dan Washington. China mengklaim laut tersebut sebagai wilayah kedaulatannya, tetapi klaim itu tumpang tindih dengan negara-negara lain di Asia. Amerika tidak memiliki teritorial di sana tetapi kapal-kapal Angkatan Lautnya secara berkala mengarungi wilayah itu, termasuk wilayah yang dianggap China terlarang.
Wu, dalam jumpa pers mengatakan, pertemuan Esper dan Wei “sangat positif dan konstruktif'' dan ''sepakat dalam banyak bidang.'' Tetapi ia dengan tegas mengatakan bahwa Beijing kesal dengan kehadiran Angkatan Laut Amerika di Laut China Selatan. Wu mengatakan Wei menegaskan kembali komitmen China untuk menjaga “kedaulatan teritorial serta hak dan kepentingan maritim'' di Laut China Selatan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
AS-ASEAN Pernah Latihan Militer di Laut China Selatan
Amerika Serikat dan 10 negara ASEAN telah memulai latihan angkatan laut bersama di perairan Asia Tenggara, termasuk Laut China Selatan yang disengketakan, sejak Senin 2 September 2019.
ASEAN-US Maritime Exercise (AUMX), yang dipimpin bersama oleh AS dan Thailand akan berlangsung selama lima hari dan dimulai di Pangkalan Angkatan Laut Sattahip di Thailand dan berakhir di Singapura, demikian seperti dikutip dari the Japan Times, Selasa (3/9/2019).
Delapan kapal perang, empat pesawat dan lebih dari seribu personel terlibat dalam edisi perdana latihan itu.
Selain Thailand dan AS, negara-negara yang berpartisipasi termasuk Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura dan Vietnam.
Latihan militer itu dilakukan di tengah persengketaan antara sejumlah negara Asia Tenggara dengan China, yang saling memiliki klaim tumpang-tindih di Laut China Selatan, salah satu perairan tersibuk di Asia tersebut.
Tensi seputar Laut China Selatan juga mengglobal, setelah sejumlah negara Barat menuduh bahwa Tiongkok --yang telah membangun fasilitas militer di perairan tersebut-- semakin berupaya untuk semakin bercokol di sana.
Tetapi ketegangan-ketegangan itu kemungkinan akan diimbangi oleh negara-negara ASEAN, beberapa di antaranya telah mengambil pendekatan yang lebih lunak dalam berurusan dengan Beijing. China dan ASEAN mengadakan latihan maritim bersama serupa - yang pertama dari jenisnya - Oktober lalu.
Advertisement