Liputan6.com, Wuhan - Rantai perekonomian di kota Wuhan menjadi PR berat bagi China. Pemerintah China memang terus menyetok bahanan makanan di Wuhan, tetapi penduduk di sana tercatat juga amat banyak.
WNI yang berada di Wuhan melaporkan harga beras sudah naik dan ternyata harga masker juga meroket. Padahal, masker adalah benteng dari virus Corona yang menyebar.
Advertisement
Baca Juga
"Harga barang sudah meningkat. Habis itu maskernya pun mahal. Kemarin itu tanggal 23 beli satu lembar lima yuan. Itu Rp 10 ribu. Biasanya enggak segitu. Biasanya dua yuan," ujar mahasiswa S2 asal Aceh, Siti Mawaddah kepada Liputan6.com, Selasa (28/1/2020).
Siti Mawaddah sudah lebih dari tahun menimba ilmu di China. Ia menyaksikan bagaimana kota Wuhan yang biasanya metropolitan mendadak sepi.
Kondisi kota Wuhan dilaporkan masih aman dari kriminalitas, tetapi WNI sangat butuh bantuan logistik. Masih banyak toko-toko yang tutup di Wuhan dan transportasi sulit. Siti berkata tidak berani keluar terlalu jauh dari asramanya karena khawatir dengan virus Corona baru.
"Untuk stok makanan sudah dari seminggu yang lalu, sudah menipis artinya kita harus keluar kita harus ke supermarket, akan tetapi kebanyakan supermarket tutup dan ada di beberapa tempat tertentu dan waktunya dibatasi jam sembilan sampai jam lima sore," ucapnya.
"Saya takut berada lama ditempat umum selain di dalam kamar karena takut terinfeksi virus," ia menambahkan.
Pemerintah China pun sebetulnya sudah melarang orang-orang berkumpul di tempat ramai, namun supermarket selalu dipenuhi masyarakat yang ingin menyetok makanan.
Pemerintah Aceh sudah mengirim bantuan sebesar Rp 50 juta kepada WNI asal Aceh di Wuhan. Presiden Joko Widodo juga berkata telah mengirim bantuan logistik.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ingin Pulang
WNI di Wuhan mulai merasa gelisah dan ketakutan terkait penyebaran virus Corona baru. Pemerintah pun diharapkan agar secepatnya menjemput WNI yang terjebak di Wuhan.
"Gusar, gelisah, khawatir dengan jumlah korban yang semakin lama semakin bertambah," ujar Siti Mawaddah.
Kondisi WNI pun sedang tertetak karena jumlah korban yang terus bertambah. Siti berharap agar setidaknya pemerintah mengeluarkan dahulu WNI yang terjebak di Wuhan agar bisa menetap di kota lain, seperti Beijing atau Changsa.Â
"(Dijemput) Kalau bisa secepat mungkin dalam pekan ini. Setidaknya dievakuasi, pokoknya dikeluarkan dulu dari Kota Wuhan. Habis itu kami ditempatkan di suatu daerah lalu dipulangkan ke Indonesia," ujar perempuan asal Aceh itu.
Hingga saat ini, Siti menjelaskan kondisi WNI di Wuhan masih aman dari virus Corona baru.
Hal lain yang membuat Siti ketakutan adalah sulitnya transportasi. Ia menjadi sulit berkunjung ke asrama temannya di kampus lain, selain itu supermarket di kampus juga tutup, sehingga ia harus menempuh cukup jauh untuk membeli persediaan makanan yang menipis.
Siti berkata supermarket banyak yang tutup. Supermarket yang masih buka juga cenderung ramai dan hanya buka dari pukul 09.00 sampai 17.00 WIB.
"Hari ini banyak supermarket yang sudah tutup dan ada supermarket yang buka, tapi jauh dari kampus, harus menempuh waktu sekitar 15 menit kalau naik sepeda. Sedangkan saya takut berada lama di tempat umum selain di dalam kamar karena takut terinfeksi virus," ujar Siti.
Ketika ditanya bantuan apa yang dibutuhkan, Siti berkata WNI butuh obat-obatan, beras, sayuran, buah-buahan dan kebutuhan pokok. Yang membutuhkan juga tak hanya WNI di kota Wuhan, melainkan di seluruh provinsi Hubei.
"Pihak KBRI itu sama Kemlu agar segera memberikan bantuan logistik baik berupa dana atau bantuan logistik kepada mahasiswa di Kota Wuhan ataupun di Provinsi Hubei karena bukan saja mahasiswa Wuhan diisolasi, tapi semua mahasiswa di Provinsi Hubei," ujar Siti yang mempelajari Criminal Law di Universitas Hubei.
Â
Advertisement