Kisah WNI di Wuhan: Wabah Virus Corona Bikin Suasana Sepi, Seperti Kota Mati

Ini cerita WNI yang berada di Wuhan, wilayah tempat Virus Corona pertama kali dideteksi. Ia mengatakan tak ada boleh yang keluar atau masuk kota tersebut. Sepi, seperti kota mati.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 25 Jan 2020, 14:57 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2020, 14:57 WIB
Situasi Wuhan Saat Diisolasi Akibat Virus Corona
Orang-orang berjalan melewati Stasiun Kereta Api Hankou yang ditutup di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (23/1/2020). Pemerintah China mengisolasi Kota Wuhan yang berpenduduk sekitar 11 juta jiwa untuk menahan penyebaran virus corona. (Chinatopix via AP)

Liputan6.com, Wuhan - Pemerintah China mengambil langkah drastis untuk mencegah penyebaran Virus Corona misterius yang berasal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei. Kota Wuhan dan banyak kota lainnya akhirnya diisolasi: Tidak ada orang yang boleh masuk atau keluar.

Kebijakan itu turut menjebak para WNI yang sedang berada di Wuhan. Berdasarkan catatan PPI Wuhan, ada 93 WNI di kota itu yang hampir seluruhnya merupakan mahasiswa. Jumlah tersebut belum termasuk warga Indonesia yang kebetulan sedang mengunjungi Wuhan ketika lockdown dimulai. Mereka semua terjebak.

Kemeriahan Hari Raya Imlek yang bagaikan Lebaran di China juga redup akibat menyebarnya wabah ini. Pemudik tak bisa masuk ke dalam Wuhan untuk bertemu keluarga, pernak-pernik Imlek sepi terlihat, dan tidak ada diskon-diskon seperti biasanya.

"Biasanya memang di mana-mana kita melihat pasti ada hiasan Imlek, lampion digantung di mana-mana, khas sekali. Sangat meriah suasananya dan biasanya di mal-mal itu banyak yang diskon. Saat Imlek, semua barang-barang di mal bakalan murah tapi karena kejadian ini malah sebaliknya. Suasana kota semakin sepi," ujar Siti Mawaddah, mahasiswi S2 jurusan Criminal Law di Universitas Hubei kepada Liputan6.com melalui sambungan telepon, Sabtu (25/1/2020).

Situasi Kota Wuhan dekat Universitas Hubei di pusat kota. Dok: Siti Mawaddah/Istimewa

 

Pemerintah China mulai melakukan kebijakan lockdown pada 23 Januari kemarin. Saat itu, Siti sedang berkunjung ke asrama sahabatnya di Huazhong University of Science and Technology ketika mendadak petugas kampus menggedor-gedor pintu kamar untuk menyampaikan kabar ada isolasi dan ia harus kembali ke kampusnya.

Sahabatnya sempat mencegah Siti untuk pulang dan memintanya untuk menetap karena khawatir. Namun, Siti tetap memilih untuk pulang.

Ketika Siti melihat kondisi melihat jalanan, situasi sudah sepi. Transportasi umum dibatasi dan bus mulai berkurang. Mobil pun jarang terlihat. Siti akhirnya pulang dengan naik taksi dan menyaksikan perubahan signifikan di Kota Wuhan yang sejatinya metropolitan.

"Saya melewati kota, sepanjang jalan saya melihat keadaan sepi enggak seperti biasanya kota Wuhan ramai dan penuh. Tapi ini waktu itu sudah sepi seperti kota mati," ujar Siti yang berasal dari Kota Sigli, Aceh.

Situasi Kota Wuhan di mata mahasiswi Indonesia. Dok: Siti Mawaddah/Istimewa

Ia pun menyampaikan bahwa yang terjebak bukan hanya mahasiswa yang berkampus di Wuhan, melainkan WNI yang kuliah di kota lain dan sedang berada di Wuhan tetapi tak dapat pulang ke kota masing-masing.

"Ada juga mahasiswa Wuhan yang sedang berada di Beijing atau Shanghai yang tidak bisa kembali. Ada juga turis dari Indonesia, dia berlibur di Wuhan. Pokoknya sudah terjebak semua di kota Wuhan. Enggak boleh ke mana-mana," ucapnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Berharap Ada Evakuasi

Virus Corona Hantui Perayaan Tahun Baru Imlek
Orang-orang yang mengenakan masker berjalan melewati dekorasi perayaan Imlek Tahun Tikus Logam di Hong Kong, 24 Januari 2020. Pemerintah China memutuskan menutup seluruh akses masuk dan keluar Kota Wuhan untuk mencegah penyebaran wabah virus corona. (AP/Kin Cheung)

Ketua PPI Tiongkok Cabang Wuhan Nur Mussyafak berkata para mahasiswa dianjurkan tidak sering-sering keluar asrama kampus atau pergi ke keramaian. Mahasiswa pun masih bisa saling mengunjungi di dalam gedung. 

"Teman-teman masih bisa main ke teman yang satunya, masih bisa aktivitas di dalam kamar. Cuman dari kampus sendiri menginstruksikan jangan terlalu sering keluar dari kampus atau asrama," ujarnya. 

Kota Wuhan memiliki penduduk 11 juta jiwa dan salah satu kota paling ramai di China. Pemerintah China mengantisipasi penyebaran virus ini dengan membagikan masker, thermometer, dan pembersih tangan.

Siti bercerita mahasiswa diminta memeriksa diri sendiri dan jika demam harus melapor ke pihak kampus. Pihak kampus pun siap memundurkan tahun ajaran baru jika wabah virus tak jua mereda.

"Semester depan perkuliahan aktif mulai bulan Februari. Kalau di kampus kami tanggal 12 Februari, makanya saya memilih menetap di sini. Ada berita juga kalau virus ini semakin berbahaya, belum ada penangannya kemungkinan besar perkuliahan di semseter depan diundur," ujar Siti.

Masalah lainnya adalah mahasiswa di Wuhan yang sedang di luar kota belum bisa kembali ke kota kampus mereka karena ada lockdown.

Hingga kini, Siti menyebut pihak KBRI selalu aktif memantau keadaan WNI di kota Wuhan lewat grup WeChat. Siti yang sedang menyusun tesis berharap pemerintah Indonesia bisa mengevakuasi WNI dari kota yang mengalami lockdown itu.

"Kami sangat berharap dari pihak pemerintah Indonesia bisa melakukan evakuasi bagi WNI yang berada di kota Wuhan karena penyebaran virus ini makin memburuk," kata Siti yang siap dievakuasi oleh pemerintah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya