Liputan6.com, Kanada - Profesor Andre Simpson dari Kampus Scarborough, University of Toronto, mengeluarkan banyak biaya untuk material penting terkait printer 3D (tiga dimensi) miliknya dan menandai ini menjadi salah satu masalah baginya. Namun, kini ia telah menemukan solusinya.
Simpson adalah direktur Environmental NMR Center yang mengabdi untuk penelitian lingkungan. Inti dari penelitian ini adalah alat analitik yang disebut spektrometer NMR.
Advertisement
Baca Juga
NMR adalah resonansi magnetik nuklir dan secara teknis mirip dengan bagaimana MRI bekerja untuk diagnosa medis. Tujuan utamanya adalah untuk membantu menjembatani kesenjangan antara penelitian medis dan lingkungan.
Advertisement
Dilansir dari CNN, Kamis (20/2/2020), pada 2017, Simpson membeli printer 3D untuk laboratorium dan berharap dapat menggunakannya untuk membangun bagian custom yang membuat organisme tetap hidup di dalam spektrometer NMR pada penelitiannya.
Menurut Simpson, bahan yang paling berpengaruh untuk pencetakan proyeksi cahaya adalah plastik cair yang harganya dapat melebihi Rp 6 juta per liter.
Dengan cermat Simpson menganalisis resin dan melihat adanya hubungan dan menemukan molekul penyusun resin plastik komersial serupa dengan lemak. Hal itu membuat Simpson berpikir apakah bisa menggunakan minyak goreng dan mengubahnya menjadi resin untuk pencetakan 3D.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bantuan dari McDonald's
Salah satu yang menjadi bagian tersulit untuk Simpson dan timnya dalam melakukan percobaan dua tahun adalah untuk mendapatkan sampel minyak goreng bekas dalam jumlah besar.
Seperti yang dikatakan Simpson, semua restoran cepat saji yang telah mereka datangi tidak ada yang memberikan minyak, kecuali McDonald’s, satu-satunya restoran yang membantu mereka.
Pada musim panas 2017, para siswa pergi ke lokasi McDonald's di dekat kampus di Toronto, Ontario, dan memberi memberi mereka 10 liter minyak limbah. Minyak tersebut disaring untuk mengeluarkan potongan-potongan partikel makanan di Laboratorium.
Rajshree Ghosh Biswas adalah mahasiswa gelar Doktor filsafat tahun kedua yang bekerja di laboratorium Simpson. Ia bergabung dengan tim yang sedang melakukan eksperimen dengan minyak goreng McDonald's pada musim panas 2018 dan ditugaskan untuk mensintesis sejumlah kecil minyak untuk mengubahnya menjadi resin berkualitas tinggi.
Terobosan datang pada bulan September dan tim mereka berhasil mencetak kupu-kupu berkualitas tinggi dengan detail kecil berukuran 100 mikrometer.
"Kami melakukan analisis pada kupu-kupu. Saaat disentuh rasanya seperti karet dengan permukaan berlilin anti air," kata Simpson.
Ia menggambarkan kupu-kupu itu stabil secara struktural karena tidak pecah dan dapat bertahan pada suhu ruangan. Ia juga mengatakan bahwa kita dapat mencetak apa saja dalam bentuk 3D dengan menggunakan minyak.
Advertisement
Cara Bagus untuk Mendaur Ulang Limbah Minyak
"Ini juga merupakan cara yang bagus untuk menggunakan kembali dan mendaur ulang minyak jelantah," kata Ghosh Biswas. Pernyataan ini disetujui oleh pemilik waralaba McDonald's yang memberikan minyak itu kepada para siswa.
Toms mengatakan bahwa ia terkesan dengan inisiatif penelitian dan senang berkontribusi pada sesuatu yang mungkin bisa bermanfaat bagi generasi mendatang.
Simpson dan timnya menerbitkan penelitian mereka pada Desember 2019 dalam publikasi industri ACS Sustainable Chemistry & Engineering. Dituliskan dalam penelitiannya bahwa setiap tahun restoran cepat saji mengeluarkan ratusan juta rupiah untuk mengolah limbah termasuk limbah minyak goreng.
Juru bicara McDonald’s Leanna Rizzi mengatakan bahwa tiga tahun lalu perusahaannya pertama kali belajar tentang eksperimen yang disebut "inisiatif besar” ketika permintaan para siswa terkait minyak bekas diajukan.
Rizzi mengatakan rantai makanan cepat saji terbesar di dunia memiliki program keberlanjutan global yang disebut "Scale for Good" yang mencakup inisiatif untuk mengatasi polusi plastik dan minyak goreng bekas.
Di beberapa negara seperti Inggris, Swiss, dan Portugal, McDonald's mengubah limbah minyak mereka menjadi biofuel untuk digunakan truk pengirimannya sendiri.
Reporter: Jihan Fairuzzia