Top 3: Alasan AS Keluarkan Indonesia dari Daftar Negara Berkembang Terpopuler

Artikel tentang alasan AS keluarkan Indonesia dari daftar negara berkembang hingga Rusia yang mulai geram dengan aksi militer Turki di Suriah jadi sorotan. Berikut artikel populer edisi Minggu, 23 Februari 2020.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Feb 2020, 09:43 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2020, 09:43 WIB
KTT G20-Donald Trump-Jokowi
Presiden AS Donald Trump dan Presiden RI, Joko Widodo berbincang saat bertemu di sela-sela KTT G20 di Hamburg, Jerman, (8/7). Sejumlah pemimpin negara berkumpul dalam KTT G20 pada 7-8 Juli 2017. . (AP Photo/Evan Vucci)

Liputan6.com, Jakarta - Berita populer pertama mengenai Indonesia yang disebut sudah tidak termasuk negara berkembang. Keputusan itu bukan dari Bank Dunia, melainkan versi Perwakilan Perdagangan Amerika Serikat (United Stated Trade Representative atau USTR).

Keputusan itu selaras dengan keluhan Presiden Donald Trump yang sering kesal karena banyak negara mengaku masih berkembang, sehingga dapat untung dari aturan dagang AS. Misal, terkait aturan minimum subsidi produk ekspor.

Berita populer selanjutnya mengenai para ilmuwan yang sedang mempelajari temuan bagian tubuh horned lark atau burung lark bertanduk dari zaman es. Karena beku dan tak banyak membusuk, mengidentifikasi spesimen itu lebih mudah dan diketahui sebagai burung bertanduk. Burung itu ditemukan di timur laut Siberia, sebuah tempat yang juga berisi spesimen beku lainnya.

Tak kalah jadi sorotan, berita mengenai hubungan Rusia dan Turki yang memburuk karena aksi militer Turki di Suriah juga menjadi artikel populer. Jumlah prajurit Turki yang tewas di wilayah Idlib juga terus meningkat menjadi 15 orang. Presiden Suriah Bashar al-Assad mendapatkan dukungan dari pemerintah Rusia. Kini, pemerintah Rusia telah secara terbuka menuding Turki justru mendukung terorisme di Suriah melalui aksi militer mereka. 

Berikut 3 artikel populer kanal Global Liputan6.com, edisi Minggu, 23 Februari 2020:

Saksikan video pilihan di bawah ini:


1. Ini Alasan AS Keluarkan Indonesia dari Daftar Negara Berkembang

Presiden Joko Widodo atau Jokowi berfoto dengan pemimpin Amerika Serikat Donald Trump di sela KTT G20 di Osaka, Jepang, Jumat (28/6/2019). (foto: dokumentasi Biro Pers Kepresidenan)
Presiden Joko Widodo atau Jokowi berfoto dengan pemimpin Amerika Serikat Donald Trump di sela KTT G20 di Osaka, Jepang, Jumat (28/6/2019). (foto: dokumentasi Biro Pers Kepresidenan)

Indonesia disebut sudah tidak termasuk negara berkembang. Keputusan itu bukan dari Bank Dunia, melainkan versi Perwakilan Perdagangan Amerika Serikat (United Stated Trade Representative atau USTR).

Keputusan itu selaras dengan keluhan Presiden Donald Trump yang sering kesal karena banyak negara mengaku masih berkembang, sehingga dapat untung dari aturan dagang AS. Misal, terkait aturan minimum subsidi produk ekspor.

Tak hanya Indonesia, negeri jiran Malaysia, Thailand, India dan Vietnam juga dikeluarkan dari daftar negara berkembang. Dan ternyata, negara seperti Korea Selatan, Singapura, dan China turut menyandang status itu.

 

Baca selengkapnya...


2. Burung Bertanduk Beku Berusia 46.000 Tahun Ditemukan di Siberia

Ilustrasi burung.
Ilustrasi burung. (iStockphoto)

Para ilmuwan sedang mempelajari temuan bagian tubuh horned lark atau burung lark bertanduk dari zaman es. Karena beku dan tak banyak membusuk, mengidentifikasi spesimen itu lebih mudah dan diketahui sebagai burung bertanduk.

Burung itu ditemukan di timur laut Siberia, sebuah tempat yang juga berisi spesimen beku lainnya.

Dikubur dan dibekukan dalam lapisan es dekat desa Belaya Gora di Siberia timur laut, burung itu ditemukan oleh para pemburu fosil gading lokal yang meneruskannya ke tim ahli.

 

Baca selengkapnya...


3. Rusia Mulai Geram dengan Aksi Militer Turki di Suriah

Keakraban Erdogan, Putin, Rouhani Saat Bahas Perdamaian Suriah
Ekspresi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (tengah) saat bersama Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden Iran Hassan Rouhani (kiri) setelah menggelar pertemuan terkait perdamaian Suriah di Ankara, Turki, Rabu (4/4). (AFP PHOTO/ADEM ALTAN)

Hubungan Rusia dan Turki memburuk karena aksi militer Turki di Suriah. Jumlah prajurit Turki yang tewas di wilayah Idlib juga terus meningkat menjadi 15 orang. 

Presiden Suriah Bashar al-Assad mendapatkan dukungan dari pemerintah Rusia. Kini, pemerintah Rusia telah secara terbuka menuding Turki justru mendukung terorisme di Suriah melalui aksi militer mereka. 

Dilansir VOA Indonesia, Jumat (21/2/2020), Kementerian Pertahanan Turki pada Kamis kemarin mengatakan serangan udara pada Kamis di Provinsi Idlib menewaskan dua orang tentaranya dan melukai lima lainnya.

 

Baca selengkapnya...

 

Reporter: Deslita Krissanta Sibuea

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya