Kisah Donald Trump yang Nyaris Dibuat Bangkrut oleh Aksi Penjudi Jepang

Presiden AS Donald Trump nyaris dibuat bangkrut oleh penjudi kelas kakap asal Jepang. Berikut kisahnya...

oleh Hariz Barak diperbarui 01 Mar 2020, 18:35 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2020, 18:35 WIB
Ekspresi Donald Trump Saat Hadiri National Prayer Breakfast
Ekspresi Presiden AS Donald Trump saat menghadiri National Prayer Breakfast atau Sarapan Doa Nasional di sebuah hotel di Washington DC (8/2). (AFP Photo/Mandel Ngan)

Liputan6.com, Atlantic City - Januari 1992, seorang miliarder Jepang Akio Kashiwagi ditemukan tewas di rumah megahnya di dekat Gunung Fuji. Temuan di tempat perkara mengerikan, darah membercak di pelapis dinding rumahnya.

Pria 54 tahun itu ditikam 150 kali. Penyelidikan menyebut, senjata yang digunakan pelaku adalah sebilah pedang khas samurai.

Kejahatan yang kini masih menjadi misteri itu tak pernah terselesaikan, meski petunjuk mengarah ke Yakuza Jepang --sebuah terminologi populer untuk kelompok kejahatan terorganisir di sana.

Namun, di balik misteri kasus pembunuhannya, kisah lain mencuat ke permukaan. Di samping fakta bahwa Kashiwagi doyan judi, ia ternyata memiliki hutang hingga puluhan miliar dolar kepada kasino di Amerika Serikat.

Salah satu hutangnya adalah kepada kasino di Atlantic City, New Jersey, yang dimiliki oleh Donald Trump, di mana kedua pria itu saling mengenal satu sama lain dalam dunia judi. Dan pada satu titik, hubungan keduanya dalam perjudian nyaris membuat sang presiden Amerika Serikat itu bangkrut...

Simak video pilihan berikut:

Semua bermula...

Ilustrasi Judi
Ilustrasi Judi (pixabay.com)

Saat kasus pembunuhan Kashiwagi mencuat pada 1992, The New York Times melaporkan bahwa taipan properti Jepang itu berutang kepada Trump Plaza Hotel and Casino sebesar US$ 4 juta.

Kisah Akio Kashiwagi, diambil dari memoar Donald Trump dan akun berita dari hari itu, menawarkan sisi lain dari Trump yang dikenal publik. Ini menunjukkan bahwa Trump bukan hanya pemilik kasino semata --ia juga seorang penjudi impulsif dan terkadang ceroboh dalam bertaruh.

Dalam The Art of the Comeback, yang diterbitkan pada tahun 1997, Trump menjelaskan bahwa sampai ia bertemu Kashiwagi, ia melihat dirinya sebagai investor yang hanya berurusan dengan fakta dan alasan. Tetapi duelnya dengan 'the big whale' (julukan untuk seorang penjudi kelas kakap) dari Jepang membuatnya sadar "bahwa saya telah menjadi penjudi, sesuatu yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya," demikian seperti dikutip dari POLITICO, Minggu (1/3/2020).

Trump adiksi. Ketika perjudiannya gagal, ia tidak berhenti. Justru sang miliarder nyentrik menggandakan taruhannya. Tapi dia melakukannya dengan cerdik, memanggil seorang mantan ahli matematika RAND Corporation untuk menyusun rencana yang akan memaksimalkan kesempatannya untuk mengelabui saingan Jepangnya.

Dan itu berhasil. Setidaknya. Dalam ingatan Trump, yang ia kisahkan dalam buku 'the Comeback' tersebut, pertarungannya dengan Kashiwagi adalah salah satu dari banyak kemenangannya.

 

Baccarat

Judi
Ilustrasi judi. (Istimewa)

Sebelum Donald Trump terjun ke dunia judi, Kashiwagi sudah lebih dulu menjadi pemain baccarat kawakan --variasi permainan kartu mirip blackjack. Reputasinya di dunia judi pada permainan itu melampaui namanya di dunia properti.

Si pria Nippon dikenal suka bertaruh besar. Sekali putaran permainan, dengan enteng tangannya bisa melempar chip bernilai total US$ 250.000 ke bandar.

Trump pertama kali mendengar tentang Kashiwagi dari almarhum Sir James Goldsmith, seorang pemodal dan pemilik kasino Eropa. Dari GOldsmith, Trump mendengar cerita Kashiwagi pernah memenangkan hampir US$ 20 juta di kasino Goldsmith's Diamond Beach di Australia. Kemenangannya hampir membuat kasiona itu bangkrut.

Namun, layaknya penjudi, Kashiwagi juga pernah kalah. Uang US$ 6 juta lenyap dalam sebuah permainan baccarat di Steve Wynn Mirage di Las Vegas.

Akan tetapi, kenekatan Kashiwagi dalam berjudi "menjadi semacam publisitas yang dicari Trump," kata John O'Donell, manajer kasino Trump di Atlantic City saat itu.

Kashiwagi "bisa mendorong Trump Plaza ke ranah aksi yang sama sekali baru," lanjut O'Donnell.

Tapi kedatangan Kashiwagi di Trump Plaza beberapa tahun sebelum taipan properti Jepang itu dibunuh justru membuat sang miliarder nyentrik merugi.

"Dari putaran pertama, Kashiwagi sudah mulai mengalahkan kita," tulis Trump dalam buku biografinya, 'The Art of the Comeback'.

"Apa yang sedang aku lakukan? Saya bertanya pada diri sendiri," tulisnya. "Arus kas turun, dan saya bermain dengan seorang pria yang bisa memenangkan $ 40 atau $ 50 juta dalam beberapa hari."

Trump sadar, ini bisa membuatnya gulung tikar.

Setiap permainan kasino memiliki keunggulan bawaan untuk rumah. Tetapi Trump menjadi khawatir ketika dia memahami fakta bahwa baccarat menawarkan keunggulan yang relatif kecil bagi bandar.

"Pada saat itu saya menyadari untuk pertama kalinya bahwa saya telah menjadi penjudi," tulis Trump.

"Tapi ini tidak ada hubungannya dengan logika atau alasan. Saya hanya duduk di sela-sela menyaksikan salah satu penjudi terbaik di dunia bermain melawan saya dengan harga US$ 250.000 per putaran, tujuh puluh kali tiap jamnya."

Trump cemas. Dia menelepon ke kantor kasino larut malam untuk memeriksa buku besar kas. Saat itu ia paham telah merugi US$ 4 juta dan akan segera berlipat ganda hingga membuat kasinonya terancam bangkrut. Kashiwagi memiliki begitu banyak chip sehingga dia harus menumpuknya di lantai.

Di akhir permainan, setelah sejummlah episode kemenangan dan beberapa kekalahan, Kashiwagi mengantungi US$ 6 juta dari kasino Trump!

 

Balas Dendam Trump

Batal Dimakzulkan, Donald Trump Tebar Senyuman
Presiden Donald Trump mengangkat sebuah surat kabar dengan tajuk utama bertuliskan "Trump dibebaskan" selama acara perayaan kemenangan, satu hari setelah upaya pemakzulannya dibatalkan di Ruang Timur Gedung Putih, Washington (6/2/2020). (AP Photo/Evan Vucci)

Tak ingin kehilangan uang begitu saja, Trump mulai memutar otak. Ia punya dua rencana: mengundang kembali Kashigawa untuk berjudi di tempatnya di Atlantic City; dan menyewa seorang analis peluang matematika dari lembaga think-tank raksasa RAND Corp.

Trump berkonsultasi dengan Jess Marcum, seorang ahli probabilitas matematika yang telah menjadi karyawan awal RAND Corporation tentang bagaimana memaksimalkan peluangnya dalam pertarungan kedua dengan Kashiwagi.

Marcum dan orang dalam kasino Atlantic City bernama Al Glasgow menyiapkan laporan untuk Trump yang mengusulkan perjanjian "pembekuan". Di bawah kesepakatan itu, Kashiwagi akan membawa US$ 12 juta ke meja judi dan bermain sampai dia menggandakannya --atau kehilangan segalanya. Bahkan dengan taruhan besar, itu akan memakan waktu lama.

Marcum mensimulasikan pertandingan dalam catatan tertulis tangan yang terperinci. Kashiwagi mungkin melonjak lebih cepat, dia memperkirakan, tetapi setelah 75 jam di meja --jauh lebih lama daripada dia bermain pertama kali-- peluangnya untuk menang akan turun menjadi 15 persen.

Itu berarti, Trump bisa balik modal dari kekalahan sebelumnya. Bahkan berpeluang untung.

Kashiwagi pun akhirnya kembali ke Trump Plaza pada Mei 1991. Dan sekali lagi, saingan Jepangnya mencapai kemenangan beruntun awal.

Namun, keberuntungan Trump berubah secara tiba-tiba, seperti prediksi Marcum. Setelah enam hari, Trump untung US$ 10 juta, yang berarti ia telah memenangkan kembali US$ 6 juta dari kemenangan Kashiwagi beberapa bulan sebelumnya ditambah profit US$ 4 juta.

Pada akhirnya, Kashiwagi menyerah. Ia pergi dengan marah, bahkan meninggalkan utang yang harus dibayarkan kepada

Trump tak peduli, meski sebelumnya mereka berdua kenal dengan baik.

Namun, hutang itu akhirnya menguap. Ketiga kasino Trump di Atlantic City pada akhirnya tetap bangkrut pada 1992, sementara Akio Kashiwagi dibunuh pada awal Januari tahun itu.

"Suatu hari dia benar-benar kehilangan itu," tulis Trump. “Dia berlari keluar untuk menjauh dari dua kamera televisi yang mengintip ke jendelanya. Dia tersandung trotoar dan pergelangan kakinya patah. Sopirnya menariknya ke dalam Mercedes hitamnya dan pergi. "

"Kashiwagi bersembunyi dan tidak pernah terlihat lagi sampai tubuhnya ditemukan terpotong-potong oleh pedang samurai," lanjut Trump. "Mereka tidak pernah menangkap para pembunuh."

Dalam sebuah pernyataan kepada POLITICO, Trump menyatakan rasa hormatnya pada Kashiwagi (meskipun tidak ada penyesalan atas kematiannya). "Saya menyukai pertandingan kami dengannya," kata Trump.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya