Kisah 4 Bersaudara Jadi Garda Terdepan Lawan Corona COVID-19 di Singapura

Empat bersaudara ini tetap bekerja di luar rumah, menjadi garda terdepan dalam menangani pandemi Virus Corona COVID-19 di Singapura.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Apr 2020, 19:40 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2020, 19:40 WIB
Tempat Wisata di Singapura Sepi
Para wisatawan mengunjungi Taman Merlion di Singapura pada 6 Maret 2020. Tempat-tempat wisata utama di Singapura sepi dari turis di tengah epidemi virus corona COVID-19. (Xinhua/Then Chih Wey)

Liputan6.com, Singapura - Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong telah memerintahkan seluruh warganya untuk tidak keluar rumah selama sebulan, untuk membendung Virus Corona COVID-19. Namun, perintah itu tidak berlaku bagi empat bersaudara dari keluarga Surani ini.

Mereka justru tetap bekerja di luar rumah, menjadi garda terdepan dalam menangani pandemi Virus Corona COVID-19 di negeri singa.

Adalah Firdaus (37) dan Sersan Faiz (27), bertugas di Pasukan Pertahanan Sipil Singapura (SCDF). Lalu putri sulung keluarga itu, Fazlina (36), perawat klinis di rumah sakit Tan Tock Seng, dan adik keempat mereka, Sersan Staf Sakinah (29), petugas tanggap darurat Pasukan Kepolisian.

Pada Jumat (10/4/2020), yang merupakan Hari Saudara Kandung, yang diperingati di sebagian wilayah di dunia, empat bersaudara ini berangkat kerja untuk bertugas di garis depan dalam melawan Virus Corona jenis baru.

Didorong oleh orangtua mereka untuk mengejar karir di lembaga-lembaga publik, pekerjaan mereka sehari-hari telah dipengaruhi oleh pandemi ini, hingga tingkat yang berbeda-beda.

 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Firdaus dan Faiz

Khawatir Virus Corona COVID-19, Warga Malaysia Beraktivitas Pakai Masker
Seorang pria menjual masker di tengah kekhawatiran akan penyebaran virus corona COVID-19, di Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis, (13/2/2020). Pasien pertama adalah turis China yang masuk ke Johor setelah melintasi Singapura. (AFP/Mohd Rasfan)

Faiz, yang termuda, adalah paramedis SCDF yang tugasnya termasuk menanggapi keadaan darurat medis dan memberikan perawatan pra-rumah sakit kepada pasien.

Meskipun tidak banyak yang berubah sejak wabah, Faiz mengatakan dia sekarang diharuskan memakai APD saat mendatangi pasien. Dia telah bekerja di SCDF selama empat tahun.

Sebagai spesialis pusat operasi, Firdaus, yang tertua, adalah titik kontak pertama bagi anggota masyarakat ketika mereka menelepon hotline darurat SCDF, 995. Dia mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menentukan respons yang sesuai, yang baru-baru ini termasuk melakukan triase medis, atau memprioritaskan urutan perawatan, untuk pasien Covid-19 yang dicurigai. Dia telah 15 tahun bekerja di SCDF.

Saat staf pusat operasi berkomunikasi dengan para responden darurat untuk memantau situasi di lapangan, para bersaudara ini kadang berpapasan ketika sedang bertugas.

"Sungguh menghangatkan hati jika saya bisa mendengar suara Firdaus di ujung saluran telepon atau di udara," kata Faiz, seperti dilansir The Straits Times.

"Kita harus profesional, tetapi senang mengetahui bahwa dia ada di sana melakukan perannya dalam kepolisian," tambah Firdaus.

 

Fazlina dan Sakinah

Seorang pengunjung, yang mengenakan masker pelindung di tengah kekhawatiran tentang penyebaran Virus Corona COVID-19, berjalan di sepanjang Merlion Park di Singapura pada 17 Februari 2020. (Roslan RAHMAN / AFP)
Seorang pengunjung, yang mengenakan masker pelindung di tengah kekhawatiran tentang penyebaran Virus Corona COVID-19, berjalan di sepanjang Merlion Park di Singapura pada 17 Februari 2020. (Roslan RAHMAN / AFP)

Sebagai seorang perwira polisi, Sakinah sekarang secara teratur dikerahkan ke Fasilitas Karantina Pemerintah untuk menjaga ketertiban.

Fazlina, yang bekerja di unit ginjal, telah mulai melakukan prosedur dialisis rawat jalan untuk pasien dialisis yang dilayani dengan perintah karantina rumah.

"Kami sangat dekat, dan sering berjanji bertemu untuk makan bareng," kata Fazlina.

Sebelum pandemi ini, seluruh keluarga akan berkumpul bersama setiap bulan untuk piknik di East Coast Park atau makan di rumah orang tua mereka di Hougang, tempat Faiz dan Sakinah masih tinggal. Sementara Firdaus dan Fazlina masing-masing telah menikah dan tinggal bersama keluarga mereka sendiri.

Kata ayah mereka, Surani Kasnan, tukang las berusia 62 tahun, "Saya selalu mendukung anak-anak saya. Dengan situasi saat ini, saya bangga dan senang mereka dapat melakukan bagian mereka untuk Singapura."

 

 

Reporter: Hari Ariyanti

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya