Presiden Jerman: Virus Corona COVID-19 Adalah Ujian Kemanusiaan

Presiden Jerman berharap masyarakat bisa berbuat yang terbaik di tengah epidemi Virus Corona (COVID-19).

oleh Tommy K. Rony diperbarui 10 Mei 2020, 10:05 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2020, 17:00 WIB
FOTO: 6 Negara dengan Kasus Corona COVID-19 Tertinggi di Dunia
Dokter Beate Krupka (tengah) memeriksa Clara terkait virus corona COVID-19 di Distrik Kreuzberg, Berlin , Jerman, Rabu (8/4/2020). Berdasarkan data Worldmeters per Minggu (12/4/2020), jumlah kasus COVID-19 di Jerman sebanyak 125.452 terinfeksi dan 2.871 meninggal. (Michael Kappeler/dpa via AP)

Liputan6.com, Berlin - Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier menyampaikan pandangan berbeda dari pemimpin dunia lain. Ia menolak memberi label bahwa Virus Corona (COVID-19) sebagai perang.

Bagi Presiden Steinmeier, perjuangan melawan Virus Corona merupakan ujian bagi kemanusiaan. Maka dari itu, ia meminta masyarakat melalui ujian ini dengan baik.

"Pandemi ini bukan sebuah perang. Negara-negara atau tentara tidak saling melawan satu sama lain. Ini adalah ujian kemanusiaan," ujar Presiden Steinmeier seperti dikutip Euro News, Minggu (12/4/2020).

"(Krisis ini) mengeluarkan yang terbaik dan terburuk dari diri manusia. Mari kita tunjukan yang terbaik dari diri kita," ucapnya.

Pandangan Presiden Jerman berbeda dari yang diberikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron, mereka semua memakai istilah perang melawan Virus Corona.

Tak hanya itu, Presiden Steinmeier memberikan apresiasi kepada pahlawan yang tak terlihat di pandemi ini bagi masyarakat Jerman. Mereka adalah kasir, sopir bus dan truk, pembuat roti, petani, dan tukang sampah.

Saat ini, ada lebih dari 125 ribu kasus Virus Corona di Jerman dan 57 ribu sudah pulih. Jumlah kasus kematian di Jerman masih tergolong kecil ketimbang negara tetangganya seperti Prancis dan Italia.

Berdasarkan peta Johns Hopkins University, ada 2.871 pasien Virus Corona meninggal di Jerman. Sementara, pasien meninggal di Prancis ada 13 ribu orang dan di Italia sebanyak 19 ribu orang.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Kematian Akibat Virus Corona COVID-19 di Amerika Serikat Tertinggi Sedunia

Presiden AS Donald Trump (AP PHOTO)
Presiden AS Donald Trump (AP PHOTO)

AS kini berada di posisi pertama yang mencatat jumlah kematian tertinggi akibat Virus Corona (COVID-19). Totalnya ada 20.602 kasus kematian. 

Dengan ini, AS mengalahkan China dan Italia yang sebelumnya memilik jumlah kematian tertinggi di dunia. Secara keseluruhan, ada 108 ribu kasus kematian akibat Virus Corona di dunia.

Meski demikian, secara persentase tingkat kematian AS masih rendah. Berdasarkan peta Johns Hopkins University per Minggu pagi (12/4/2020), tingkat kematian Virus Corona di AS hanya 3,8 persen. 

Angka 3,8 persen lebih rendah dari rata-rata persentase kematian dunia yang saat ini sebesar 6,1 persen. Sebagai catatan, tingkat persentase kematian di Indonesia adalah sebesar 8,5 persen sehingga lebih tinggi dari rata-rata dunia.

Kasus AS lebih tinggi karena negara itu melakukan tes besar-besaran sehingga banyak kasus terdeteksi. Presiden AS Donald Trump berkata jumlah pengujian di AS adalah terbanyak di dunia.

Selain itu, setiap kasus kematian Virus Corona di AS dibuat sangat detail. Semua pasien meninggal yang positif Virus Corona masuk ke data kematian, meski penyebab kematiannya mungkin penyakit lain.

Ini berbeda dari negara lain yang tidak menghitung kematian akibat Virus Corona apabila si pasien sudah punya penyakit lain. 

"Bila virus itu itu membuat kamu masuk ICU dan kemudian kamu terkena masalah jantung atau ginjal, beberapa negara mencatatnya sebagai masalah jantung atau ginjal, dan bukan kematian COVID-19," ujar Dr. Deborah Birx, Koordinator Respons Virus Corona Gedung Putih.

"Tujuan saat ini adalah bahwa jika seseorang meninggal dengan COVID-19, kita menghitungnya sebagai kematian COVID-19," lanjut Dr. Birx.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya