Liputan6.com, Alaska - Gempa bumi bermagnitudo 7,8 yang dahsyat menghantam pantai Alaska, selatan Kepulauan Aleut, Selasa malam (21 Juli 2020) waktu setempat. Lindu memicu ketakutan akan tsunami, menurut Survei Geologi AS.
Mengutip Live Science, Rabu (22/7/2020), gempa bumi melanda pukul 10:12 malam waktu setempat (02:12 ET pada 22 Juli atau 06:12 UTC) sekitar 65 mil (105 kilometer) tenggara Perryville, Alaska, dan 528 mil barat daya Anchorage.
Baca Juga
Peringatan tsunami, yang telah dikeluarkan untuk wilayah di Alaska selatan, Semenanjung Alaska, dan Kepulauan Aleutian, kemudian dibatalkan.
Advertisement
Menurut USGS, getaran gempa terjadi ketika satu blok kerak bumi di dasar laut meluncur di atas yang lain, dalam proses yang disebut thrust-faulting. Dalam hal ini, pergeseran terjadi pada atau dekat zona subduksi, di mana lempeng Pasifik perlahan-lahan turun ke bawah lempeng tektonik Amerika Utara.
Peristiwa thrust-faulting yang mirip dengan gempa Alaska saat ini biasanya terjadi di wilayah sekitar 75 mil lokasi lindu saat ini dengan panjang 31 mil (120 kali 50 kilometer), kata USGS.
Saksikan Juga Video Ini:
Wilayah Rawan Gempa
Seluruh area itu disebut zona subduksi Alaska-Aleutian, di mana gempa bumi relatif umum terjadi.
Sejak tahun 1900, enam gempa bumi lainnya yang setidaknya bermagnitudo 7 telah melanda dalam jarak 250 mil (250 km) dari lokasi lindu hari ini. Yang terbesar di antaranya, gempa bermagnitudo 8,2, melanda pada 10 November 1938, di hampir lokasi yang tepat dengan gempa hari ini, kata USGS.
Gempa bumi terbesar kedua yang direkam oleh instrumen seismik modern terjadi di zona subduksi ini (tetapi lebih jauh dari gempa hari ini), memicu gempa magnitudo 9,2 pada tanggal 27 Maret 1964; gempa yang menghasilkan tsunami kecil, tetapi lokasinya yang terpencil hanya sedikit berdampak pada orang atau infrastruktur di daerah itu, kata USGS.
Gempa hari ini dianggap dangkal sekitar 28 kilometer. "Apa pun di bawah 70 kilometer dianggap sebagai gempa dangkal," kata ahli meteorologi CNN Allison Chinchar sebelumnya. "Itu penting, karena gempa bumi dangkal sering menyebabkan kerusakan paling besar, dibandingkan dengan yang lebih dalam, terlepas dari kekuatannya."
Gempa bumi dengan magnitudo di atas 7,6 dan yang juga dangkal dan terjadi karena thrust-faulting lebih mungkin terjadi daripada jenis gempa lainnya untuk memicu tsunami, menurut USGS.
Gempa bumi hari ini dianggap sebagai gempa dangkal, karena berada pada kedalaman sekitar 10 km.
Advertisement