Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini potensi tsunami di sejumlah wilayah pesisir Indonesia selama arus mudik Lebaran 2025. Peringatan ini disampaikan menyusul prediksi puncak arus mudik pada 28 Maret dan arus balik pada 6 April 2025, dengan jumlah pemudik diperkirakan mencapai 146,48 juta orang.
Salah satu zona rawan yang disoroti adalah Jalan Underpass Lintas Selatan Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) di Kulonprogo, Yogyakarta. BMKG menyarankan penerapan sistem buka-tutup lalu lintas di underpass tersebut untuk mempermudah evakuasi jika terjadi tsunami.
Advertisement
Baca Juga
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menekankan pentingnya sosialisasi dini kepada masyarakat mengenai potensi bahaya tsunami di area tersebut. Kemacetan di dalam underpass sepanjang 1,4 kilometer selama evakuasi dapat membahayakan nyawa banyak orang. Peringatan ini bukan hanya sebatas antisipasi arus mudik, tetapi juga pengingat akan potensi tsunami di Indonesia yang selalu ada mengingat letak geografis Indonesia di Cincin Api Pasifik yang rawan gempa bumi dan tsunami.
Advertisement
"Meskipun peringatan ini dikeluarkan dalam konteks arus mudik Lebaran 2025, potensi tsunami di Indonesia selalu ada, terlepas dari adanya peristiwa mudik," tegas Dwikorita.
Direktur Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menambahkan bahwa BMKG mencatat banyak kejadian gempa bumi merusak di Indonesia sepanjang tahun 2024, dengan berbagai variasi magnitudo dan kedalaman. Lebih lanjut, Daryono juga mengungkapkan catatan sejarah gempa dan tsunami yang terjadi tepat pada periode libur Hari Raya, termasuk Idul Fitri.
Hal ini menekankan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat dan otoritas terkait dalam menghadapi potensi bencana tersebut. "BMKG mencatat banyak kejadian pada hari raya, jadi meski dilaporkan skalanya kecil tapi jangan dianggap remeh," kata Daryono seperti dikutip dari Antara.
Waspada Gempa dan Tsunami Selama Mudik Lebaran
BMKG mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap potensi gempa bumi dan tsunami, tidak hanya selama periode mudik Lebaran 2025, tetapi juga sepanjang tahun. Indonesia terletak di wilayah Cincin Api Pasifik, sehingga risiko gempa bumi dan tsunami selalu ada. Lebih dari 20 gempa bumi merusak terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2024, dengan berbagai skala magnitudo dan kedalaman. Beberapa gempa bumi signifikan terjadi bertepatan dengan hari libur keagamaan, seperti Idul Fitri, menunjukkan pentingnya kesiapsiagaan.
BMKG mencatat beberapa peristiwa gempa dan tsunami yang terjadi selama periode libur Hari Raya, termasuk Idul Fitri. Contohnya, gempa 6,1 magnitudo di Sesar Ransiki pada April 2024, gempa Palu (6,2 magnitudo) pada Agustus 2012, gempa Nias (6,7 magnitudo) pada Mei 2021, dan gempa Mentawai (6,1 magnitudo) pada April 2023. Peristiwa-peristiwa ini menunjukkan bahwa potensi bencana selalu ada dan tidak dapat diprediksi, termasuk selama periode libur keagamaan.
Selain kerusakan akibat gempa bumi itu sendiri, BMKG juga mengingatkan pentingnya mewaspadai dampak ikutan, seperti surface rapture pada jalur sesar permukaan (jalan raya), tsunami, longsor, likuifaksi, dan kebakaran. Antisipasi terhadap dampak ikutan ini sangat penting untuk mengurangi risiko korban jiwa dan kerugian material.
Advertisement
Keselamatan di Bandara dan Jalur Mudik
BMKG mengidentifikasi sekitar 30 bandara di Indonesia yang terletak di zona rawan tsunami, termasuk Bandara Ngurah Rai di Bali dan Bandara YIA di Yogyakarta. Oleh karena itu, BMKG mempertebal informasi peringatan dan penanganan risiko di kawasan tersebut. Informasi ini penting bagi para pemudik yang menggunakan transportasi udara, darat, dan laut untuk memahami potensi risiko di jalur mudik.
BMKG juga menekankan pentingnya kesiapan masyarakat dalam menghadapi potensi bencana. Ratusan warga dari 22 kelompok masyarakat desa/kelurahan siaga bencana telah dipersiapkan untuk menjadi aktor keselamatan dalam menghadapi risiko gempa dan tsunami. Kelompok-kelompok ini merupakan anggota Tsunami Ready Communities yang dibentuk oleh BMKG bersama UNESCO-IOC. Mereka memastikan rambu dan papan informasi tsunami terpasang dengan baik, tempat evakuasi siap digunakan, dan alat komunikasi serta tim siaga bencana berfungsi optimal.
"Menjelang lebaran ini, atau untuk persiapan mudik menggunakan transportasi udara, darat - laut perlu memiliki bekal seputar informasi, tidak semua jalur aman pahami apakah ada jalur gempa yang bisa aktif sewaktu-waktu," pesan Daryono.
