Mengenal Pierre Jules Cesar Jansse, Sang Penemu Gas Helium

Helium ditemukan oleh seorang ilmuwan Prancis, yang merupakan astronom pertama meneliti Matahari menggunakan fotografi.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Agu 2020, 21:50 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2020, 21:50 WIB
Ngeri, Pesta Ultah Kacau Saat Balon Helium Meledak
Ilustrasi helium (pixabay.com)

Liputan6.com, Guntur - Pada 18 Agustus 1868, ilmuwan Pierre Jules César Janssen atau yang lebih dikenal sebagai Jules Janssen menemukan elemen Helium. Awalnya ilmuwan Prancis ini, menemukan elemen Helium dan cara mengamati puncak matahari tanpa gerhana. 

Jules Janssen menemukan temuannya secara independen. Ia tidak bergantung pada ilmuwan Joseph Norman Lockyer yang juga menemukan penemuan serupa pada tahun yang sama, seperti yang dikutip dari Britannica, Selasa (18/8/2020).

Helium tidak diobservasi hingga tahun 1895. Janssen menemukan adanya helium pada tahun 1868. Kala itu dirinya sedang mengamati garis spektral di bagian atas matahari sangat terang sehingga mudah diamati di siang hari di Guntur, India. 

Keesokan hari, Janssen menggunakan spektroskop miliknya untuk mempelajari prominences atau tonjolan matahari. Benda itu memungkinkan lebih banyak pengamatan seperti itu dilakukan daripada sebelumnya, ketika fenomena seperti itu hanya dapat diamati selama beberapa menit gerhana matahari.

Selama pengamatannya, Janssen menemukan garis spektrum kuning, dekat, tetapi berbeda dari garis natrium yang menonjol, garis itu dari helium.


Lanjutkan Penelitian Mengenai Matahari

Ilustrasi badai Matahari
Ilustrasi badai Matahari (NASA's Goddard Space Flight Center/Genna Duberstein).

Awalnya Janssen tidak memiliki rencana untuk menjadi seorang ilmuwan. Bahkan ia bekerja menjadi seorang pegawai bank.

Janssen lulus dari Universitas Paris pada tahun 1852, dan pada tahun 1865 dirinya menjadi profesor fisika di École Speciale d’Architecture in Paris. Ia sangat menggemari hal-hal tentang gerhana. 

Bahkan ketika ada perang France-German pada 1870, Janssen menggunakan balon untuk terbang melewati kota agar dapat melihat gerhana di Algeria.

Pada tahun 1873 dia menemukan photographic revolver (revolver fotografi), sebuah perangkat yang dirancang untuk mengambil 180 gambar dengan kecepatan satu bingkai per detik. Alat itu digunakan oleh Janssen di Jepang untuk mengamati transit Venus pada tahun 1874 dan dianggap sebagai kamera awal yang menampilkan gambar bergerak.

Pada tahun 1876 Janssen diangkat sebagai direktur pertama dari Observatorium Meudon yang berada di dekat Paris. Pada 1893, menggunakan pengamatan dari pengamatan meteorologi yang dia dirikan di Mont Blanc, dia membuktikan bahwa garis oksigen kuat yang muncul di spektrum matahari disebabkan oleh oksigen di atmosfer Bumi. 

Janssen menjadi seorang ilmuwan yang pertama kali menggunakan foto untuk meneliti matahari. Ia juga menerbitkan buku, "Atlas de photographies solaires" pada tahun 1903. 

Dalam buku itu, dirinya menerbitkan 6.000 foto matahari. 

Reporter: Yohana Belinda

Lanjutkan Membaca ↓

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya