Ogah PSBB COVID-19 Berkepanjangan, Warga Selandia Baru Demo di Auckland

Kerumunan besar orang berunjuk rasa di Auckland, Selandia Baru pada Sabtu 12 September 2020, menentang PSBB yang kembali diberlakukan di kota terbesar di negara itu akibat COVID-19.

oleh Hariz Barak diperbarui 13 Sep 2020, 12:04 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2020, 12:04 WIB
FOTO: Kasus COVID-19 Meningkat, Kota Auckland Kembali Lockdown
Seorang pria yang mengenakan masker terlihat di Kota Auckland, Selandia Baru, Rabu (12/8/2020). Kota terbesar di Selandia Baru, Auckland, pada 12 Agustus 2020 kembali memberlakukan Siaga COVID-19 Level 3 selama tiga hari setelah empat kasus terkonfirmasi pada 11 Agustus 2020. (Xinhua/Li Qiaoqiao)

Liputan6.com, Auckland - Kerumunan besar orang berunjuk rasa di Auckland, pada Sabtu 12 September 2020, menentang pembatasan jarak sosial yang diberlakukan pemerintah di kota terbesar Selandia Baru akibat COVID-19.

Rekaman televisi lokal menunjukkan kerumunan yang padat, dengan banyak orang tidak memakai masker. Perkiraan kehadiran bervariasi dalam laporan antara seribu hingga beberapa ribu orang.

"Kami semua ada di sini hari ini karena kami percaya kami perlu membela hak-hak kami," kata televisi publik Selandia Baru mengutip Jami-Lee Ross, pemimpin partai Advance New Zealand, salah satu penyelenggara protes, seperti dikutip dari CNBC, Minggu (13/9/2020).

"Kita semua ada di sini hari ini karena kita percaya inilah waktunya untuk berdiri dan berkata, 'Kita perlu mendapatkan kembali hak dan kebebasan kita'."

Selandia Baru, negara berpenduduk lima juta jiwa, tampaknya telah berhasil menghentikan penularan komunitas COVID-19. Tetapi, wabah baru di Auckland pada Agustus 2020 mendorong pemerintah untuk mengembalikan lockdown ke kota itu.

Perdana Menteri Jacinda Ardern, yang menghadapi pemilihan umum pada 17 Oktober 2020, melonggarkan pembatasan sosial awal bulan ini. Tetapi, kota itu masih di bawah level siaga 2.5, yang berarti pertemuan sosial lebih dari 10 orang tidak diperbolehkan. Masker wajib dikenakan orang-orang di transportasi umum di seluruh negeri.

Pada Sabtu 12 September, Selandia Baru melaporkan dua kasus baru COVID-19, sehingga jumlah total infeksi sejak awal tahun menjadi 1.444. Dua puluh empat orang telah meninggal.

Simak video pilihan berikut:


Kematian Pertama Selama Lebih dari Tiga Bulan

FOTO: Kasus COVID-19 Meningkat, Kota Auckland Kembali Lockdown
Dua orang yang mengenakan masker melintas di jalan Kota Auckland, Selandia Baru, Rabu (12/8/2020). Kota terbesar di Selandia Baru ini pada 12 Agustus 2020 kembali memberlakukan Siaga COVID-19 Level 3 selama tiga hari setelah empat kasus terkonfirmasi pada 11 Agustus 2020. (Xinhua/Li Qiaoqiao)

Selandia Baru telah melaporkan kematian pertama akibat Virus Corona COVID-19 setelah lebih dari tiga bulan terakhir tanpa kasus meninggal dunia. Kematian karena COVID-19 itu dialami seorang pria berusia 50 tahun.

Dikutip dari AFP, pria tersebut merupakan bagian dari klaster infeksi gelombang kedua yang muncul di Auckland pada Agustus 2020, menurut pejabat Departemen Kesehatan Selandia Baru.

Ia meninggal dunia di Rumah Sakit Middlemore Auckland pada Jumat (4/8/2020) sore waktu setempat, menjadikan jumlah kematian akibat Virus Corona COVID-19 di Selandia Baru menjadi 23 orang, dengan kematian terakhir yang terjadi pada 24 Mei 2020.

Tak hanya itu, pria tersebut juga menjadi orang yang termuda yang meninggal akibat COVID-19 di Selandia Baru. Namun, otoritas kesehatan tidak mengatakan apabila ia memiliki kondisi kesehatan yang sudah ada sebelum kematiannya.

"Saya menyadari kecemasan yang mungkin dirasakan warga Selandia Baru tentang kabar hari ini, baik di masyrakat lebih luas dan juga bagi keluarga dan whanau (kerabat) yang berduka atas kematian ini," ujar Direktur Jenderal Departemen Kesehatan Selandia Baru, Ashley Bloomfield dalam pernyataannya.

"Pikiran kami bersama keluarga dan komunitasnya pada saat berduka ini," tutur Bloomfield.

Mulanya, kasus baru di Auckland muncul pada bulan Agustus 2020 ketika Selandia Baru belum mencatat adanya infeksi Virus Corona COVID-19 selama 102 hari.

Kasus infeksi baru yang muncul tersebut mulanya dialami oleh empat orang anggota keluarga.

Sejak saat itu, kasus COVID-19 bertambah menjadi 152 orang, termasuk tiga infeksi baru yang tercatat pada Jumat (4/9).

"Kami selalu mengetahui bahwa kematian yang bertambah terkait COVID-19 kemungkinan akan terjadi," terang Bloomfield.

Bloomfield juga mengatakan, "Berita hari ini memperkuat pentingnya kewaspadaan kita bersama terhadap COVID-19, mengingat konsekuensi yang sangat serius yang dapat dibawa oleh virus itu."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya