Top 3: PM Yunani Ajak Presiden Erdogan Ngobrol Terkait Laut Mediterania Paling Disorot

Berita tentang PM Yunani yang mengajak Presiden Turki mengobrol terkait konflik Laut Mediterania Timur menjadi sorotan di Top 3 kanal Global Liputan6.com.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 27 Sep 2020, 10:38 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2020, 09:36 WIB
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (AP/Yasin Bulbul)
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (AP/Yasin Bulbul)

Liputan6.com, Jakarta- Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis mengajak Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk mengobrol terkait penyelesaian konflik Laut Mediterania Timur dengan Turki.

Berita tentang PM Yunani yang mengajak Presiden Turki untuk mengobrol menjadi berita terpopuler di kanal Global Liputan6.com, Minggu (27/9/2020).

Berita populer lainnya membahas tentang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyebutkan bahwa kematian akibat Virus Corona COVID-19 bisa mencpai 2 juta jiwa sebelum atau sesudah adanya vaksin. 

Hal itu dipicu oleh kasus COVID-19 yang kian meninggi di seluruh dunia, menurut berita tersebut. 

Adapun berita yang paling disorot lainnya, yaitu AS, Rusia dan China yang saling menyalahkan tentang pandemi Virus Corona COVID-19 di DK PBB. 

Berikut ini artikel terpopuler kanal Global dalam Top 3 Global Liputan6.com:

Saksikan Video Berikut Ini:

1. Konflik Mediterania Timur: PM Yunani Ajak Presiden Erdogan Ngobrol

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. (Source: AP Photo/Burhan Ozbilici)

Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis mendorong dialog untuk penyelesaian konflik Laut Mediterania Timur dengan Turki. Perseturuan terjadi karena terkait sumber daya energi di laut tersebut.

Masalah sengketa wilayah terjadi karena perbedaan pandangan tentang zona maritim. Yunani menggunakan Peta Seville dalam menentukan batas di Laut Mediterania Timur, sementara Turki menilai peta tersebut tak punya legitimasi.

Pada Sidang Umum PBB ke-75, PM Yunani pecaya bahwa isu ini bisa disepakati bersama lewat jalur diplomasi. Ia lantas mengajak Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk ngobrol bersama.

Baca selengkapnya...

2. WHO: Sekalipun Ada Vaksin, Kematian Akibat COVID-19 Bisa Capai 2 Juta Jiwa

Arak-arakan Peti Mati dalam Sosialisasi Bahaya Covid-19 di Kecamatan Cilandak
Petugas gabungan dari Kecamatan Cilandak dan Polsek Cilandak mengarak instalasi peti mati jenazah Covid-19 di kantor kecamatan Cilandak, Jakarta, Jumat (28/8/2020). Sosialisasi tersebut dilakukan untuk memberikan peringatan akan bahaya penularan virus Covid-19. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO memperingatkan bahwa jumlah kematian akibat COVID-19 bisa mencapai dua juta jiwa sebelum atau sesudah vaksin yang efektif digunakan secara luas. Hal tersebut dipicu oleh kasus COVID-19 yang semakin meninggi di seluruh dunia.

Dikutip dari BBC, Sabtu (26/9/2020), Dr. Mike Ryan, kepala darurat WHO, mengatakan bahwa angka tersebut bisa lebih tinggi bila tidak ada upaya bersama secara internasional. Hampir satu juta orang telah meninggal karena COVID-19 di seluruh dunia sejak penyakit itu pertama kali muncul di China akhir tahun lalu.

Awal gelombang kedua infeksi COVID-19 telah terlihat di banyak negara di belahan bumi utara saat musim dingin mendekat. Bahkan saat ini, jumlah total kasus telah mencapai 32 juta yang telah terkonfirmasi.

Baca selengkapnya...

3. AS, Rusia dan China Adu Mulut di DK PBB, Saling Menyalahkan Soal COVID-19

Ruang Sidang Dewan Keamanan PBB di New York (Kena Betancur / AFP PHOTO)
Ruang Sidang Dewan Keamanan PBB di New York (Kena Betancur / AFP PHOTO)

Amerika Serikat, China, dan Rusia beradu mulut sengit pada Kamis 24 September 2020 selama pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang pandemi COVID-19.

Adu mulut datang ketika Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan kepada Dewan bahwa mereka telah gagal dalam penanganan COVID-19.

Seperti dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (26/9/2020), Guterres menyalahkan "kurangnya kesiapan global, kerja sama, persatuan, dan solidaritas" untuk penyebaran virus corona di luar kendali dan jumlah kematian mendekati satu juta secara global. Lebih dari 32 juta orang telah didiagnosis dengan virus tersebut.

Baca selengkapnya...

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya