Liputan6.com, Jakarta- Twitter telah menghapus 130 akun yang dianggap berusaha mengganggu percakapan publik selama debat perdana calon presiden Amerika Serikat antara Presiden Donald Trump dan Joe Biden pada 29 September 2020.
Dilansir The Star yang mengutip Reuters, Kamis (1/10/2020), Twitter menerangkan, mereka menghapus akun-akun yang tampak berasal dari Iran, 'berdasarkan intel' yang disediakan Biro Investigasi Federal (FBI) AS.
Baca Juga
Namun akun-akun tersebut memiliki keterlibatan yang sangat rendah dan tidak berdampak pada percakapan publik secara luas, menurut Twitter.
Advertisement
Kemudian perusahaan media sosial tersebut menambahkan bahwa nama akun dan konten-kontennya akan dipublikasikan seusai penyelidikan.
Dalam akun yang dihapus itu, salah satu tweet dilaporkan tampak berbunyi: "are You watching For Fun too?".
Sementara itu, akun tersebut juga dianggap menunjukkan representasi grafis tentang mengapa pemilih AS berencana untuk menonton debat.
Saksikan Video Berikut Ini:
Kerja Sama dengan Facebook dalam Penghapusan Akun
Twitter juga sempat mengatakan pada pekan lalu bahwa pihaknya bekerja sama dengan Facebook Inc untuk mengidentifikasi dan menghapus 350 akun, yang dapat digunakan oleh dinas intelijen Rusia untuk membocorkan dokumen yang diretas, sebagai bagian dari upaya untuk mengganggu pemilu AS.
Menurut kedua perusahaan media sosial tersebut, salah satu jaringan telah diidentifikasi menyusul informasi dari FBI, yang memperingatkan bahwa aktor asing dan penjahat dunia maya kemungkinan besar menyebarkan informasi yang salah terkait hasil pemilu 3 November mendatang.
Sejumlah pejabat intelijen senior AS secara terbuka memprediksi selama dua tahun terakhir, sejak pemilihan paruh waktu AS 2018, bahwa peretas yang terkait dengan Rusia, China, Iran, dan Korea Utara akan berupaya menargetkan pemilu AS 2020.
Selain itu, perusahaan media sosial juga telah lama berada di bawah tekanan untuk memerangi kesalahan informasi setelah badan-badan intelijen AS menetapkan Rusia telah menggunakan platform mereka untuk mencampuri pilpres pada 2016.
Namun tuduhan tersebut telah dibantah oleh Rusia.
Advertisement