Liputan6.com, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa hampir 5.000 orang telah tewas dalam pertempuran antara Azerbaijan dan pasukan Armenia memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan.
Putin mengatakan bahwa dia telah berbicara kepada kedua belah pihak beberapa kali sehari, dan tidak akan memihak dalam konflik tersebut, demikian dikutip dari laman BBC, Jumat (23/10/2020).
Advertisement
Baca Juga
Dia mengatakan bahwa Moskow tidak setuju dengan Turki yang mendukung Azerbaijan atas konflik tersebut.
Presiden Rusia juga meminta Amerika Serikat untuk membantu mengupayakan perdamaian di wilayah tersebut.
Sementara itu, Armenia dan Azerbaijan saling menuduh melanggar gencatan senjata kemanusiaan di Nagorno-Karabakh.
Apa yang diperebutkan Armenia dan Azerbaijan?
Pertempuran berkobar bulan lalu di wilayah itu, yang secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi dijalankan oleh etnis Armenia.
Ini adalah kekerasan terburuk di kawasan itu sejak perang enam tahun di wilayah yang berakhir dengan gencatan senjata pada 1994.
Â
Saksikan Video Berikut Ini:
Apa yang dikatakan Putin?
Rusia berada dalam aliansi militer dengan Armenia dan memiliki pangkalan militer di negara tersebut. Tetapi ia juga memiliki hubungan dekat dengan Azerbaijan.
"Ada banyak korban dari kedua belah pihak, lebih dari 2.000 dari masing-masing pihak," kata presiden Rusia dalam pertemuan yang disiarkan televisi, menambahkan bahwa jumlahnya "mendekati 5.000".
Ini jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, dengan jumlah kematian resmi terbaru di bawah 1.000.
Otoritas pemerintah Nagorno-Karabakh mengatakan 874 personel militernya dan 37 warga sipil telah kehilangan nyawa sejak 27 September.
Azerbaijan mengatakan 61 warga sipil Azeri telah tewas, tetapi belum mengumumkan korban militernya.
Putin menambahkan bahwa dia terus berkomunikasi dengan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan tidak akan memihak.
"Saya berbicara dengan mereka di telepon beberapa kali sehari," katanya.
Putin mengatakan dia tidak setuju dengan Turki atas konflik tersebut, menambahkan bahwa Presiden Turki Tayyip Erdogan "mungkin tampak tangguh, tetapi merupakan politisi yang fleksibel dan mitra yang dapat diandalkan untuk Rusia".
Turki telah berjanji untuk mengirim tentara dan memberikan dukungan militer untuk Azerbaijan jika diminta.
Advertisement