Liputan6.com, Bali - Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar berkata pemerintah sedang berusaha membuka pariwisata Bali ke seluruh dunia. Berbagai kebijakan dan rencana kini tengah disiapkan untuk mewujudkan Safe Travel And Tourism.
"Kami melakukan koordinasi penyempurnaan yang terkait dengan aspek kesehatan, pemeriksaan, tes, maupun kapasitas dalam menangangi hal-hal yang terkait kemungkinan para pengunjung memerlukan pengobatan ataupun pemeriksaan yang tentu lebih baik lagi," ujar Wamenlu Mahendra di Bali Democracy Forum, Seminyak, Jumat (6/11/2020).
Advertisement
Baca Juga
Mahendra juga berkata akan menggunaan teknologi terbaru untuk memantau pergerakan wisatawan Bali.
"Dari segi bandara dari segi proses pemantauan, pergerakan wisatawan, baik menggunakan pendekatan teknologi yang bisa diakukan secara real time, maupun juga pemeriksaan temperatur ataupun langkah-langkah yang paling terbaru," ia menambahkan.
Bali Democracy Forum tahun ini digelar secara virtual dan tatap muka. Isu ekonomi, terutama UMKM, menjadi fokus dari Mahendra.
Acara digelar secara tatap muka agar partisipan melihat langsung kebangkitan ekonomi di Bali. Mahendra yakin Bali memiliki kekuatan untuk bangkit dari pandemi. Ia juga mencontohkan bagaimana Bali bisa bangkit dari bom yang terjadi 18 tahun lalu.
"Alasan kenapa dilakukan secara fisik di Bali adalah karena memang keingingan kita semua untuk melihat proses pemulihan ekonomi Bali yang antara lain tentu terkait dengan kegiatan konferensi ataupun meeting, events, dan lain-lain yang selalu dilakukan di Bali juga untuk bisa dilakukan sedapat mungkin secara fisik di tempat ini," jelasnya.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Bali Sangat Terdampak COVID-19
Kepala Dinas Pariwisata Bali, Putu Astawa, menjelaskan bahwa pariwisata Bali sangat mengganggu perekonomian rakyat, sempat lebih dari satu juta rakyat Bali bekerja di sektor tersebut.
Akibat COVID-19, pajak-pajak di restoran dan hotel menjadi terganggu. Belanja pemerintah menjadi terdampak sebab 55 persen PDRB di Bali berasal dari pariwisata.
"Dengan adanya pandemi COVID-19 ini yang sekaang sudah memasuk bulan kedelapan, kami lah yang paling terdampak di antara provinsi yang ada di Indonesia karena itu tadi tingkat ketergantungan kami dari sektor pariwisata," jelasnya.
Putu menyebut Bali sedang memikirkan agar tidak terlalu bergantung ke pariwisata. Sektor yang ditarget adalah pertanian karena terbuka untuk pekerja dari berbagai level pendidikan.
Putu mengapresiasi pemerintah yang menyediakan bantuan, pelatihan, serta relaksasi pajak di Bali.Ke depannya, Putu berharap para wisatawan bisa kembali memercayai Bali sebagai tempat wisata yang aman serta sustainable.
"Dengan percayanya wisatawan yang mau datang kembali, maka akan terjadi pergerakan turis, dari pergerakan turis ini akan ada pajak, dari pajak akan ada belanja-belanja yang dilakukan pemerintah, dan belanja-belannja inilah yang akan menjadikan adanya transaksi di bidang ekonomi," ucap Putu.
Advertisement
Kemlu Belum Bisa Beri Waktu Pasti
Mahendra belum bisa memastikan kapan turis mancanegara bisa masuk ke Bali. Namun, akhir tahun ini ia menarget ada pilot program untuk mencoba kebijakan pemerintah di Bali.
Kebijakan itu akan menarget beberapa negara tertentu. Ia berkata kerja sama antara pemerintah dan rakyat Bali sangatlah penting dalam hal ini.
Mahendra juga berkata Indonesia bekerja sama dengan lembaga internasional untuk membantu pemulihan wisata di Bali. Ini turut mencakup pemulihan bagi restoran, hotel, hingga UMKM,
"Kami melakukan kerja sama dengan lembaga internasional dan ingin terus mendorongnya, termasuk dengan organisasi yang disebut dengan World Tourism Organization, bagian dari PBB.
Infografis COVID-19:
Advertisement