Liputan6.com, Cox Bazar - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan upaya penyelamatan segera bagi kelompok Rohingya yang terapung di laut lepas pantai Bangladesh. Kapal mereka diyakini terjebak di dekat Kepulauan Andaman dan Nicobar India, setelah berangkat sekitar 10 hari yang lalu.
Dikutip dari laman BBC, Selasa (23/2/2021), kapal diperkirakan kehabisan makanan dan air dan banyak penumpang yang sakit di dalamnya.
Baca Juga
Ribuan orang Rohingya dari Myanmar telah melarikan diri ke negara tetangga sejak penumpasan militer terhadap mereka pada 2017. Arakan, sebuah kelompok hak asasi manusia, mengatakan setidaknya delapan orang di dalam kapal itu tewas -- kebanyakan karena dehidrasi.
Advertisement
Kelompok tersebut memperkirakan kapal membawa sekitar 90 orang, termasuk 65 wanita dan anak perempuan Rohingya.
"Mereka tidak punya air minum atau makanan tersisa, jadi mereka minum air laut dengan putus asa," kata Chris Lewa, direktur kelompok itu, kepada situs News Minute.
BBC menghubungi angkatan laut dan penjaga pantai India, yang membantah kapal itu berada di perairan mereka.
Namun, seorang pejabat senior penjaga pantai India mengonfirmasi kepada Reuters bahwa kapal itu berada di dekat pulau.
Simak video pilihan di bawah ini:
740 Ribu Muslim Rohingya Mengungsi
Sebelumnya pada Senin (22/2), Lewa mengatakan kapal angkatan laut India di dekatnya telah menyediakan makanan dan air.
Dalam sebuah pernyataan, badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebut "tindakan segera diperlukan untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah tragedi lebih lanjut".
"Kami mengimbau semua pemerintah untuk mengerahkan kemampuan pencarian dan penyelamatan mereka dan segera menurunkan mereka yang dalam kesulitan," kata pernyataan mereka.
PBB mengatakan, lebih dari 740.000 Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar (juga dikenal sebagai Burma) ke negara tetangga Bangladesh, dengan mayoritas tinggal di kamp pengungsi yang luas, dengan beberapa kemudian mencoba pindah ke Malaysia dan Indonesia dengan perahu.
Lebih dari 200 Rohingya diyakini telah meninggal atau hilang di laut tahun lalu ketika mencoba melakukan perjalanan berbahaya, menurut PBB.
Advertisement