Selain Insiden Pemukulan Nenek di San Fransisco, Ini Deretan Kasus Rasisme Anti-Asia

Sebelumnya insiden pemukulan nenek di San Fransisco, sudah ada banyak kasus rasisme dan kekerasan yang menimpa warga Asia.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 23 Mar 2021, 12:31 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2021, 12:31 WIB
FOTO: Ratusan orang di Atlanta demo pascapenembakan fatal di spa
Lucy Lee memegang bendera Amerika saat unjuk rasa "Stop Asian Hate" di luar Gedung Kongres Georgia di Atlanta, Sabtu (20/3/2021). Ratusan demonstran berkumpul mendukung komunitas Asia-Amerika setelah penembakan di tiga tempat spa yang menewaskan 8 orang, termasuk 6 wanita Asia. (AP Photo/Ben Gray)

Liputan6.com, New York City - Kasus kekerasan terhadap warga Amerika Serikat keturunan Asia kembali terjadi di San Fransisco, ketika seorang nenek asal China melawan seorang pria yang memukulnya hingga mengalami luka di bagian mata. 

Insiden itu pun membuat nenek berusia 76 tahun tersebut trauma untuk bepergian keluar rumah. 

Pelaku telah ditangkap oleh pihak berwenang setempat pada Kamis 18 Maret. 

Dilansir South China Morning Post, nenek bernama Xiao Zhen Zie menceritakan dalam sebuah wawancara dengan KPIX-TV bahwa ia tengah menunggu untuk menyeberang jalan di pusat Kota San Fransisco pada Rabu (17/3), ketika seorang pria berusia 39 tahun menonjoknya tanpa alasan. 

Insiden tersebut pun menandai salah satu dari beberapa serangan baru-baru ini terhadap lansia keturunan Asia-Amerika di AS.

Sebelum insiden pemukulan nenek, sudah ada banyak kasus rasisme dan kekerasan yang menimpa warga Asia. Seperti dikutip dari berbagai sumber, berikut deretan kasus rasisme Anti-Asia:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

1. Hinaan Kasar di D-Train New York City

Stasiun di New York Beroperasi Lagi
Sebuah kereta bawah tanah melintasi subway Cortlandt Street station yang baru dibuka lagi di New York, Sabtu (8/9). Stasiun ini hancur lebur karena berada tepat di bawah gedung WTC, tempat insiden 9/11 terjadi. (AP Photo/Patrick Sison)

Pada Desember 2018, seorang wanita di Brooklyn, New York City, Amerika Serikat ditahan setelah diduga melakukan ocehan rasis yang kejam pada warga asing di dalam D Train -- salah satu moda transportasi di kota itu.

Kejadian ini terjadi pada 14 Desember 2018 sekitar pukul 08:30 pagi waktu setempat di D Train yang menuju utara dekat 9th Avenue di Borough Park, Brooklyn, demikian dikutip dari laman ABC7ny.com.

Polisi mengatakan, Anna Lushchinskaya (40) dari Sheepshead Bay menghadapi dakwaan penyerangan setelah dia meneriakkan kata-kata kotor pada seorang wanita Asia berusia 24 tahun dan memukulnya dengan pegangan payung.

Rakaman video yang menunjukkan insiden itu tersebar di media sosial. Dari insiden ini menunjukkan Lushchinskaya membuat hinaan rasis pada korban.

"Semua orang hanya memandang satu sama lain seperti, 'Apakah Anda yakin baru saja mendengar itu? Apakah Anda baru saja mendengarnya?'", kata pria yang turun tangan untuk membantu korban.

Korban yang tak ditunjukkan identitas dan wajahnya ini mengatakan, "Saya beruntung ada orang di kereta yang membantu saya, terutama pria Asia pertama yang langsung berdiri di depan saya. Dia hanya berdiri di depan saya untuk membantu saya, karena saya tahu orang lain merekam, tetapi mereka tidak melakukan apa-apa."

 

2. Pandemi Membawa Kebencian

FOTO: Ratusan orang di Atlanta demo pascapenembakan fatal di spa
Senator AS Jon Ossoff dan Raphael Warnock, berbicara saat unjuk rasa "Stop Asian Hate" di luar Gedung Kongres Georgia di Atlanta, Sabtu (20/3/2021). Ratusan demonstran mendukung komunitas Asia-Amerika setelah penembakan tempat spa yang yang menewaskan di antaranya 6 wanita Asia. (AP Photo/Ben Gray)

Helen Oh sedang berjalan di trotoar mal pejalan kaki 16th Street di pusat kota Denver, Colorado pada April 2020. Di saat itu pula ada dua pria muda mendekat dari arah lain.

Pandemi virus Corona COVID-19 telah menyebar di Amerika Serikat selama sebulan. Kelompok komunitas Asia-Amerika memperingatkan gelombang kebencian dan bahasa rasis yang bisa saja mereka hadapai.

"Terinfeksi dan menjijikkan," salah satu dari pria itu berteriak saat melewati Oh.

Dengan jantung berdebar kencang, dia merunduk ke toko obat -- lokasi yang ingin ia kunjungi, demikian dikutip dari laman USAToday.

"Saya tidak berpikir untuk mengatakan apa-apa ketika saya mendengar kata mereka," ujar Oh.

 

3. Rasisme Warga China di Inggris

FOTO: Ratusan orang di Atlanta demo pascapenembakan fatal di spa
Orang-orang memegang poster saat unjuk rasa "Stop Asian Hate" di luar Gedung Kongres Georgia di Atlanta, Sabtu (20/3/2021). Ratusan demonstran berkumpul mendukung komunitas Asia-Amerika setelah penembakan tempat spa yang menewaskan 8 orang, termasuk di antaranya 6 wanita Asia. (AP Photo/Ben Gray)

Komunitas Asia di Inggris telah menghadapi pelecehan verbal dan fisik setelah maraknya kasus Virus Corona.

Salah satu warga asal China yang tinggal di Inggris, Jason Ngan, mendengar kalimat "Kita akan berada dalam masalah jika orang-orang ini bersin pada kita," ketika ia dan saudaranya naik ke stasiun Piccadilly Manchester.

Jason Ngan yang merupakan penasihat hukum itu mengatakan tingkat rasisme anti-Asia sejak adanya Virus Corona sangat "mengejutkan".

"Orang-orang tampaknya telah menempatkan seluruh ras di belakangnya dan itu mengungkap semua prasangka yang mendasari hal ini terhadap orang-orang China, atau setidaknya siapa pun yang terlihat dengan orang China. Sangat mengejutkan di zaman sekarang ini. Itu sangat terang-terangan," kata Ngan demikian dikutip dari The Guardian.

Ibu Ngan mengelola sebuah restoran China di Heywood, di Rochdale, Greater Manchester. Ada "penurunan nyata" selama periode tahun baru di bulan ini, terutama sejak kasus-kasus Virus Corona dikonfirmasi pekan lalu, katanya.

"Sudah sangat terlihat, jauh lebih sedikit pelanggan sejak semua ini dimulai."

 

4. 2.120 Kasus Rasisme pada Kelompok Asia Dilaporkan Tahun 2020 Akibat COVID-19

Warga keturunan Asia berbelanja di sebuah pasar swalayan di Los Angeles, California. (Xinhua/Li Ying)
Warga keturunan Asia berbelanja di sebuah pasar swalayan di Los Angeles, California, Amerika Serikat, pada 4 Maret 2020. (Xinhua/Li Ying)

Lebih dari 2.100 insiden kebencian anti-Asia Amerika terkait dengan COVID-19 dilaporkan di seluruh negeri selama rentang waktu tiga bulan antara Maret dan Juni 2020.

Hal ini disampaikan kelompok advokasi yang mengumpulkan data. Insiden tersebut termasuk serangan fisik, serangan verbal, diskriminasi di tempat kerja, dan pelecehan online.

Dewan Kebijakan dan Perencanaan Asia Pasifik dan Chinese for Affirmative Action meluncurkan situs web pelaporan insiden perlakuan dan ujaran kebencian pada 19 Maret 2020, ketika COVID-19 menyebar luas di seluruh AS dan media mulai melaporkan insiden kekerasan yang menargetkan orang Asia-Amerika.

Situs online tersedia dalam berbagai bahasa dan memungkinkan pengguna untuk melaporkan informasi dengan janji bahwa informasi pribadi akan dijaga kerahasiaannya. Kelompok advokasi merilis analisis insiden yang dilaporkan hingga 18 Juni 2020 di California, di mana sekitar 40 persen dari 2.120 insiden kebencian terjadi. Grup merilis data nasional ke CBS News setelah penyelidikan.

Dari 832 insiden yang dilaporkan di California, banyak di antaranya termasuk penghinaan anti-Asia dan rujukan ke warga China atas virus corona.

Seorang penyerang berteriak tentang "Virus China itu ke sini" selama serangan terhadap seorang pria Asia-Amerika di toko perangkat dan bangunan di San Francisco pada tanggal 6 Mei 2020.

Penyerang tersebut dilaporkan juga berkata "Kembali ke China,".

Dalam insiden San Francisco lainnya pada tanggal 9 Juni 2020, seseorang melemparkan botol kaca ke seorang wanita yang saat itu sedang meminta anaknya di kursi mobil dan berteriak, "Pulanglah ke negara mu".

Dan di Santa Clara pada 16 Juni 2020, seorang pria menendang anjing seorang wanita dan kemudian meludahinya, berkata, "Ambil penyakitmu yang merusak negara kami dan pulanglah."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya