Liputan6.com, Prayagaj - Polisi menghubungi penduduk desa di India utara untuk menyelidiki temuan ratusan jenazah yang terkubur di kuburan pasir dangkal atau terdampar di tepi Sungai Gangga.
Temuan tersebut memicu spekulasi di media sosial bahwa mereka adalah jasad-jasad korban COVID-19.
Dilansir Associated Press, Selasa (18/5/2021) polisi menggunakan pengeras suara dengan mikrofon dalam jip dan perahu dan berkeliling desa. Mereka meminta warga untuk tidak membuang mayat di sungai.
Advertisement
"Kami di sini untuk membantu Anda melakukan ritual terakhir," kata polisi.
Sebelumnya, pada 14 Mei 2021, hujan menyingkap kain penutup jenazah yang terkubur seadanya dalam pasir dangkal di tepi sungai datar yang luas di Prayagraj, sebuah kota di negara bagian Uttar Pradesh, India.
Namun, para pejabat mengatakan bahwa penguburan di tepi sungai telah terjadi selama beberapa dekade, Tetapi dengan banyaknya jasad yang tersingkap akhir pekan lalu, ditambah bayang-bayang pandemi, memunculkan kekhawatiran tentang praktik tersebut.
Navneet Sehgal, juru bicara pemerintah negara bagian, membantah laporan media lokal yang menyebutkan bahwa lebih dari 1.000 jenazah korban COVID-19 telah ditemukan dari sungai dalam dua pekan terakhir. "Saya yakin jasad-jasad ini tidak ada hubungannya dengan COVID-19," katanya.
Dikatakannya juga bahwa beberapa penduduk desa tidak mengkremasi jenazah seperti adat. Hal itu dikarenakan biaya tradisi Hindu selama beberapa periode, yang secara religius penting dilakukan.
Sebagai gantinya, warga menempatkan jenazah ke sungai atau dengan menggali kuburan di tepi sungai.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Berikut Ini:
Biaya Upacara Pemakaman di India Meningkat
Ramesh Kumar Singh, anggota Bondhu Mahal Samiti, sebuah organisasi filantropi yang membantu mengkremasi jenazah, menyebut ada jumlah kematian yang sangat tinggi di daerah pedesaan.
Diketahui, warga dengan kondisi ekonomi yang kekurangan telah membuang jenazah di sungai karena mahalnya biaya pelaksanaan upacara terakhir dan kekurangan kayu.
Biaya kremasi di India meningkat tiga kali lipat menjadi 15.000 rupee (US$ 210).
Pada Sabtu (15/5), seorang jurnalis foto Associated Press memperkirakan setidaknya ada 300 kuburan di lahan pasir yang luas dan dangkal di tepi sungai dekat Prayagraj.
Setiap kuburan ditutupi oleh kain jingga, kuning atau kemerahan dengan arah yang sama.
Beberapa polisi berada di tempat kejadian, tetapi mereka tetap mengizinkan sebuah keluarga yang datang dengan truk kecil untuk menguburkan seorang perempuan berusia 75 tahun di lokasi tersebut.
K.P. Singh, seorang perwira polisi senior, mengatakan pihak berwenang telah mengalokasikan tempat kremasi di tepi sungai Prayagraj bagi mereka yang meninggal karena COVID-19, dan polisi tidak lagi mengizinkan penguburan di tepi sungai.
Pihak berwenang di negara bagian Sehgal telah menemukan "sejumlah kecil" jasad di tepi sungai, katanya, tetapi tidak memberikan angka.
Namun, pada Minggu (16/5), seorang umat Buddha berusia 30 tahun datang ke tepi sungai yang sama di Prayagraj bersama anggota keluarga lainnya dan menguburkan ibunya, yang katanya meninggal karena serangan jantung.
"Dia tidak terinfeksi COVID-19," kata Vijay Kumar kepada AP, menambahkan bahwa agamanya mengizinkan kremasi dan penguburan. "tetapi saya memilih penguburan," terangnya.
Advertisement
Otoritas India Temukan 71 Jenazah di Tepi Sungai Gangga di Bihar
Otoritas kesehatan India pekan lalu menemukan 71 jenazah yang terdampar di tepi Sungai Gangga di negara bagian Bihar yang berdekatan.
Pihak berwenang setempat pun melakukan pemeriksaan terhadap puluhan jenazah itu, tetapi mengatakan mereka tidak dapat memastikan penyebab kematian karena jenazah-jenazah itu sudah membusuk.
Selusin jenazah lainnya juga ditemukan pekan lalu terkubur di pasir di dua lokasi di tepi sungai di distrik Unnao, 40 kilometer barat daya Lucknow, ibu kota negara bagian Uttar Pradesh.
Hakim Distrik Ravindra Kumar mengatakan bahwa penyelidikan sedang dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kematian.
Dua negara bagian besar India, Uttar Pradesh dan Bihar, dengan penduduk hampir 358 juta orang, termasuk di antara wilayah yang paling parah dilanda COVID-19 di negara tersebut.
Penduduk desa yang malang membawa orang sakit ke kota-kota terdekat untuk berobat. Banyak dari mereka sekarat dalam perjalanan, karena tidak dapat menemukan fasilitas medis untuk segera ditangani.
Di sisi lain, seorang ahli kesehatan pemerintah, Dr. V.K. Paul menyebut "Setelah mencapai rekor tertinggi selama berminggu-minggu, jumlah kasus baru menjadi stabil".
Kementerian Kesehatan India pada Minggu (16/5) melaporkan 311.170 kasus baru dalam 24 jam terakhir, turun dari 326.098 pada Sabtu (15/5/).
India juga melaporkan 4.077 kematian tambahan, menjadikan total kematian akibat COVID-19 sebanyak 270.284 jiwa. Tetapi para ahli menyebut kedua angka tersebut hampir pasti tidak tepat.
Infografis 8 Tips Nyaman Pakai Masker Cegah COVID-19
Advertisement