Liputan6.com, Kabul - Ketegangan meningkat di ibu kota Afghanistan, Kabul, saat Taliban melanjutkan kemajuan pesat menuju kota itu.
Para militan merebut kota timur Jalalabad pada Minggu (15/8) pagi, meninggalkan Kabul sebagai satu-satunya kota besar yang masih di bawah kendali pemerintah.
Baca Juga
Hal ini terjadi menyusul perebutan benteng utara pemerintah Mazar-i-Sharif pada Sabtu (14/8).
Advertisement
Runtuhnya pasukan pemerintah telah membuat Presiden Afghanistan Ashraf Ghani di bawah tekanan yang semakin besar untuk mengundurkan diri, demikian dikutip dari laman BBC, Minggu (15/8/2021).
Dia tampaknya menghadapi pilihan yang sulit antara menyerah atau berjuang untuk mempertahankan ibukota.
Sementara itu, AS mengatakan pihaknya mengerahkan 5.000 tentara untuk membantu mengevakuasi warganya dari negara yang terkepung itu.
Presiden Joe Biden telah membela keputusannya untuk meningkatkan penarikan AS dari Afghanistan, dengan mengatakan dia tidak bisa membenarkan "kehadiran Amerika tanpa akhir di tengah konflik sipil negara lain".
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Apa yang terjadi di Jalalabad?
Laporan pada Minggu (15/8) pagi mengatakan Taliban menguasai kota itu tanpa ada tembakan.
"Tidak ada bentrokan yang terjadi saat ini di Jalalabad karena gubernur telah menyerah kepada Taliban," kata seorang pejabat Afghanistan yang berbasis di kota itu.
"Membiarkan perjalanan ke Taliban adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawa warga sipil."
Direbutnya Jalalabad berarti Taliban telah mengamankan jalan-jalan yang menghubungkan negara itu dengan Pakistan.
Itu terjadi beberapa jam setelah Mazar-i-Sharif -- ibu kota provinsi Balkh dan kota terbesar keempat di Afghanistan -- juga sebagian besar jatuh tanpa perlawanan.
Abas Ebrahimzada, seorang anggota parlemen dari Balkh, mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa tentara nasional adalah yang pertama menyerah, yang kemudian mendorong pasukan pro-pemerintah dan milisi lainnya untuk menyerah.
Para pemberontak sekarang menguasai 23 dari 34 ibu kota provinsi.
Advertisement