Joe Biden Tak Menyesal Atas Keputusannya Menarik Pasukan AS dari Afghanistan

Joe Biden mendesak para pemimpin Afghanistan untuk bersatu dan "berjuang untuk bangsa mereka".

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 11 Agu 2021, 16:03 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2021, 16:03 WIB
FOTO: Joe Biden Sampaikan Capaian 100 Hari Kepemimpinannya di Kongres AS
Presiden Joe Biden berpidato didampingi Wakil Presiden Kamala Harris dan Ketua DPR Nancy Pelosi di Kongres, US Capitol, Washington, Amerika Serikat, Rabu (28/4/2021). Pidato pertama Joe Biden di depan Kongres kali ini khusus hanya untuk undangan. (Melina Mara/The Washington Post via AP, Pool)

Liputan6.com, Washington D.C - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan, dia tidak menyesali keputusannya untuk menarik pasukan dari Afghanistan, karena Taliban terus membuat kemajuan.

Joe Biden mendesak para pemimpin Afghanistan untuk bersatu dan "berjuang untuk bangsa mereka".

Kekerasan telah meningkat di seluruh negeri karena pasukan pimpinan AS telah ditarik setelah 20 tahun operasi militer, demikian dikutip dari laman BBC, Rabu (11/8/2021).

Taliban telah mengambil setidaknya delapan dari 34 ibu kota provinsi negara itu, dan mengancam lebih banyak lagi.

Berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada Selasa (10/8), Biden mengatakan AS memenuhi komitmen yang telah dibuatnya ke Afghanistan.

Seperti memberikan dukungan udara jarak dekat, membayar gaji militer dan memasok pasukan Afghanistan dengan makanan dan peralatan.

Joe Biden berkata: "Mereka harus berjuang untuk diri mereka sendiri."

The Washington Post mengutip pejabat yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan ibu kota Kabul bisa jatuh ke tangan Taliban dalam waktu 90 hari, berdasarkan penilaian militer AS.

Lebih dari 1.000 warga sipil tewas di tengah pertempuran sengit antara Taliban dan pasukan pemerintah dalam sebulan terakhir, menurut PBB.

Badan PBB untuk anak-anak UNICEF ​​memperingatkan minggu ini bahwa kekejaman yang dilakukan terhadap anak dilaporkan "semakin tinggi dari hari ke hari".

Dalam kemajuan besar terbaru mereka, gerilyawan Taliban merebut dua ibu kota provinsi lagi - kota Farah dan Pul-e-Khumri - pada Selasa (10/8).

Para pejabat mengatakan, Taliban telah mengibarkan bendera mereka di alun-alun utama dan di kantor gubernur di Pul-e-Khumri, ibu kota provinsi Baghlan, yang terletak sekitar 200 km (125 mil) dari ibu kota Kabul.

Seorang jurnalis lokal dan anggota dewan provinsi mengatakan kepada BBC bahwa kota barat Farah juga telah jatuh.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Posisi Taliban

FOTO: Pasukan Khusus Afghanistan Bertempur Lawan Taliban di Helmand
Pasukan Khusus Afghanistan berpatroli di jalan yang sepi selama pertempuran dengan pejuang Taliban di Lashkar Gah, Provinsi Helmand, Afghanistan, Selasa (3/8/2021). Jatuhnya Lashkar Gah akan menjadi titik balik utama dalam serangan yang dilakukan Taliban. (AP Photo/Abdul Khaliq)

Keuntungan lain oleh Taliban minggu ini termasuk kota utama Kunduz di utara. Ini dianggap sebagai pintu gerbang ke provinsi-provinsi yang kaya mineral dan berada di lokasi penting yang strategis dekat perbatasan dengan Tajikistan, yang digunakan untuk penyelundupan opium dan heroin.

Pertempuran sengit berlanjut di bagian lain negara itu, dan pesawat AS dan Afghanistan telah melakukan serangan udara.

Saat pertempuran berkecamuk, ribuan orang telah meninggalkan rumah mereka.

"Kami melihat jenazah tergeletak di dekat penjara. Ada anjing di sebelah mereka," kata seorang wanita yang meninggalkan Kunduz saat Taliban mengambil alih kota.

Penduduk yang masih berada di kota itu mengatakan toko-toko mulai dibuka kembali ketika Taliban memusatkan perhatian mereka pada pasukan pemerintah yang telah mundur ke bandara.

Taliban telah menolak seruan internasional untuk gencatan senjata.

Kepala Staf Pertahanan Inggris Jenderal Sir Nick Carter mengatakan kepada BBC bahwa jika negara terpecah, "kondisi ideal" dapat muncul untuk terorisme internasional dan ekstremisme kekerasan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya