Finlandia Kembali Jadi Negara Paling Bahagia di Dunia, Bagaimana dengan Indonesia?

Ada 147 negara yang terdapat dalam Laporan Kebahagiaan Dunia 2025.

oleh Khairisa Ferida Diperbarui 20 Mar 2025, 10:05 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2025, 09:57 WIB
Kota Helsinki di Finlandia.
Kota Helsinki, Finlandia (Unsplash/Tapio Haaja)... Selengkapnya

Liputan6.com, Helsinki - Finlandia dinobatkan sebagai negara paling bahagia di dunia untuk tahun kedelapan berturut-turut. Hal ini menurut Laporan Kebahagiaan Dunia 2025 yang diterbitkan pada Kamis (20/3/2025).

Negara-negara Nordik lainnya juga kembali menempati peringkat teratas dalam peringkat kebahagiaan dalam laporan tahunan yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Kesejahteraan di Universitas Oxford. Selain Finlandia, Denmark, Islandia, dan Swedia tetap berada di empat besar dengan urutan yang sama.

Peringkat negara didasarkan pada jawaban yang diberikan orang ketika diminta untuk menilai kehidupan mereka sendiri. Studi ini dilakukan bekerja sama dengan firma analitik Gallup dan Jaringan Solusi Pembangunan Berkelanjutan PBB.

"Kebahagiaan bukan hanya tentang kekayaan atau pertumbuhan — ini tentang kepercayaan, hubungan, dan mengetahui bahwa orang-orang ada untuk Anda," kata Jon Clifton, CEO Gallup, seperti dikutip dari AP. "Jika kita ingin komunitas dan ekonomi yang lebih kuat, kita harus berinvestasi pada hal yang benar-benar penting: satu sama lain."

Berbagi makanan dan punya seseorang yang bisa diandalkan

Para peneliti mengatakan bahwa di luar kesehatan dan kekayaan, beberapa faktor yang memengaruhi kebahagiaan terdengar sederhana namun mengejutkan: berbagi makanan dengan orang lain, memiliki seseorang yang bisa diandalkan untuk dukungan sosial dan ukuran rumah tangga. Misalnya, menurut studi tersebut, di Meksiko dan Eropa, rumah tangga dengan empat hingga lima orang diprediksi memiliki tingkat kebahagiaan tertinggi.

Temuan terbaru mengungkapkan bahwa percaya pada kebaikan orang lain juga jauh lebih erat kaitannya dengan kebahagiaan daripada yang diperkirakan sebelumnya. Sebagai contoh, laporan tersebut menunjukkan bahwa orang yang percaya bahwa orang lain bersedia mengembalikan dompet yang hilang merupakan prediktor kuat dari kebahagiaan keseluruhan suatu populasi.

Menurut penelitian, negara-negara Nordik termasuk di antara tempat teratas untuk pengembalian dompet yang hilang, baik yang diharapkan maupun yang terjadi. Secara keseluruhan, para peneliti menyatakan bahwa bukti global mengenai persepsi dan pengembalian dompet yang hilang menunjukkan bahwa orang cenderung terlalu pesimistis tentang kebaikan komunitas mereka. Faktanya, tingkat pengembalian dompet yang sebenarnya hampir dua kali lipat lebih tinggi daripada yang diperkirakan oleh kebanyakan orang.  Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Dalam Laporan Kebahagiaan Dunia 2025, Indonesia menduduki peringkat ke-83 dari 147 negara. 

Promosi 1

AS Jatuh ke Posisi Terendah dalam Peringkat Kebahagiaan

Kota New York di Amerika Serikat (AS).
Kota New York di Amerika Serikat (AS). (Dok. Darian Garcia/Unsplash)... Selengkapnya

Sementara negara-negara Eropa mendominasi 20 besar dalam peringkat, ada beberapa pengecualian. Meskipun sedang berperang dengan Hamas, Israel berada di peringkat ke-8. Kosta Rika dan Meksiko masuk 10 besar untuk pertama kalinya, masing-masing berada di peringkat ke-6 dan ke-10.

Dalam hal penurunan kebahagiaan — atau peningkatan ketidakbahagiaan — Amerika Serikat jatuh ke posisi terendahnya sepanjang masa, yaitu peringkat ke-24, setelah sebelumnya mencapai puncaknya di peringkat ke-11 pada tahun 2012. Laporan tersebut menyatakan bahwa jumlah orang yang makan sendirian di AS telah meningkat 53 persen dalam dua dekade terakhir.

Inggris, di posisi ke-23, melaporkan penilaian hidup rata-rata terendah sejak laporan 2017.

Afghanistan kembali dinobatkan sebagai negara paling tidak bahagia di dunia, dengan perempuan Afghanistan mengatakan bahwa hidup mereka sangat sulit. Sierra Leone di Afrika Barat adalah negara kedua paling tidak bahagia, diikuti oleh Lebanon, yang menempati peringkat ketiga dari bawah.

Hampir seperlima anak muda global tidak memiliki dukungan sosial

Dalam perkembangan yang mengkhawatirkan, studi tersebut mengatakan bahwa 19 persen anak muda di seluruh dunia melaporkan pada tahun 2023 bahwa mereka tidak memiliki seseorang yang bisa diandalkan untuk dukungan sosial. Ini merupakan peningkatan 39 persen dibandingkan 2006.

Semua negara diberi peringkat berdasarkan penilaian hidup yang dinilai sendiri, dirata-ratakan dari tahun 2022 hingga 2024. Para ahli di bidang ekonomi, psikologi, sosiologi, dan lainnya kemudian berusaha menjelaskan variasi antarnegara dan dari waktu ke waktu menggunakan faktor-faktor seperti PDB per kapita, harapan hidup sehat, memiliki seseorang yang bisa diandalkan, rasa kebebasan, kemurahan hati, dan persepsi korupsi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya