Jangan Asal Pakai, Ini Dampak Bahaya Tabir Surya dari Minyak Kelapa

Tak selamanya yang alami akan memberikan hasil yang baik. Semuanya membutuhkan uji klinis untuk memastikan produk tabir surya aman dipakai.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Agu 2021, 20:00 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2021, 20:00 WIB
Homosalate
Ilustrasi Produk Sunscreen Credit: pexels.com/Lambrinth

Liputan6.com, Jakarta - Belakangan ini dalam dunia kecantikan hangat memperbincangkan soal tabir surya atau sunscreen mengenai minyak alami yang berasal dari biji raspberi, kelapa, biji wortel dan banyak lagi sedang dipromosikan di Instagram, TikTok, dan platform sejenis.

Meskipun benar bahwa beberapa minyak buah dan sayur mengandung SPF tingkat rendah yang membuat popularitasnya meningkat, di balik itu tak semua dari mereka ternyata aman dipakai sebagai sebagai perlindungan efektif terhadap sinar UVA dan UVB.

"Orang-orang gemar bereksperimen dalam hal perawatan kulit, apalagi menengok tren penggunaan bahan-bahan alami. Meskipun ini terkadang dapat memberikan hasil yang baik. Namun, ide yang beredar bukanlah datang dari pemaparan dermatologi atau kedokteran," jelas Dr. Dendy Engelman, MD, FACMS, FAAD, dokter kulit bersertifikat dan ahli bedah Mohs di Shafer Clinic di New York kepada Bustle, yang dikutip pada Sabtu (23/8/2021).

Maksudnya, kebanyakan dari tips yang diberikan tanpa menimbang sains atau studi sehingga kemungkinan besar bisa menjemput risiko apabila mencobanya. Contohnnya, produk seperti minyak kelapa untuk tabir surya homemade atau buatan sendiri.

Dr. Elizabeth Hale sebagai dokter kulit bersertifikat di CompleteSkinMD di New York, wakil presiden The Skin Cancer Foundation dan kepala penasihat medis Vacation mengatakan minyak menyerap sinar matahari dan menghangatkan kulit (anggap saja seperti menggunakan minyak untuk memasak). Jadi, ketika Anda mengoleskan minyak ke kulit sebelum terpapar sinar matahari, Anda meningkatkan panas matahari dan memicu terjadinya luka bakar serta kerusakan kulit.

"Ini menginduksi mutasi tertentu, yang dapat menyebabkan kanker kulit, memecah kolagen dan elastin. Ini juga menyebabkan penuaan, bintik-bintik coklat, dan hiperpigmentasi,” bebernya.

Sofia Gracia selaku Direktur Eksekutif Pengembangan Produk di Supergoop menegaskan bahwa minyak justru dapat memperburuk kerusakan akibat sinar matahari. Terlebih lagi, minyak alami tidak memiliki filter tabir surya UVA dan UVB yang wajib disetujui oleh Badan Pengatur dan Kesehatan Global. Tabir surya buatan sendiri juga kehilangan bahan-bahan yang diperlukan untuk menstabilkan formula dan memastikan tingkat efektivitasnya selama paparan sinar matahari. Kemudian masa kedaluwarsa pada ramuan tersebut.

"Minyak alami dapat teroksidasi dengan sangat cepat di hadapan udara dan sinar matahari - itulah sebabnya mereka sering dikemas dalam botol kaca gelap - yang berarti kualitas pelindungnya tidak tahan lama," tegas Gracia.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Bukan Berarti yang Alami itu Aman Dipakai

ilustrasi tabir surya/pixabay
ilustrasi tabir surya/pixabay

Formula DIY (Do It Yourself) yang dicampur di rumah tanpa pengujian yang tepat, protokol yang disetujui FDA dan Good Manufacturing Practices tidak menjamin apakah itu sudah terbebas dari mikroorganisme yang berbahaya.

Hale mengungkapkan bahwa tidak semua yang alami selalu lebih baik untuk Anda apalagi terhadap kulit. Contohnya, poison ivy adalah zat nabati alami, namun sangat menjengkelkan dan bukan sesuatu yang direkomendasikan pada kulit Anda.

Hale menilai kontroversi tabir surya baru-baru ini, di mana beberapa distribusi tabir surya aerosol yang viral ditarik kembali pada bulan lalu.

"Poin yang perlu dipahami adalah bahwa ini bukan masalah bahan sunscreen, ini masalah manufaktur. Bahan-bahan tabir surya sebenarnya tidak berbahaya atau karsinogenik," ungkapnya.

American Academy of Dermatology Association merekomendasikan penggunaan tabir surya dengan SPF minimal 30 - tingkat minimum di mana kulit terlindungi dari sinar UV. Sebaliknya, minyak kelapa dan minyak zaitun memiliki tingkat SPF delapan, sedangkan minyak peppermint, minyak lavender, dan minyak almond semuanya memiliki tingkat SPF masing-masing tujuh, enam, dan lima.

"Memang benar bahwa minyak tertentu, seperti minyak biji raspberi dan wortel, mengandung antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan kulit, tetapi itu bukan sesuatu yang pernah digunakan sebagai pengganti sunscreen seutuhnya," tambah Hale.

Memicu Kanker Kulit

Menggunakan Tabir Surya
Ilustrasi Tabir Surya Credit: pexels.com/Moose

"Anda dapat mengaplikasikan SPF dengan oil, terutama sebelum dan sesudah paparan sinar matahari. Kemudian, menambahkan antioksidan terhadap daily skin care routine Anda adalah cara yang bagus untuk mengurangi efek penuaan dini. Apalagi ini juga mengurangi kerusakan yang terjadi," kata Engelman.

Dr. Terry Zickerman, dokter bersertifikat dan CEO Love Sun Body mengatakan sebelum memilih sunscreen alami, teliti produk terlebih dahulu untuk memastikan produk tersebut memiliki sertifikasi dari pihak ketiga yang mencakup tinjauan bahan-bahan tabir surya (termasuk sumber dan keberlanjutan), formula, pelabelan, pengemasan dan proses produksi.

 

Dr Julie Karen, seorang dokter kulit bersertifikat di CompleteSkinMD dan juru bicara The Skin Cancer Foundation menegaskan sekitar 90 persen kanker kulit non-melanoma dan 86 persen melanoma terkait dengan paparan radiasi UV dari matahari.

Julie merekomendasikan mengoleskan dua sendok makan (sekitar satu gelas penuh) sunscreen ke tubuh Anda sekitar 30 menit sebelum Anda beraktivitas ke luar rumah. Lalu, oleskan kembali setiap dua jam atau segera setelah berenang atau berkeringat.

 

Reporter: Bunga Ruth

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya