Taiwan Ramalkan Invasi China pada 2025

Menteri Pertahanan Taiwan, Chiu Kuo-cheng, memprediksi China bisa menyerang Taiwan dengan mudah pada 2025.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 07 Okt 2021, 11:00 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2021, 11:00 WIB
FOTO: Kemeriahan Peringatan 100 Tahun Partai Komunis China
Penampil berpakaian seperti petugas penyelamat berkumpul di sekitar bendera Partai Komunis selama pertunjukan gala menjelang peringatan 100 tahun berdirinya Partai Komunis China di Beijing, China, 28 Juni 2021. Partai Komunis China akan merayakan HUT ke-100 pada 1 Juli 2021. (AP Photo/Ng Han Guan)

Liputan6.com, Taipei - China diramalkan bisa menginvasi Taiwan pada 2025. Sekarang pun China bisa menyerang, tetapi invasi di 2025 akan lebih efisien dari segi biaya.

Hal itu diungkap oleh Menteri Pertahanan Nasional Taiwan, Chiu Kuo-cheng. Ia berkata China bisa melancarkan invasi skala penuh pada 2025.

"China memiliki kapabilitas untuk menginvasi Taiwan sekarang," ujar Chiu Kuo-cheng seperti dilaporkan Focus Taiwan, Kamis (7/10/2021).

Dijelaskan bahwa invasi China saat ini akan memicu biaya tinggi. Tetapi, China bisa menekan biaya pada 2025 dan melakukan invasi penuh.

Chiu Kuo-cheng berkata ketegangan di Selat Taiwan adalah yang paling kelam dalam kariernya di militer selama 40 tahun.

Belakangan ini, pesawat tempur China kerap menerobos zona identifikasi udara Taiwan. China juga melancarkan retorika agresif untuk melawan narasi kemerdekaan Taiwan. Partai Komunis China berkata siap mati agar mencegah kemerdekaan itu terjadi.  

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Adu Retorika

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dan Presiden China Xi Jinping.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dan Presiden China Xi Jinping. (dok: situs pemerintah Taiwan dan China)

Pemerintah China dan Taiwan masih terus adu retorika di panggung internasional terkait kemerdekaan Taiwan. Taiwan sedang berjuang agar bisa berdaulat dari Partai Komunis China, sementara China berkeras menolak hal itu.

Retorika yang agresif pun digunakan media pemerintah China dengan memamerkan kekuatan ekonomi dan militer mereka.

Sebelumnya, Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, menulis di majalah Foreign Affairs bahwa Taiwan sedang berjuang untuk demokrasi. Ia mengingatkan bahwa kejatuhan Taiwan bisa berdampak buruk pada demokrasi di kawasan. 

China membalas ucapan Presiden Tsai melalui media pemerintah. Mereka menyebut Taiwan mengadu ke "majikan" di tengah isu ini. 

"Sepertinya pemerintahan Tsai benar-benar ketakutan, mengantisipasi bahwa upaya pemisahan mereka telah mencapai jalan buntu," tulis editorial Global Times, Rabu (6/10).

Tulisan Presiden Tsai dianggap sebagai upaya untuk meminta pertolongan ke AS dan sekutu-sekutunya.

"Dalam konteks ini, Tsai menulis artikel untuk menggarisbawahi bahaya terkini, memanggil AS dan sekutu-sekutunya untuk memperkuat komitmen mereka kepada pulau Taiwan dan mencegah China daratan," tulis Global Times.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya