Liputan6.com, Berlin - Kasus COVID-19 di dunia masih jauh dari kata selesai. Bahkan di beberapa negara menunjukkan peningkatan kasus yang cukup tinggi salah satunya Jerman. Tidak hanya Jerman, negara lainnya di Eropa sudah mulai melaporkan adanya lonjakan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis (18/11) mengatakan bahwa benua Eropa mengalami peningkatan kasus kematian tertinggi akibat COVID-19. Kini Eropa menjadi sorotan sebagai episentrum baru dari COVID-19.
Advertisement
Baca Juga
Koresponden Liputan6.com di Jerman selatan, Eva Reinhard menyebutkan peningkatan kasus COVID-19 yang didominasi oleh varian Delta terjadi sekitar sebulan yang lalu, di antara yang terinfeksi adalah mereka yang belum divaksin, baik dosis satu atau dosis dua.
"Vaksin di Jerman bukan bukan suatu kewajiban. Memang pemerintah mengajurkan vaksin, tetapi berhubung dengan adanya masalah human rights, pemerintah tidak bisa memaksakan," ujar Eva pada Jumat (19/11/2021).
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Aturan 2G Diterapkan
Jerman menerapkan peraturan 2G (geimpft oder genesen), yang berarti sudah divaksin atau sudah dinyatakan pulih dari virus Corona.
Meskipun tidak ada mandat untuk vaksin COVID-19 di Jerman, tidak ada kesempatan untuk mereka yang tidak divaksin atau baru sembuh masuk ke tempat-tempat tertentu, kata Eva.
Jerman juga tidak memakai aturan lockdown karena beberapa faktor, tetapi dengan adanya aturan 2G, orang yang belum divaksin memiliki keterbatasan mengunjungi tempat-tempat tertentu.
Sementara itu, Eva mengatakan tidak ada anjuran untuk buka masker. Menteri Pendidikan membolehkan anak-anak membuka masker saat mereka di dalam kelas untuk mempermudah pembelajaran.
Namun, setelah musim gugur, anjuran tersebut dihentikan karena ada peningkatan yang tinggi di Jerman.
Reporter: Cindy Damara
Advertisement