Klarifikasi Dubes Rusia: Vladimir Putin Baru Niat ke G20 Bali

Duta Besar Rusia Lyudmila Vorobieva menegaskan bahwa Presiden Vladimir Putin masih dalam tahap berniat ke G20.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 08 Jun 2022, 17:05 WIB
Diterbitkan 08 Jun 2022, 17:00 WIB
Dubes Rusia Lyudmila Vorobieva.
Dubes Rusia Lyudmila Vorobieva membahas G20. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Rusia Lyudmila Vorobieva memberikan klarifikasi terkait kabar kedatangan Presiden Rusia Vladimir Putin ke G20 Bali pada akhir tahun ini. Dubes Rusia berkata Presiden Vladimir Putin akan melihat keadaan dahulu. 

Posisi Presiden Putin juga baru niat, dan bukan sudah konfirmasi hadir. Dubes Rusia berjanji akan memberikan update ke masyarakat Indonesia apabila Presiden Putin akan benar-benar datang.

"Ia berniat untuk datang, tapi tidak ada yang tahu nantinya," ujar Dubes Rusia Lyudmila Vorobieva kepada wartawan, Rabu (8/6/2022).

"Tolong jangan bilang Duta Besar berkata bahwa Presiden (Putin) akan untuk datang. Saya tidak tahu, (namun) dia sudah mengkonfirmasi niatnya," jelas Dubes Rusia. Ia pun kembali mengapresiasi sikap pemerintah Indonesia yang dianggap tidak memihak di G20.

Lebih lanjut, Dubes Lyudmila Vorobieva memastikan bahwa spekulasi terkait kesehatan Presiden Putin adalah kabar palsu. Kondisi Presiden Putin ditegaskan masih prima.

"(Berita) palsu lagi. Palsu lagi," kata Dubes Vorobieva. 

Sementara itu, pihak pemerintah Ukraina juga belum memastikan bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky akan datang atau tidak. Presiden Zelensky berkata masih harus melihat keadaan terlebih dahulu. 

Ketika berbicara dengan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Presiden Zelensky mengaku tidak ingin meninggalkan tanah air dan warga negaranya di tengah invasi Rusia. Namun, Presiden Zelensky membuka wacana mengirim video. 

Masih belum ada kepastian kapan invasi Rusia ke Ukraina akan berakhir. Negosiasi pun masih buntu dan Ukraina berkata sejumlah daerahnya masih diserang dan diduduki oleh Rusia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Negosiasi Masih Buntu

Bendera dukungan terhadap Ukraina di tengah perang dengan Rusia.
Bendera dukungan terhadap Ukraina di tengah perang dengan Rusia. (AFP/Fabrice Coffrini)

Negosiasi antara Ukraina dan Rusia menemui jalan buntu. Sulit menemukan jalan tengah di antara keduanya. Ukraina menyebut bahwa tak akan pernah mau menukar wilayahnya dengan kesepakatan damai.

“Secara ideologis tidak dapat diterima bagi kami untuk memberikan sesuatu kepada Federasi Rusia dan berpura-pura bahwa itu adalah semacam perang yang mudah,” kata Mykhailo Podolyak, seorang anggota delegasi Ukraina untuk pembicaraan damai dengan Rusia.

Menanggapi ini, Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin menyebut bahwa Rusia tak becus.

"Rusia tak becus (capable) tiap negosiasi," ujar Dubes Vasyl.

"Buktinya masih banyak wilayah Ukraina yang hancur. Apa tujuan dari negosiasi ini?," ujar Dubes Vasyl.

"Apakah kita butuh negosiasi? Ya butuh. Sejak awal kami melakukan negosiasi. Namun Rusia tidak menghentikan bombardir. Siapa yang tidak capable di negosiasi ini" katanya.

Dubes Rusia dan Ukraina mengadakan konferensi pers pada hari yang sama. Dubes Rusia berkata pihak Ukraina yang tidak kunjung merespons negosiasi. 

Posisi kedua negara sejauh ini sulit diselaraskan. Pasalnya, Rusia akan terus menyerang jika tidak ada kesepakatan, sementara Ukraina ogah negosiasi jika Rusia terus menyerang.

 

Jokowi dan PM Australia Singgung Perang Ukraina-Rusia hingga Kemitraan di Pasifik

Presiden Jokowi menyambut kedatangan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat. (Ist)
Presiden Jokowi menyambut kedatangan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat. (Ist)

Sebelumnya, isu Rusia juga dibahas pada pertemuan Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri (PM) Australia yang baru terpilih, Anthony Albanese saat bertemu di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (6/6).

Beberapa topik yang menjadi pembicaraan Jokowi dan Albanese, salah satunya yakni mengenai perang yang masih berlangsung antara Ukraina dan Rusia.

 

"Kita tukar pikiran mengenai perang di Ukraina, kerja sama Indo-pacific dan penguatan kemitraan pembangunan di pasifik. Secara umum saya sampaikan kembali posisi konsisten di Indonesia bahwa hubungan baik kedua negara dapat memberi kontribusi bagi perdamaian dan kemakmuran kawasan," kata Jokowi dalam siaran daring, Senin (6/6).

Jokowi dan Albanese meyakini, prinsip dan hukum internasional harus dipatuhi secara konsisten. Selain itu, strategy competition di kawasan juga perlu dikelola dengan baik untuk menghindari konflik terbuka.

"Budaya damai dan strategic trust perlu diperkuat, kita (Indonesia-Australia) sepakat untuk memperkuat kemitraan di Pasifik terutama di bidang iklim, perikanan dan pertanian," urai Jokowi.

Menutup obrolan tersebut, Jokowi berharap PM Albanese dapat hadir dalam KTT G20 di Bulan November 2022 di Bali. Mendengar permintaan langsung dari Jokowi, PM Albanese memastikan dirinya akan hadir memenuhi undangan tersebut.

"Today, I confirm to President Jokowi that I will attend the summit in Bali on November," kata PM  Anthony Albanese menutup.

Dubes Ukraina Vasyl Hamianin Prihatin Banyaknya Anak Jadi Korban Invasi Rusia

Duta Besar Ukraina di Indonesia, Vasyl Hamianin menyampaikan situasi terkini setelah invasi Rusia melalui press briefing bersama awak media, Senin (6/6/2022).
Duta Besar Ukraina di Indonesia, Vasyl Hamianin menyampaikan situasi terkini setelah invasi Rusia melalui press briefing bersama awak media, Senin (6/6/2022).

Duta Besar Ukraina di Indonesia, Vasyl Hamianin menyampaikan situasi terkini akibat invasi Rusia yang turut menjadikan anak-anak sebagai korban jiwa.

Ia menyampaikan bahwa pada 4 Juni lalu, pihak Ukraina menggelar acara penghormatan terhadap anak-anak yang menjadi korban serangan Rusia. 

 

"Saya akan mengatakan bahwa banyak orang yang tidak bersalah meninggal hari ini, tetapi anak-anak yang paling tidak bersalah, termasuk bayi yang sangat kecil, dibunuh, atau, atau disiksa," ujarnya dalam press briefing secara virtual yang diikuti Liputan6.com, Senin (6/6).

"Dan dalam tiga bulan terakhir, lebih dari 260 anak Ukraina meninggal, seperti yang dilaporkan dan dicatat. Namun, kami menduga ada lebih banyak lagi," ujarnya lagi.

Ia menambahkan bahwa hampir 500 anak juga terluka. "Fakta tersebut melukai kami, bahwa lebih dari 100.000 warga sipil tewas selama penghargaan tiga bulan ini," tambahnya lagi.

Bahkan, ia mengungkapkan bahwa masih banyak korban yang tertimbun bangunan akibat serangan Rusia ke Ukraina sehingga tidak ketahuan jumlah pastinya.

Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya