Liputan6.com, Kepulauan Basilan - Sejumlah pria bersenjata membunuh tiga tentara di wilayah Filipina selatan dalam kekerasan yang bertepatan dengan kunjungan Presiden Filipina yang baru ke wilayah itu untuk menjanjikan dukungan terhadap kelompok pemberontak Muslim mengenai kesepakatan damai 2014.
Tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa serangan yang terjadi pada tengah hari di provinsi Kepulauan Basilan itu berkaitan dengan kunjungan Presiden Ferdinand Marcos Jr. pada sebuah upacara di provinsi lain di wilayah selatan.
Tetapi pembunuhan itu menggarisbawahi masalah keamanan rumit yang dihadapi presiden yang baru terpilih itu, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (16/9/2022)
Advertisement
Marcos Jr., yang mulai menjabat pada Juni, berbicara di Kota Cotabato dan berjanji akan terus mendukung mantan pemimpin pemberontak Muslim yang kini membantu mengatur wilayah otonomi Muslim di bawah kesepakatan perdamaian 2014.
Sekelompok tentara sedang berjalan untuk mengganti pasukan lain yang mengakhiri giliran jaga mereka di sebuah pos terdepan di Kota Al-Barka di Basilan, ketika sekitar tujuh pria bersenjata melepaskan tembakan dan menewaskan tiga dari mereka, kata komandan militer provinsi, Brig. Jen. Domingo Gobway.
Tentara lain membalas tembakan yang dilancarkan dalam bentrokan singkat tersebut, tetapi para penyerang melarikan diri ketika bala bantuan tentara mendekat, ujar Gobway.
Para penyerang berasal dari sekelompok penjahat yang terpisah dari kelompok Abu Sayyaf, sebuah kelompok militan Muslim kecil namun kejam, yang masih terdapat di Basilan meskipun kelompok tersebut telah mengalami kemunduran dalam pertempuran yang berlangsung selama bertahun-tahun, kata Gobway kepada wartawan.
Penembakan di Kampus Filipina Menewaskan Tiga Orang, Pelaku Ditangkap
Penembakan terjadi di Filipina. Seorang laki-laki bersenjata melepaskan tembakan ke kampus universitas di ibu kota Manila pada Minggu 24 Juli 2022.
Penembakan tersebut telah menewaskan seorang mantan wali kota dan dua lainnya dalam serangan keji menjelang upacara kelulusan.
Menurut laporan VOA Indonesia, Senin (25/7/2022), polisi mengatakan tersangka, yang menggunakan dua pistol, ditangkap di dalam mobilnya ketika berupaya melarikan diri dari Universitas Ateneo de Manila, di pinggiran kota Quezon. Mobil yang dikemudikannya diblokir oleh beberapa saksi mata dan pihak berwenang di luar gerbang universitas itu.
Tidak ada satu orang pun yang boleh masuk dan keluar dari kampus yang luas itu, sementara upacara kelulusan di Fakultas Hukum dibatalkan.
Tim penyelidik masih belum mengetahui motif serangan itu.
Kendati demikian Kepala Kepolisian Kota Quezon Brigjen. Remus Medina, tersangka – yang diketahui seorang dokter medis – telah sejak lama berseteru dengan Rosita Furigay, mantan wali kota Lamitan, di provinsi Basilan Selatan.
Advertisement
Korban
Furigay, bersama ajudannya dan seorang petugas keamanan universitas itu, tewas dalam serangan itu.
Putri Furigay, yang seharusnya menghadiri wisuda itu, luka-luka dan dilarikan ke rumah sakit.
Sebuah foto menunjukkan salah seorang korban tergeletak di tanah dekat karangan bunga.
Beberapa pejabat mengatakan Ketua Mahkamah Agung Alexander Gesmundo, yang seharusnya menjadi pembicara dalam upacara wisuda itu, disarankan berbalik arah.
Presiden Ferdinand Marcos Jr. yang baru terpilih berjanji akan segera menyelidiki serangan itu dan mengadili mereka yang berada di balik pembunuhan tersebut. Ia dijadwalkan berpidato pada sidang gabungan Kongres di DPR pada hari Senin (25/7), di kota Quezon, di mana polisi dan penegak hukum telah memberlakukan larangan senjata dan meningkatkan keamanan sebelum penembakan tersebut.
Tersangka Penembakan
Mengutip BBC, tersangka yang tidak memiliki kerabat saat wisuda, juga berasal dari kota Lamitan di Provinsi Basilan, kubu Abu Sayyaf, sebuah kelompok ekstremis yang dikenal karena bandit dan penculikannya.
Wali Kota Quezon Joy Belmonte mengutuk serangan itu.
“Insiden semacam ini tidak memiliki tempat di masyarakat kita dan harus dikutuk ke tingkat tertinggi,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Di negara Asia Tenggara, insiden penembakan terjadi secara sporadis, dengan pemilik harus memiliki izin untuk membawa senjata di tempat umum.
Petugas keamanan swasta di Filipina membawa pistol atau senapan, dan senjata api adalah pemandangan umum di pusat perbelanjaan, kantor, bank, restoran dan bahkan sekolah.
Advertisement