Ilmuwan Temukan Samudra Keenam, Letaknya di Bawah Bumi?

Selama ini diketahui hanya ada 5 samudra di Bumi, akan tetapi penelitian terbaru menunjukkan samudra di Bumi bertambah satu.

oleh Anissa Rizky Alfiyyah diperbarui 03 Okt 2022, 10:03 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2022, 10:03 WIB
Peta Satelit Ungkapkan 'Cekcok' Antar Benua
Sebuah peta mengungkapkan adanya tabrakan antar lempeng Samudra Hindia dan Eurasia, yang selama ini tak diketahui.

Liputan6.com, Jakarta- Selain Samudra Atlantik, Pasifik, Hindia, Arktik, dan Selatan, dikabarkan kini ditemukan satu samudra lagi di Bumi. Tim ilmuwan Internasional menemukan bukti adanya sebuah perairan yang cukup luas di antara mantel atas dan bawah Bumi. 

Bukti tersebut ditemukan saat menganalisis berlian langka yang terbentuk sekitar 660 kilometer di bawah permukaan bumi, yang juga menguatkan teori tentang air lautan yang mengiringi zona subduksi dan masuk ke zona transisi. Temuan baru ini mengungkap tentang siklus air Bumi yang mencakup bagian dalam Bumi.

Studi yang dilakukan tim peneliti asal Jerman-Italia-Amerika ini telah dipublikasikan di jurnal Nature, yang menyatakan struktur internal dan dinamika Bumi telah dibentuk oleh batas 660 km antara zona transisi mantel atas dan bawah.

Dikutip dari India Today, Senin (3/10/2022), bukti-bukti menunjukkan ada air di zona transisi (TZ), lapisan batas yang memisahkan mantel atas dan mantel bawah Bumi. Batas tersebut terletak pada kedalaman 410-660 kilometer yang memiliki tekanan sangat besar. Tekanan tersebut yang menyebabkan mineral olivin berwarna hijau berubah struktur kristalnya. 

Olivin membentuk sekitar 70 persen mantel atas Bumi yang juga disebut peridot.

Para ilmuwan mengatakan, pada batas atas zona transisi di kedalaman sekitar 410 kilometer, olivin diubah menjadi wadsleyite yang lebih padat, kemudian pada kedalaman 520 kilometer bermetamorfosis menjadi ringwoodite yang lebih padat. 

"Transformasi mineral ini menghambat pergerakan batuan di mantel. Lempeng subduksi sering mengalami kesulitan untuk menembus seluruh zona transisi. Jadi, ada kuburan lempeng-lempeng di zona ini yang terletak di bawah Eropa," kata Prof Frank Brenker, dari Institut Geosains Universitas Goethe.

Ocean Inside the Earth

Berlian Dalam Berlian
'Berlian dalam berlian' ditemukan di Siberia, menurut ilmuwan ini berasal dari mantel Bumi. (Alrosa PJSC)

Selain menganalisis mineral olivin yang berubah di kedalaman yang berbeda di bawah permukaan bumi, para ilmuwan juga menganalisis berlian dari Botswana yang terbentuk pada 660 kilometer di bawah permukaan bumi, pada antarmuka di antara zona transisi dan mantel bawah. Analisis berlian menggunakan spektroskopi Raman dan spektrometri FTIR menemukan inklusi ringwoodite yang memiliki kandungan air yang tinggi.

Inklusi dalam berlian terlihat 1,5 sentimeter cukup besar yang memungkinkan komposisi kimia yang tepat untuk ditentukan. Temuan ini sekaligus mengonfirmasi bahwa zona transisi bukanlah spons kering, tetapi ada air yang cukup banyak di dalamnya dan kemungkinan membawa kita lebih dekat ke "Jules Verne's idea of an ocean inside the Earth."

Para ilmuwan menjelaskan bahwa kandungan air yang tinggi di zona transisi akan berdampak cukup luas pada situasi dinamis dalam Bumi, dan jika zona transisi dilanggar, hal itu dapat menyebabkan pergerakan massa di kerak Bumi. 

Pulau Baru di Samudra Pasifik

Pulau Baru di Samudra Pasifik
Drone yang dioperasikan oleh Woods Hole Sea Education Association (SEA) mengunjungi pulau vulkanik baru di negara kepulauan Pasifik Selatan, Tonga. Pulau baru ini lahir pada tahun 2015. (Dokumentasi SEA)

Selain samudera keenam yang ditemukan di bawah bumi, beberapa tahun lalu seorang ilmuwan NASA telah mengunjungi sebuah pulau baru berusia empat tahun, yang sebelumnya pernah tertangkap citra satelit bahwa nusa tersebut muncul dari balik Samudra Pasifik.

Menjelang akhir Desember 2014, para ilmuwan menyadari bahwa satelit-satelit buatan yang mengitari planet kita tengah menyoroti puncak vulkanik yang menyembul dari dalam wilayah perairan Tonga, di Samudra Pasifik.

Pada akhir Januari 2015, erupsi itu telah berakhir dan daratan baru muncul, membentang antara dua pulau kecil yang lebih tua yang disebut Hunga Tonga dan Hunga Ha'apai. (Pulau kecil ketiga ini disebut secara tidak resmi sebagai Hunga Tonga-Hunga Ha'apai).

Dan Slayback, seorang ilmuwan di NASA yang berfokus pada penggunaan data penginderaan jauh satelit, menyaksikan letusan itu dan mulai merencanakan cara untuk melihat tanah baru itu secara langsung. Lalu pada bulan Oktober 2018, ia dan tim ilmuwan tiba di lokasi kejadian.

"Kami semua seperti anak sekolah yang kegirangan," Slayback mengatakan kepada blog NASA yang didedikasikan untuk ekspedisi Bumi, dikutip dari Live Science pada Senin (4/2/2019).

"Benar-benar menakjubkan pandangan saya, betapa berharganya berada di sana untuk beberapa hal," imbuhnya.

Pulau 'bayi' itu mampu bertahan hidup dengan cara yang tidak biasa. Sebagian besar pulau menghilang hanya dalam beberapa bulan, seperti yang diperkirakan akan terjadi oleh para ahli.

Tetapi analisis yang dilakukan pada tahun 2017 oleh NASA merevisi harapan hidup pulau itu, yakni antara enam dan 30 tahun. Pulau ini adalah satu dari tiga pulau vulkanik yang hidup lebih lama, beberapa bulan dalam 150 tahun terakhir.

"Pulau ini juga pulau pertama yang sanggup bertahan sejak armada satelit mulai mengamati permukaan Bumi," Slayback menjabarkan.

Namun demikian, ketika para ilmuwan menginjakkan kaki di pulau baru, ekspektasi mereka tidak sesuai yang dibayangkan seperti pandangan satelit. Perubahan ketinggian lebih dramatis daripada yang diperkirakan para peneliti, misalnya.

Data yang dikumpulkan tim di darat akan membantu para ilmuwan mengasah model yang mereka gunakan untuk mengubah gambar satelit ke ketinggian, menurut NASA.

Slayback juga mengumpulkan sampel batuan dengan izin dari perwakilan Tonga. Para peneliti mengatakan, ia berharap bahwa data yang dikoleksi selama ia melakukan perjalanan di pulau 'bayi' tersebut akan membantu para ilmuwan lain dalam memahami jangka yang dibutuhkan pulau itu bisa bertahan.

10 Lokasi Misterius Tersembunyi di Bawah Samudra

Hunga Tonga, pulau yang baru muncul di bagian selatan Samudera Pasifik (NASA)
Hunga Tonga, pulau yang baru muncul di bagian selatan Samudera Pasifik (NASA)

Diperkirakan kita hanya mengetahui 230.000 dari dua juta spesies yang hidup di lautan. Beberapa dari bagian samudra yang belum dijelajahi masih menjadi misteri.

Konon manusia tahu lebih banyak tentang luar angkasa daripada samudra. Buktinya ada peta Mars dan Venus yang lebih baik daripada dasar laut.

Jadi, eksplorasi dasar samudra mungkin harus dilakukan secara lebih masif lagi agar kita dapat mengetahui apa misteri tersembunyi di bawah laut.

Berikut ini adalah 10 tempat misterius yang tersembuyi di bawah samudra, dikutip dari Science Focus, Rabu (11/11/2020):

1. Di Bawah Lapisan Es Laut Ross

Beberapa tim peneliti pemberani telah mengebor ratusan meter melalui lapisan es terbesar di dunia dan menemukan koleksi misterius spesies yang hidup di bawahnya, termasuk ikan dan krustasea.

Sekelompok ilmuwan sedang menguji robot bawah air, ketika mereka menemukan anemon laut yang belum pernah terlihat dan ikan berenang terbalik yang aneh.

Belum ada yang tahu bagaimana mereka sampai di sana atau bagaimana mereka bertahan hidup dalam kondisi ekstrem seperti itu. Namun, makhluk yang sulit dipahami ini mungkin memiliki implikasi yang cukup besar bagi astrobiologi, karena para ilmuwan berpikir bahwa lapisan es Antartika memiliki kondisi yang mirip dengan Europa.

Area ini menunjukkan adanya ekstra kehidupan terestrial yang mungkin dapat bertahan dalam lingkungan yang sangat dingin. Meskipun sangat sedikit yang diketahui tentang makhluk laut yang aneh tersebut, para peneliti berharap untuk kembali ke lapisan es dengan robot yang didesain ulang untuk mempelajarinya lebih lanjut.

2. Gakkel Ridge

Membentang di antara Greenland dan Siberia, Gakkel Ridge adalah punggungan tengah laut terdalam di dunia, mencapai kedalaman hingga 3 mil (4 Km).

Maka tidak mengherankan jika sudut tergelap punggungan Gakkel sebagian besar masih belum dijelajahi. Namun, rantai pegunungan bawah laut adalah tempat para ilmuwan menemukan ventilasi hidrotermal Arktik pertama, pada tahun 2003.

Ventilasi hidrotermal adalah tempat utama bagi organisme laut, dengan kepadatan organisme hingga 100.000 kali lebih tinggi daripada lautan di sekitarnya. Ventilasi ini kemungkinan berisi spesies yang tidak ditemukan di tempat lain di Bumi.

Pada tahun 2007, para peneliti melakukan misi AGAVE (Arctic Gakkel Vents Expedition), di mana mereka menemukan sejumlah besar endapan vulkanik piroklastik, yang tampak sebagai struktur seperti kaca di dasar laut. Kelompok tersebut menggunakan robot di bawah air untuk menjelajahi daerah tersebut dan menemukan "tikar" kehidupan mikroba dalam jumlah besar.

Selengkapnya di sini...

Infografis: Bumi Makin Panas, Ancaman Nyata Bagi Manusia (Liputan6.com / Abdillah)
Infografis: Bumi Makin Panas, Ancaman Nyata Bagi Manusia (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya