Astronom Temukan Planet Kembaran Bumi yang Super Padat

Sistem baru ini dinamakan K2-360, dan terletak sekitar 750 tahun cahaya dari bumi. Bintang induknya memiliki kemiripan dengan matahari kita, baik dari segi massa maupun luminositas.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 12 Apr 2025, 01:00 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2025, 01:00 WIB
apa ciri planet kebumian
apa ciri planet kebumian ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah tim astronom dari Jepang dan Eropa berhasil menemukan sistem multi-planet baru. Menariknya, sistem multi-planet ini mengorbit pada bintang mirip matahari.

Melansir laman SciTechDaily pada Jumat (11/04/2025), mereka mengidentifikasi sebuah planet dengan periode orbit sangat pendek dan kepadatan luar biasa tinggi, salah satu yang planet paling padat yang pernah ditemukan. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Scientific Reports dan menawarkan wawasan penting mengenai bagaimana planet terbentuk dan berevolusi dalam kondisi ekstrem.

Sistem baru ini dinamakan K2-360, dan terletak sekitar 750 tahun cahaya dari bumi. Bintang induknya memiliki kemiripan dengan matahari kita, baik dari segi massa maupun luminositas.

Sistem ini terdiri atas dua planet yakni K2-360 b dan K2-360 c. K2-360 b dijuluki sebagai planet super-Earth.

K2-360 b adalah planet berbatu yang lebih besar dari bumi, namun lebih kecil dari Neptunus. Ukurannya sekitar 1,6 kali bumi, namun memiliki massa sekitar 7,7 kali lipat dari bumi.

Planet ini menyelesaikan satu orbit mengelilingi bintangnya hanya dalam 21 jam. Dengan kombinasi ukuran dan massa tersebut, K2-360 b tercatat sebagai salah satu planet paling padat yang diketahui secara detail hingga kini.

Sementara itu, K2-360 merupakan planet luar yang lebih besar dan mengorbit bintang setiap 9,8 hari. Massa minimumnya diperkirakan 15 kali massa bumi, namun karena tidak transit di depan bintangnya (dari perspektif kita), ukuran pastinya belum diketahui.

Kepadatan luar biasa tinggi K2-360 b memberikan petunjuk penting. Planet ini kemungkinan merupakan inti yang tersisa dari sebuah planet yang dulunya jauh lebih besar, namun telah kehilangan lapisan luar (termasuk atmosfernya) akibat radiasi dan gaya pasang surut dari bintangnya yang sangat dekat.

Menurut para astronom, planet-planet ini memberi gambaran tentang nasib planet dekat bintang, hanya inti berbatu yang tersisa setelah miliaran tahun evolusi. Komposisi planet yang sangat kaya besi ini menunjukkan bahwa ia dulunya mungkin memiliki atmosfer tebal yang kemudian teruapkan melalui proses photoevaporation, yakni penguapan atmosfer akibat radiasi ultraviolet bintang.

Misteri mengapa K2-360 b bisa begitu dekat dengan bintangnya terpecahkan lewat model dinamika yang melibatkan interaksi gravitasi dengan planet luar, K2-360 c. Model ini menunjukkan kemungkinan bahwa planet luar mendorong planet bagian dalam melalui proses yang disebut migrasi eksentrisitas tinggi (high-eccentricity migration).

Interaksi gravitasi ini awalnya membuat orbit planet dalam sangat lonjong. Kemudian, gaya pasang surut dari bintang perlahan mengubah orbit tersebut menjadi melingkar.

Pada akhirnya menempatkan planet pada orbit sangat dekat dengan bintang. Alternatif lainnya, proses ini mungkin juga didorong oleh rotasi dan kemiringan sumbu spin planet, yang memicu efek pasang surut lebih lanjut dan mempercepat perubahan orbit.

 

Sejarah Sistem

Untuk memahami asal-usul sistem planet seperti ini, para ilmuwan perlu menyusun sejarah sistem berdasarkan berbagai simulasi numerik. Mereka mulai dari dugaan konfigurasi awal sistem, lalu menjalankan banyak simulasi dengan berbagai parameter awal.

Kemudian para astronom bandingkan hasil simulasi dengan data observasi (dari metode transit dan kecepatan radial). Jika hasilnya cocok dan sistemnya stabil, maka besar kemungkinan itulah skenario evolusi sebenarnya.

Dengan pendekatan ini, para peneliti tidak hanya bisa membatasi nilai parameter yang tidak bisa diukur secara langsung, tetapi juga membangun narasi lengkap tentang bagaimana sistem planet terbentuk dan berevolusi. Sistem K2-360 menjadi laboratorium alami yang sangat berharga karena menyediakan dua jenis planet dengan karakteristik sangat berbeda, namun berada dalam satu sistem yang sama.

Keberadaan dua planet dengan lintasan dan massa berbeda ini memungkinkan para ilmuwan menguji beragam skenario evolusi, terutama migrasi planet dan penguapan atmosfer. Gabungan data ini memungkinkan penghitungan kepadatan, yang pada gilirannya membuka rahasia komposisi dan sejarah planet.

Penemuan ini juga menjadi kerangka awal dalam memahami evolusi sistem planet lain dengan menerapkan model simulasi serupa terhadap eksoplanet-eksoplanet yang akan ditemukan di masa depan.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya