Bisnis Senjata Laris Akibat Perang Rusia-Ukraina

Industri persenjataan laris akibat perang. Ini terjadi di perang Rusia-Ukraina.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Nov 2022, 11:08 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2022, 11:08 WIB
Asap mengepul dari pabrik baja Azovstal di Mariupol, di wilayah di bawah pemerintahan Republik Rakyat Donetsk, Ukraina timur, saat perang antara Rusia Ukraina. (AP Photo/Alexei Alexandrov, File)
Asap mengepul dari pabrik baja Azovstal di Mariupol, di wilayah di bawah pemerintahan Republik Rakyat Donetsk, Ukraina timur, saat perang antara Rusia Ukraina. (AP Photo/Alexei Alexandrov, File)

Liputan6.com, Kyiv - Invasi yang dilancarkan Rusia terhadap Ukraina memicu masalah perekonomian global karena harga pangan dan energi melonjak. Inflasi global pun menghantui. PM Inggris Rishi Sunak di G20 berkata bahwa tidak ada yang tidak terdampak efek invasi Rusia.

Namun, bisnis senjata ternyata untung dari perang yang terjadi. Produksi senjata pun terus meningkat.

Dilaporkan VOA Indonesia, Jumat (25/11/2022), produsen senjata di Eropa Timur memproduksi senjata dan amunisi pada kecepatan yang belum pernah terjadi sejak masa Perang Dingin.

Banyak negara di kawasan itu yang masih mewaspadai Rusia – bekas tuan mereka, Soviet – dan ingin membantu perlawanan Ukraina.

Perusahaan senjata lantas memanfaatkan kesempatan itu.

Perusahaan senjata milik pemerintah Polandia, PGZ, membuat berbagai produk, dari pesawat nirawak (drone) hingga kendaraan lapis baja.

Pemimpin perusahaan itu, Sebastian Chwalek, mengatakan perusahaannya hampir melipatgandakan rencana investasi mereka untuk sepuluh tahun ke depan.

“Kami mengembangkan dan memperluas kemampuan kami. Kami mempersiapkan peningkatan pengiriman senjata bukan hanya untuk pasar Polandia – kami sadari itu. Kami sedang berdiskusi dengan calon pelanggan dari negara ketiga yang ingin melengkapi pasukan mereka dengan persenjataan Polandia.”

PGZ mengatakan pihaknya telah mengirimkan berbagai macam peralatan ke Ukraina, termasuk mortir, senjata-senjata kecil dan amunisi.

Perusahaan itu memperkirakan pendapatan mereka pada 2022 akan melampaui tingkat pra-perang yang hampir mencapai $1,5 miliar (sekitar Rp23,4 triliun).

Ceko Juga Cuan

Warga Ukraina merayakan pembebasan Kherson
Seorang anggota pasukan pertahanan Ukraina menandatangani bendera Ukraina untuk seorang penduduk di Kherson, Ukraina selatan, Senin (14/11/2022). Penduduk Kota Kherson dengan gembira menyambut pasukan Ukraina, setelah Rusia mengatakan telah menarik diri sepenuhnya dari kota di selatan itu. (AP Photo/Bernat Armangue)

Hal serupa terjadi di Republik Ceko. 

Negara itu telah memasok persenjataan senilai $2,1 miliar (32,8 triliun) ke Ukraina. Wakil Menteri Pertahanan Ceko Tomas Kopecny mengatakan, ekspor senjata negaranya akan memecahkan rekor tertinggi sejak tahun 1989.

“Bagi industri pertahanan Ceko, konflik di Ukraina dan bantuan yang diberikan pihak industri kepada para pejuang di sana, jelas menjadi dorongan yang belum pernah kami lihat dalam 30 tahun terakhir. Tahun ini tidak saja mencatat rekor tertinggi dalam hal ekspor material militer, tetapi juga tentang kualitasnya. Ini tentang fakta bahwa secara historis kita bisa mendapatkan akses ke teknologi dan kemitraan dengan salah satu industri senjata terbesar di dunia, dan itu adalah peluang yang sangat besar.”

Industri senjata Eropa Timur pertama kali berkembang pesat di bawah Komunisme, menghasilkan senjata bagi blok Soviet.

Perang di Ukraina kini membuat pabrik-pabrik itu sibuk kembali, tapi kali ini bukan untuk melayani Kremlin.

Uni Eropa: Rusia Adalah Negara Sponsor Terorisme

Rusia Resmi Caplok 4 Wilayah Ukraina
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara bersama Pemimpin Republik Rakyat Luhansk Leonid Pasechnik (kiri), dan Pemimpin Republik Rakyat Donetsk Denis Pushilin (kanan) saat perayaan menandai penggabungan wilayah Ukraina dengan Rusia di Lapangan Merah, Moskow, Rusia, 30 September 2022. (Sergei Karpukhin, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Federasi Rusia kini telah ditetapkan sebagai negara sponsor terorisme oleh Uni Eropa. Ini akibat serangan militer Rusia terhadap Ukraina. 

Berdasarkan laporan VOA Indonesia, Kamis (24/11), langkah ini lebih bersifat simbolis karena Uni Eropa tidak memliki kerangka hukum untuk mendukungnya. Pada saat yang sama, blok itu memberlakukan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia, atas invasinya ke Ukraina. 

Rusia menanggapi keputusan Parlemen Eropa itu dengan penuh kemarahan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menulis di Telegram, “saya mengusulkan menunjuk Parlemen Eropa sebagai sponsor kebodohan.”

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah mendesak Amerika dan negara-negara lain untuk menyatakan Rusia sebagai negara sponsor terorisme, menuduh pasukannya menarget warga sipil. Hal ini telah berulangkali dibantah Rusia.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken sejauh ini menolak menyatakan Rusia sebagai negara sponsor terorisme meskipun resolusi di kedua majelis di Kongres telah mendesaknya untuk mengambi langkah ini.

Departemen Luar Negeri Amerika sebelumnya telah menyebut empat negara – yaitu Kuba, Korea Utara, Iran dan Suriah – sebagai negara-negara sponsor terorisme, yang berarti mereka dapat dijatuhi pembatasan keuangan dan dikenai larangan ekspor pertahanan.

Menurut European Parliamentary Research Service, di Uni Eropa, sejauh ini ada empat parlemen negara yang telah menyatakan Rusia sebagai negara sponsor terorisme, yaitu Lithuania, Latvia, Estonia dan Polandia.

Bangsal Bersalin Ukraina Diserang Roket Rusia

Presiden Rusia Vladimir Putin Peringatkan Tak Ragu Pakai Senjata Nuklir Lawan Ukraina
Presiden Rusia Vladimir Putin memegang teropong saat menonton latihan militer Center-2019 di lapangan tembak Donguz dekat Orenburg, Rusia, 20 September 2019. Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa dia tidak akan ragu menggunakan senjata nuklir untuk menangkal upaya Ukraina merebut kembali kendali atas wilayah yang didudukinya yang akan diserap Moskow. (Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP, File)

Seorang bayi yang baru lahir tewas setelah serangan Rusia yang menghantam bangsal bersalin di wilayah Zaporizhzhia selatan, Ukraina.

Wilayah ini merupakan area yang diklaim Moskow lewat aturan aneksasinya, kata layanan darurat Ukraina, dikutip dari laman Straits Times, Rabu (23/11). 

Serangan roket di wilayah yang terdapat rumah sakit setempat ini berisi gedung bangsal berlantai dua.

Mereka menambahkan bahwa ada "seorang wanita yang sedang melahirkan dengan bayi yang baru lahir, serta seorang dokter" di dalam gedung tersebut.

"Akibat penyerangan, seorang bayi yang lahir pada tahun 2022 meninggal, wanita dan dokter tersebut berhasil diselamatkan dari reruntuhan,” kata tim penyelamat, menambahkan bahwa menurut informasi awal, tidak ada orang lain yang terperangkap di bawah reruntuhan.

Layanan darurat mengunggah video penyelamat yang bekerja untuk membebaskan seorang pria di reruntuhan bangsal bersalin yang tampaknya hancur.

Presiden Volodymyr Zelensky pada hari Rabu menuduh Rusia membawa "teror dan pembunuhan" ke Ukraina setelah serangan tersebut.

Infografis Rusia Didepak dari Dewan HAM PBB
Infografis Rusia Didepak dari Dewan HAM PBB (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya