Liputan6.com, Washington DC - Pemimpin fraksi Partai Republik Kevin McCarthy gagal dalam upayanya duduk di kursi ketua DPR Amerika Serikat (AS). Dengan demikian, sudah tiga hari AS tidak memiliki ketua DPR. Fenomena ini menandai kebuntuan politik yang tidak pernah terjadi sejak era pra-Perang Saudara.
Partai Republik mengambil alih DPR dalam pemilu sela yang digelar pada November 2022, namun kebuntuan saat ini membuat pengambilan sumpah anggota atau pengesahan undang-undang tidak dapat dilakukan. Dikutip dari BBC, pemilihan akan kembali digelar pada Jumat (6/1/2023) waktu setempat.
Kegagalan teranyar McCarthy dipicu oleh langkah 20 Republikan garis keras yang menolak memberinya 218 suara yang dibutuhkan. Mereka skeptis terhadap McCarthy, meski politikus berusia 57 tahun itu telah mendapat dukungan dari mantan Presiden Donald Trump.
Advertisement
Sebut saja Ralph Norman dari Carolina Selatan, yang mengatakan bahwa dia sama sekali tidak memercayai McCarthy. Menurut Norman, tim McCarthy telah mengancam pembalasan politik terhadap mereka jika tidak sejalan.
"Kami akan dikeluarkan dari komite," kata Norman. "Kami akan kehilangan setiap hak istimewa yang kami miliki."
Sementara itu, minoritas Demokrat terus memberikan suara serempak untuk pemimpin mereka Hakeem Jeffries dari New York, orang kulit hitam pertama yang memimpin partai di Kongres. Meski demikian, Jeffries dinilai tidak mungkin bisa mendorong pembelotan dari Republikan demi memuluskan jalannya sebagai Ketua DPR.
Terlepas dari perpecahan yang terjadi, McCarthy - yang menjabat sebagai anggota DPR Republik sejak 2019 - telah mendapatkan dukungan dari lebih 200 Republikan. Kini, para pendukungnya pun gelisah karena agenda mereka terhenti.
"Saya sangat khawatir tentang itu dan saya anggota komite intelijen," kata Brian Fitzpatrick, seorang Republikan dari Pennsylvania.
Fitzpatrick menambahkan bahwa dia dan anggota komite lainnya tidak dapat menerima pengarahan rahasia sampai anggota DPR dilantik.
Ketua DPR berada di urutan kedua untuk menggantikan presiden dalam kondisi darurat, tentunya setelah Wakil Presiden Kamala Harris. Pada November, Partai Republik memenangkan DPR dengan selisih 222 banding 212. Sementara itu, Demokrat tetap mempertahankan kendalinya atas Senat.
Â
Kegagalan yang Berulang
McCarthy, telah lama berupaya menjadi ketua DPR. Namun dalam salah satu pemungutan suara pada Selasa (3/1), dia kekurangan tiga suara dalam upaya mendapatkan 218 suara mayoritas di majelis beranggotakan 435 orang itu.
Kegagalan McCarthy berlanjut, sementara para anggota konservatif di partainya sendiri terus mengatakan bahwa secara ideologi dia tidak cukup kuat untuk memimpin.
DPR pun menunda sidang selama beberapa jam pada Rabu malam hingga Kamis tengah hari.
Ketua DPR adalah satu-satunya posisi di kongres yang dirinci dalam Konstitusi AS. Bersama jajaran pemimpin kongres lainnya, Ketua DPR menentukan rancangan undang-undang yang dipertimbangkan untuk disahkan, serta mengatur agenda dan pembahasannya bersama pemerintah.
Advertisement
Pemilihan Ketua DPR Terlama
Proses pemilihan ketua DPR AS kali ini tercatat sebagai yang terlama dalam 164 tahun terakhir. Adapun dalam tiga hari terakhir, telah berlangsung 11 kali pemungutan suara.
Presiden AS Joe Biden ikut bereaksi terhadap drama pemilihan ketua DPR. Dia mengatakan peristiwa ini "memalukan karena berlangsung begitu lama."
"Menurutmu bagaimana ini dilihat di seluruh dunia?," tanya Biden kepada wartawan di Gedung Putih sebelum berangkat ke Hebron, Kentucky, seperti dikutip dari Xinhua. "Ini tidak terlihat baik dan memang bukan hal yang baik."
Anggota Kongres Elissa Slotkin, seorang Demokrat dari Michigan menyebutkan bahwa perpecahan yang terjadi di DPR "tidak hanya memalukan bagi Partai Republik, tetapi juga buruk bagi seluruh bangsa."
Nancy Pelosi Mundur Sebagai Ketua DPR
Belum lama ini, Nancy Pelosi, perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR mengumumkan mundur dari jabatannya. Nancy telah memimpin Partai Demokrat di DPR selama hampir dua dekade. Perempuan berusia 82 tahun itu disebut sebagai tokoh Demokrat paling kuat di Kongres.
Meski mundur, Pelosi akan terus mewakili distrik California di Majelis Rendah Kongres.
"Saya tidak pernah berpikir bahwa suatu hari saya akan beralih dari ibu rumah tangga menjadi ketua DPR," kata Pelosi. "Saya tidak akan mencalonkan diri kembali untuk kepemimpinan Demokrat di kongres berikutnya. Sudah tiba waktunya bagi generasi baru untuk memimpin kaukus Demokrat."
Advertisement