Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan bahwa di tengah situasi dunia yang sulit, pihaknya terus memperkuat diplomasi ekonomi Indonesia.
"Selama menjalankan Presidensi G20, secara bilateral telah dihasilkan 140 proyek kerja sama, dengan nilai US$ 71 miliar atau lebih dari Rp1.100 triliun," tutur Menlu Retno dalam pidato tahunannya di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, Jakarta, pada Rabu (11/1/2023).
Menlu Retno menambahkan, dalam Presiden G20 Indonesia, Just Energy Transition Partnership (JETP) atau kemitraan transisi energi yang adil juga telah disepakati senilai US$ 20 miliar atau lebih dari Rp312 triliun.
Advertisement
"Peningkatan akses pasar dilakukan melalui percepatan finalisasi perjanjian perdagangan bilateral dengan Chile, Uni Emirat Arab, Korea Selatan, Jepang, dan Mauritius," ujar Menlu Retno.
Adapun di tingkat regional, ratifikasi Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) selesai dilakukan.
"Selain itu, dilakukan juga perundingan upgrading perjanjian ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area, ASEAN-Hong Kong Free Trade Area, dan dukungan Indonesia Expo 2022 telah menghasilkan transaksi lebih dari US$15 miliar atau setara dengan Rp233 triliun," jelas Retno.
Pertemuan bisnis dengan negara Amerika Latin dan Karibia dan negara-negara Eropa Timur kembali dilakukan, dengan nilai kerja sama sebesar ratusan juta dolar Amerika Serikat.
Diplomasi di Bidang Kesehatan
Dalam pidato tahunannya, Menlu Retno juga menyinggung soal diplomasi di bidang kesehatan. Ia mengatakan bahwa selama pandemi, diplomasi dijalankan untuk mendukung pemulihan kesehatan nasional dan global.
"Ada 516 juta dosis vaksin yang telah diperoleh Indonesia. 137 juta dosis diantaranya diperoleh melalui kerja sama bilateral dan multilateral. 412 juta dosis vaksin telah disuntikkan kepada masyarakat Indonesia," ungkap Menlu Retno.
Indonesia, tegas Retno, terus memperjuangkan akses vaksin bagi semua negara melalui co-chairmanship-nya dalam COVAX AMC Engagement Group. Hingga Desember 2022, COVAX telah menyalurkan 1,88 miliar dosis vaksin ke 146 negara, termasuk 103 juta dosis ke Indonesia.
"Indonesia juga menjadi salah satu tuan rumah ACPHEED, menjadi tuan rumah AIDHM, dan aktif mengawal proses penyusunan Pandemic Treatyyang baru," kata Retno.
Sementara itu, kontribusi keuangan Indonesia untuk dunia di bidang kesehatan diberikan melalui hibah US$50 juta untuk Pandemic Fund, US$5 juta untuk CEPI, komitmen US$15,5 juta kepada Global Fund, dan US$5 juta untuk mekanisme Regional Reserve of Medical Supplies.
Untuk memperkuat ketahanan kesehatan nasional, diplomasi bekerja untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat riset dan produksi vaksin di kawasan.
"Indonesia telah terpilih sebagai penerima teknologi vaksin mRNA dari WHO. Pada Oktober lalu, Presiden Indonesia telah meluncurkan IndoVac, Vaksin COVID-19 produksi dalam negeri, hasil kolaborasi Bio Farma dengan Baylor College of Medicine dari AS," papar menlu perempuan pertama Indonesia itu.
Advertisement
Tantangan Global pada Tahun 2023
Menlu Retno menggarisbawahi sejumlah tantangan pada tahun 2023, yang disebutnya akan semakin berat.
"Ketidakpastian global dan situasi geopolitik yang sangat dinamis masih akan menjadi karakteristik dunia. Rivalitas antar kekuatan besar juga terus menajam.IMF memprediksi perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,2 persen tahun lalu menjadi 2,7 persen untuk tahun ini," sebut Retno.
Mengutip Managing Director IMF, Menlu Retno mengatakan, "Sepertiga ekonomi dunia diprediksi akan mengalami resesi pada tahun ini. Bahkan di negara yang tidak mengalami resesi, ratusan juta penduduknya akan merasa berada dalam resesi."
Pada saat bersamaan, Program Pangan Dunia (WFP), memperkirakan setidaknya 50 juta orang akan mengawali tahun 2023 di ambang "famine" atau kelaparan.
"UN Global Crisis Response Group (GCRG) mengingatkan bahwa food access crisis yang saat ini kita hadapi dapat menjadi food availability crisis pada tahun 2023, terutama bila krisis pupuk di tingkat global terus berlanjut," ungkap Menlu Retno.
Adapun isu perubahan iklim masih akan terus menjadi perhatian dunia.
Fokus Diplomasi Indonesia 2023
Lebih jauh Menlu Retno memaparkan sejumlah fokus diplomasi Indonesia pada tahun 2023 selain keketuaan ASEAN.
"Pertama adalah soal penguatan diplomasi kedaulatan, di mana terdapat sejumlah perundingan perbatasan maritim. Kedua adalah memperkuat diplomasi perlindungan dan ketiga adalah terus memajukan kerja sama ekonomi," kata Menlu Retno.
Prioritas lainnya, sebut Menlu Retno, adalah aktif menjalankan diplomasi perdamaian dan kemanusian.
"Sebagaimana amanah konstitusi, Indonesia secara konsisten akan terus membantu perjuangan kemerdekaan Palestina. Indonesia akan terus membantu perjuangan rakyat Afghanistan, terutama kaum wanita, dalam memperoleh akses pendidikan. Indonesia akan terus mendukung upaya perdamaian Ukraina dan Rusia. Indonesia yang menjadi ketua MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korea, Turki, Australia) tahun 2023 akan berupaya meningkatkan visibilitas MIKTA sebagai bridge builder dalam penyelesaian isu global," imbuhnya.
Advertisement