2 Pesawat Bawa Bantuan Kemanusiaan Gelombang Pertama Indonesia Tiba di Turki

Bantuan pertama dari Indonesia untuk korban gempa Turki telah tiba.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 13 Feb 2023, 09:52 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2023, 09:44 WIB
Gelombang pertama misi kemanusiaan Pemerintah Indonesia untuk penanganan pasca gempa bumi di Turki, tiba di Bandara Adana, Turki (12/2). (Dok KBRI Ankara)
Gelombang pertama misi kemanusiaan Pemerintah Indonesia untuk penanganan pasca gempa bumi di Turki, tiba di Bandara Adana, Turki (12/2). (Dok KBRI Ankara)

Liputan6.com, Adana - Bantuan Indonesia untuk korban gempa Turki telah tiba.

Gelombang pertama misi kemanusiaan Pemerintah Indonesia untuk penanganan pasca gempa bumi di Turki, tiba di Bandara Adana, Turki pada Minggu 12 Februari 2023. Misi tersebut dibawa dengan 2 pesawat TNI AU yang tiba pada dua waktu yang berbeda.

Pendaratan bantuan kemanusiaan Indonesia yang pertama pada pukul 10.05 waktu setempat dengan B 737-400 membawa 47 personel Medium Urban SAR BASARNAS (MUSAR Inasar) dan perlengkapan ringan. Sementara itu, pendaratan bantuan kedua pada pukul 17.00 waktu setempat dengan Hercules C-130 membawa perlengkapan berat dan bantuan kemanusiaan dari Kementerian Pertahanan.

"Setelah menurunkan penumpang dan muatan, pesawat pertama langsung terbang kembali ke Indonesia. Sementara pesawat kedua, setelah bongkar muat langsung terbang ke Ankara untuk istirahat dan pergantian crew", terang Kolonel Amir Ali Akbar, Atase Pertahanan yang ditugaskan KBRI Ankara untuk mengkoordinasikan pendaratan seluruh gelombang penerbangan dalam keterangan tertulis dari KBRI Ankara yang diterima Senin (13/2/2023).

Setiba di Bandara Sakirpasa Adana yang merupakan pusat debarkasi seluruh bantuan kemanusiaan yang datang dengan pesawat, tim langsung mendapatkan pembekalan awal oleh Duta Besar RI untuk Turki, Lalu Muhamad Iqbal, dan Koordinator Misi dari BNPB, Bambang Surya Putra.

Pihak Badan Penanggulangan Bencana Turki (AFAD) memberikan dukungan penuh sehingga seluruh proses pendaratan, perizinan, imigrasi serta bea cukai berjalan lancar.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bantuan Meluncur ke Antakya

Gelombang pertama misi kemanusiaan Pemerintah Indonesia untuk penanganan pasca gempa bumi di Turki, tiba di Bandara Adana, Turki (12/2). (Dok KBRI Ankara)
Gelombang pertama misi kemanusiaan Pemerintah Indonesia untuk penanganan pasca gempa bumi di Turki, tiba di Bandara Adana, Turki (12/2). (Dok KBRI Ankara)

Segera setelah pendaratan pesawat pertama, seluruh personel INASAR langsung menuju ke daerah operasi yang telah ditentukan AFAD, yaitu di Antakya, Provinsi Hatay. Setiba di Antakya Tim INASAR langsung melakukan koordinasi dengan Kantor PBB untuk Kemanusiaan yang ada di Antakya.

Gelombang pertama misi kemanusiaan Indonesia untuk penanggulangan gempa di Turki ini akan disusul gelombang kedua pada 14 Februari 2023 dan Gelombang Ketiga pada tanggal 19 Februari 2023.

Menurut laporan dari Dubes Indonesia untuk Turki, Lalu Muhammad Iqbal korban selamat masih terus ditemukan di balik reruntuhan puing bangunan.

“Faktanya sampai kemarin malam masih ditemukan yang masih hidup,” ujar Iqbal di Adana, seperti dikutip Senin (13/2/2023).

Menurut Iqbal, Tim Kemanusiaan Indonesia yang terdiri dari Urban Search and Rescue (USAR) Basarnas dan BNPB, masih memiliki peluang untuk menyelamatkan lebih banyak lagi korban selamat dari bencana gempa Turki.

Di samping itu, Iqbal menginformasikan masyarakat setempat terkadang tidak dapat membedakan antara personel SAR dan bantuan kemanusiaan. Ini dapat memicu tekanan kepada responder SAR di lapangan.

“Masyarakat tidak melihat SAR untuk menolong, tetapi masyarakat mengharapkan (tim SAR) datang membawa bantuan,” wanti Iqbal.

Menyikapi kondisi seperti itu, pihak Kedubes telah menyiapkan bantuan logistik untuk mengantisipasi situasi yang diharapkan masyarakat.

Pada kondisi lain, Dubes juga mengatakan, masyarakat terkadang menuntut tim SAR untuk mencari anggota keluarga yang masih di dalam reruntuhan bangunan tanpa melihat kemampuan yang dimiliki oleh tim SAR yang ada di lokasi.

“Jadi ketika masyarakat melihat ada bangunan dan berharap keluarganya yang ada di situ dapat segera dievakuasi, sementara tim rescue tidak berani karena mereka menilai ini tidak aman untuk bekerja. Atau ini hanya dapat dilakukan oleh heavy USAR,” tambah dia.


Siapkan Tenaga Relawan yang Bisa Berbahasa Lokal

Tim Kemanusiaan Indonesia tiba di Adana, Turki
Tim Kemanusiaan Indonesia yang terdiri dari Urban Search and Rescue (USAR) Basarnas dan BNPB tiba di Adana, Turki, pada Minggu (12/2/2023). (Dok. BNPB)

Menghadapi potensi ketidakpahaman warga, Dubes menyiapkan tenaga relawan yang dapat berbahasa lokal sehingga tidak ada salah komunikasi saat bertugas di lapangan.

Sementara itu, Ketua Tim Kemanusiaan Indonesia, Bambang Surya Putra menekankan arahan Dubes tadi kepada para personel USAR. Menurut dia, Tim yang dipimpinnya didukung dengan tenaga lokal yang bisa berbahasa setempat.

“Jadi kaki mengerti apa yang diingin oleh masyarakat yang kita layani,” jelas Bambang.

Sebagai informasi, Tim Kemanusiaan Indonesia yang tiba pada hari Minggu 12 Februari berasal dari BNPB, Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan dan Basarnas. Basarnas menerjunkan 47 personel USAR dengan klasifikasi medium yang terserfikasi Insarag atau International Search and Rescue Advisory Group.

Tim USAR tersebut akan didukung tiga ekor anjing dengan kategori SAR dog dan K-9. Pengiriman tim pencarian dan pertolongan atau search and rescue (SAR) masih sangat dibutuhkan di lokasi reruntuhan bangunan.

Tim USAR Basarnas akan bekerja di sektor 5 di Hatay bersama dengan tim Usar Meksiko dan Portugal. Selain tim tersebut, Pemerintah Indonesia akan menurunkan tim medis tipe 2 dan bantuan logistik.

  


Korban Tewas Melampaui 34.000 Orang

Cudi yang berusia 10 tahun diselamatkan 147 jam setelah gempa bumi di Hatay
Tim penyelamat mengevakuasi seorang gadis Suriah berusia 12 tahun, Cudi, dari puing-puing bangunan yang hancur di Hatay, Turki, setelah gempa berkekuatan 7,8 melanda tenggara negara itu, Minggu (12/2/2023). Hatay, yang berbatasan dengan barat laut Suriah adalah provinsi terparah di Turki yang terkena gempa dahsyat. (Photo by Yasin AKGUL / AFP)

Sepekan setelah gempa Turki dan Suriah, lebih dari 34.000 orang dikonfirmasi tewas di kedua negara.

Pusat Koordinasi Darurat Turki SAKOM mengatakan pada Minggu (12/2/2023), korban tewas akibat gempa dahsyat 6 Februari 2023, mencapai 29.605 orang. Adapun korban tewas di Suriah, baik di wilayah yang dikuasai oposisi maupun pemerintah, adalah 4.574 orang. Demikian mengutip laporan CNN, Senin (13/2).

Di tengah angka kematian yang terus menanjak, keajaiban demi keajaiban masih terjadi.

Tim penyelamat dilaporkan berhasil mengeluarkan bayi berusia tujuh bulan dari puing-puring di Hatay, Turki, tepatnya 139 jam setelah gempa dahsyat terjadi.

Di tempat lain di Hatay, seorang anak usia 12 tahun bernama Cudie, juga berhasil diselamatkan setelah terperangkap di antara reruntuhan selama 147 jam.

Media pemerintah Turki melaporkan, di Gaziantep, seorang anak usia 13 tahun berhasil diselamatkan pada Minggu.

"Kamu adalah keajaiban," ujar regu penyelamat kepada anak itu seperti dikutip dari BBC.

Infografis Penyebab Gempa Turki Magnitudo 7,8 dan Lindu Dashyat Sebelumnya. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Penyebab Gempa Turki Magnitudo 7,8 dan Lindu Dashyat Sebelumnya. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya