Liputan6.com, Karyes - Seorang biarawan Yunani menghabiskan seluruh 82 tahun hidupnya tanpa pernah melihat wanita sebenarnya.
Mihailo Toloto, meninggal setelah menghabiskan seumur hidupnya di Gunung Athos.
Melansir Oddity Central, Senin (29/5/2023), biarawan yang lahir pada tahun 1856 ini telah menghadapi kesulitan sejak ia datang ke dunia.
Advertisement
Ibunya meninggal hanya empat jam setelah kelahirannya dan tak ada ayah yang mengklaim kelahirannya. Kemudian ia ditinggalkan di tangga sebuah biara yang terletak di Gunung Athos, pusat monastisisme Ortodoks.
Biksu di sana membawanya masuk dan sejak itu biara menjadi rumah permanennya.
Dibesarkan dan dididik di dalam biara bertembok, Mihailo Toloto menjadi biksu dan dilaporkan tidak pernah berkelana dari gunung sampai kematiannya, pada tahun 1938.
Diketahui bahwa wanita tidak diizinkan menginjakkan kaki di Gunung Athos. Oleh karena itulah, Miahilo Toloto meninggal tanpa pernah melihat seorang wanita pun.
Tentunya, Mihailo Toloto, bukan satu-satunya orang yang belum pernah melihat wanita seumur hidupnya, orang buta pun tak pernah melihat wanita. Namun, yang dimaksud di sini adalah sang biarawan bukan hanya tidak pernah melihat, tetapi juga tidak pernah berhubungan dengan wanita.
Ia menghabiskan seluruh hidupnya di antara sesama biksu dan pengunjung pria.
Setelah kematiannya, sesama teman biksu Mihailo menyelenggarakan pemakaman khusus untuknya.
Mihailo Toloto dipercaya sebagai satu-satunya pria di dunia yang meninggal tanpa pernah melihat, menyentuh, atau berinteraksi dengan seorang wanita.
Mungkin Pernah Bertemu Wanita yang Menyamar
Saking tidak pernah melihat dunia luar, wanita bukanlah satu-satunya hal yang belum pernah dijumpainya.
Menurut sebuah artikel surat kabar lama, biksu Yunani ini juga rupanya belum pernah melihat mobil atau pesawat terbang.
Hal ini dianggap wajar terjadi padanya, mengingat usia dan tempat tinggal Mihailo Toloto.
Menariknya, Mihailo Toloto mungkin memang pernah melakukan kontak dengan seorang atau dua orang wanita dalam dua kesempatan terpisah, meski ia tidak mengetahuinya.
Pada 1920-an, filsuf dan penulis Prancis Maryse Choisy menyamar sebagai seorang pelaut untuk mendapatkan akses ke Gunung Athos.
Selain itu, pada 1930-an, Aliki Diplarakou, wanita Yunani pertama yang dinobatkan sebagai Miss Europe, juga menggunakan penyamaran untuk menyusup ke tempat suci itu.
Mihailo mungkin telah melakukan kontak dengan salah satu atau kedua wanita penyelundup tersebut.
Meskipun kemungkinan besar ia tidak pernah menyadarinya karena penyamaran mereka. Atau ia mungkin benar-benar meninggal tanpa pernah melihat wanita yang sebenarnya.
Advertisement
Puluhan Biksu Thailand Berjalan Kaki ke Candi Borobudur Jelang Perayaan Waisak
Bicara soal biksu, masyarakat Indonesia tengah menemukan pemandangan menarik ketika puluhan biksu terlihat berjalan kaki menuju Candi Borobudur.
Perayaan Waisak akan berlangsung pada Minggu (4/6/2023). Jelang perayaan hari raya tersebut, sebanyak 32 biksu asal Thailand akan berjalan kaki menuju Candi Borobudur di Jawa Tengah.
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Supriyadi seusai melepas 31 Bhante Thodong dari luar negeri menuju Candi Borobudur. Sebelumnya, rombongan tersebut sampai di Indonesia dan diterima oleh Dirjen Bimas Buddha di Kantor Kementerian Agama.
Supriyadi menyambut serta mengucapkan selamat datang pada rombongan dan mengucapkan terima kasih kepada para panitia karena kegiatan yang telah dirancang cukup lama ini dapat berlangsung dengan baik serta lancar.
"Demikian pula lanjut Dirjen pengiriman dharmaduta-dharmaduta dari Thailand ke Indonesia juga berjalan baik dan lancar, melalui dharmaduta Thailand di Indonesia (Bhante Dhammavuddho dan Bhante Wongsin), semuanya dapat dijalankan dengan baik," kata Supriyadi dalam keterangan tertulis, Jumat (12/5/2023).
Biksu Asal Korea Selatan Jadi Salah Satu Chef Paling Dihormati di Asia
Kisah unik lainnya datang dari Korea Selatan, seorang biksu justru sukses berkarir sebagai chef di Asia.
Jeong Kwan bukanlah biksu pada umumnya. Setelah latihan meditasi pagi dan sarapan, dia merawat kebunnya di dalam Baekyangsa, sebuah kuil di Taman Nasional Naejangsan yang indah, selatan Seoul, Korea Selatan.
Dilaporkan CNN Travel, Jeong menerima Icon Award dari Asia's 50 Best Restaurant. Ia dipilih lebih dari 300 anggota akademi penghargaan. Ia dinilai tokoh kuliner yang memengaruhi dan menginspirasi orang lain secara positif.
"Saya sangat terhormat menerima penghargaan itu. Seperti yang Anda ketahui, saya adalah seorang biksu, bukan chef terlatih. Sangat menyenangkan mendengar bahwa orang-orang di seluruh dunia tertarik dengan masakan Korea," kata Jeong Kwan.
"Bahkan dengan penghargaan seperti itu, saya harus tetap rendah hati dan tidak membiarkan kesombongan masuk ke dalam hati saya. Keikhlasan yang tulus adalah cara saya menyapa setiap orang yang saya temui," dia menambahkan.
Advertisement