Liputan6.com, Lagos - Sedikitnya 80.000 orang mengungsi akibat kekerasan antarkomunitas yang terjadi di bagian utara negara bagian Nigeria tengah dalam tiga bulan terakhir, kata seorang pejabat setempat. Sementara itu, pihak tentara tengah memperkuat keamanan untuk mengakhiri bentrokan tersebut.
Sejak Mei, terjadi gelombang serangan di Negara Bagian Plateau antara komunitas penggembala yang umumnya Muslim dan nomaden, dan komunitas petani Kristen. Pemerintah negara bagian itu mengatakan, sekitar 300 orang telah tewas dalam bentrokan tersebut.
Baca Juga
Kepala staf militer Nigeria, Mayjen Taoreed Lagbaja, pada Sabtu (22/7), pergi mengunjungi Mangu, kota di Negara Bagian Plateau, untuk menandai dimulainya operasi khusus untuk "mengatasi" krisis tersebut.
Advertisement
Bentrokan hanyalah satu dari banyak tantangan keamanan utama yang dihadapi presiden baru Nigeria, Bola Ahmed Tinubu. Pihak militer Nigeria juga memerangi jihadis, geng-geng bersenjata berat, dan ketegangan separatis, dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (25/7/2023).
Distrik Mangu telah menjadi salah satu pusat kekerasan baru-baru ini. Desa-desa dijarah dan lahan-lahan pertanian hancur akibat kekerasan yang terjadi.
“Diperkirakan 80.000 warga mengungsi ke 11 kamp di wilayah pemerintah daerah tersebut,” kata Markus Artu, pejabat tinggi di distrik Mangu.
18 Ribu Orang Ditampung di Salah Satu Kamp
Sekitar 18.000 pengungsi ditampung di salah satu kamp itu, yang terletak di sebuah sekolah dasar di Mangu.
Pejabat badan tanggap darurat Nigeria telah mengirim bantuan. Tetapi mereka belum memberi laporan resmi tentang jumlah pengungsi dalam krisis tersebut. Menurut asosiasi penggembala ternak, sebagian komunitas mereka juga telah mengungsi akibat berbagai serangan.
Advertisement