Liputan6.com, Jakarta - Inggris akan mempercepat dimulainya program vaksinasi flu musim gugur dan COVID-19 sebagai langkah pencegahan setelah varian COVID BA.2.86 yang sangat mudah bermutasi ditemukan di negara itu.
Ilmuwan mengatakan BA.2.86, yang merupakan turunan dari varian Omicron, tampaknya tidak akan menyebabkan gelombang penyakit yang parah dan kematian yang besar, mengingat pertahanan kekebalan yang terbangun di seluruh dunia berkat vaksinasi dan infeksi sebelumnya.
Baca Juga
Tetapi Kementerian Kesehatan Inggris mengatakan program vaksinasi tahunan untuk kelompok usia lanjut dan berisiko akan dimulai lebih dini beberapa minggu dari rencana semula mengingat kehadiran varian tersebut, dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (1/9/2023).
Advertisement
“Ketika ilmuwan kami mengumpulkan lebih banyak informasi tentang varian BA.2.86, maka wajar untuk mempercepat program vaksinasi,” kata Menteri Kesehatan Junior Maria Caulfield dalam sebuah pernyataan.
Varian tersebut pertama dideteksi di Inggris pada 18 Agustus, dan program vaksinasi akan dimulai pada 11 September, di mana penghuni panti wreda dan orang berisiko tinggi akan menerima suntikan pertama.
Varian itu pertama kali terdeteksi di Denmark pada 24 Juli setelah virus tersebut, yang menginfeksi seorang pasien berisiko mengalami gejala lebih berat, diurutkan. Selanjutnya, varian tersebut juga ditemukan pada sejumlah pasien bergejala, di pemeriksaan di bandara, dan pada sampel air limbah di beberapa negara.
Inggris telah mencabut kebijakan pembatasan COVID-19 sejak Februari tahun lalu, namun Kepala Eksekutif Lembaga Keamanan Kesehatan Inggris Raya, Jenny Harries, mengatakan varian baru diperkirakan akan tetap muncul.
"Informasi mengenai varian BA.2.86 saat ini masih terbatas, jadi potensi dampak dari varian ini masih sulit untuk diperkirakan," ujar Harries dalam pernyataan.
COVID-19 Varian Eris yang Heboh di Inggris sudah Ada di Indonesia Sejak Maret 2023
COVID varian Eris yang sedang menyebarluas di Inggris ternyata sudah ada di Indonesia sejak Maret 2023. Varian yang dikenal dengan EG.5.1 di Indonesia ini sudah masuk dalam data Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) pada 9 Maret 2023.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Mohammad Syahril, mengungkapkan, kehadiran varian Eris tidak berdampak terhadap keparahan dan kematian akibat COVID-19 di Tanah Air.
"Nah, yang khusus Eris ini, di Indonesia sebetulnya sudah ditemukan bulan Maret yang lalu. Bulan Maret ya, tapi ini tidak berdampak klinis, tidak menyebabkan keparahan dan juga tidak kematian di negara kita," kata Syahril kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon pada Senin, 7 Agustus 2023.
"Dan betul, sampai hari ini tidak ada penambahan kasusnya," dia menekankan.
Advertisement
Temuan 12 Strain Varian Eris di Indonesia
Sebagaimana data yang dilaporkan ke GISAID, tercatat ada 12 strain Covid Eris yang ditemukan di Indonesia. Seluruh sampel yang diteliti berasal dari Jakarta.
"Sudah ada 12 strainnya (varian COVID-19 Eris) yang ditemukan. Semuanya dari sampel di Jakarta dan setelah kita surveilans, tidak ada kasusnya, tidak ada yang bertambah," ujar Syahril.
Mohammad Syahril, melanjutkan, varian COVID Eris termasuk ke dalam kelompok varian XBB, yang merupakan 'anakan' atau turunannya varian Omicron.
"Sebetulnya Eris ini merupakan varian yang dalam kelompok disebut XBB. Kita kan ada beberapa ya, ada XBB.1.5, XBB 1.16 atau Arcturus," katanya.
"Nah, Eris ini masuk ke XBB 1.9.2 yang kita temukan pada 9 Maret yang lalu, terus kita kirim (datanya) ke GISAID," dia menambahkan.