Afghanistan Diguncang Gempa Kedua Magnitudo 6,3, 100 Orang Lebih Terluka

Lebih dari 100 orang terluka dan dilarikan ke rumah sakit akibat gempa ketiga dalam beberapa hari terakhir.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 11 Okt 2023, 13:58 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2023, 13:52 WIB
Gempa Afghanistan
Korban gempa magnitudo 6,3 yang mengguncang Afghanistan kembali bertambah. (AP Photo/Ebrahim Noroozi)

Liputan6.com, Kabul - Gempa bumi kedua melanda Afghanistan. Lindu kali ini hanya selang beberapa hari setelah dua gempa berkekuatan besar di wilayah yang sama hingga menewaskan lebih dari 2.000 orang.

Gempa bumi terbaru bermagnitudo 6,3 terjadi pada Rabu (11/10/2023) sekitar pukul 05.10 waktu setempat, 28 km dari Kota Herat. 

Dilansir BBC, lebih dari 100 orang terluka dan dilarikan ke rumah sakit akibat gempa Afghanistan terkini tersebut. 

Pihak berwenang masih belum dapat mengidentifikasi dampak gempa terbaru secara lebih luas, namun banyak dari mereka tidur di tempat terbuka sejak rumah mereka terlebih dulu hancur akibat gempa pada Sabtu (7/10). 

Seorang saksi mata di pusat Herat, di mana beberapa rumah masih berdiri, mengatakan dia terbangun sambil berteriak dan lari keluar rumahnya. 

"Saya tertidur lelap karena saya belum tidur beberapa hari sebelumnya," katanya kepada BBC.

"Saya belum pernah merasa sedekat ini dengan kematian," katanya, seraya menambahkan bahwa dia berlari tanpa alas kaki ke pinggiran kota, di mana banyak orang yang tidur di tenda sejak gempa pertama terjadi.

 

Korban Tewas Akibat Gempa

Gempa Afghanistan
Warga memakamkan korban gempa Afghanistan secara massal di Distrik Zenda Jan, Provinsi Herat, sebelah barat Afghanistan, Senin (9/10/2023). (AP Photo/Ebrahim Noroozi)

Berdasarkan data pada Senin (9/10), juru bicara Kementerian Bencana Afghanistan Janan Sayeeq mengatakan korban tewas gempa Afghanistan meningkat menjadi 2.445 orang.

Sementara itu, jumlah korban luka direvisi dari sebelumnya 9.240 orang menjadi lebih dari 2.000 orang. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporannya pada Minggu mencatat bahwa total terdapat 202 fasilitas kesehatan umum di Provinsi Herat, salah satunya adalah rumah sakit besar yang menampung 500 korban jiwa.

Sebagian besar fasilitas tersebut merupakan pusat kesehatan dasar yang lebih kecil dan tantangan logistik menghambat operasi, khususnya di daerah terpencil.

"Sementara operasi pencarian dan penyelamatan masih berlangsung, korban jiwa di daerah tersebut belum sepenuhnya teridentifikasi," sebut WHO.

Tak Ada WNI Jadi Korban

Gempa Afghanistan
Warga memanjatkan doa saat memakamkan korban gempa Afghanistan secara massal di Distrik Zenda Jan, Provinsi Herat, sebelah barat Afghanistan, Senin (9/10/2023). (AP Photo/Ebrahim Noroozi)

Berdasarkan informasi terakhir dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI pada Senin (9/10), pihaknya menyebut tidak ada Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam insiden tersebut. 

"Sejauh ini tidak ada WNI korban gempa di Afghanistan," kata Juru Bicara Kemlu RI Lalu Muhammad Iqbal saat dihubungi oleh Liputan6.com lewat pesan singkat, Senin (9/10) sore.

Sementara itu, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo meminta pemerintah, dalam hal ini Kemlu melalui KBRI di Kabul, untuk turut memberikan bantuan kemanusiaan, baik dalam bentuk makanan.

Tak hanya itu, bantuan lain yang bisa diberikan berupa minuman, obat-obatan, pakaian, serta kebutuhan lainnya di tempat pengungsian, maupun bantuan lainnya yang diperlukan.

"Meminta dan mendukung PMI untuk membantu operasi pencarian dan penyelamatan yang saat ini masih berlangsung, dikarenakan korban di daerah bencana belum sepenuhnya teridentifikasi," ungkapnya. 

Bergantung pada Bantuan Asing

Gempa Afghanistan
Seorang anak laki-laki berduka di samping makam adik laki-lakinya yang meninggal akibat gempa bumi di Distrik Zenda Jan, Provinsi Herat, sebelah barat Afghanistan, Senin (9/10/2023). Gempa mematikan yang terjadi pada Sabtu lalu menewaskan dan melukai ribuan orang serta menghancurkan rumah-rumah yang tak terhitung jumlahnya. (AP Photo/Ebrahim Noroozi)

Dikelilingi oleh pegunungan, Afghanistan memiliki sejarah gempa yang panjang, sebagian besar terjadi di wilayah terjal Hindu Kush yang berbatasan dengan Pakistan.

Jumlah korban tewas sering kali meningkat ketika gempa melanda daerah-daerah terpencil. Pasalnya, negara itu telah dilanda perang selama beberapa dekade hingga menyebabkan infrastruktur berantakan dan operasi pertolongan dan penyelamatan sulit dilakukan.

Sistem layanan kesehatan Afghanistan, yang hampir seluruhnya bergantung pada bantuan asing, mengalami pemotongan yang sangat besar dalam dua tahun terakhir sejak Taliban mengambil alih kekuasaan. Banyak bantuan internasional, yang menjadi tulang punggung perekonomian, bahkan dihentikan.

Para diplomat dan pejabat terkait bantuan menggarisbawahi kekhawatiran atas pembatasan Taliban terhadap perempuan dan krisis kemanusiaan global yang terjadi sebagai penyebab para donor menarik kembali bantuan keuangannya.

Pada Agustus 2023, juru bicara Komite Palang Merah Internasional mengatakan bahwa kemungkinan besar mereka akan mengakhiri dukungan keuangan untuk 25 rumah sakit Afghanistan karena keterbatasan pendanaan. Belum jelas apakah rumah sakit Herat ada dalam daftar tersebut.

  

Infografis Kejatuhan dan Kebangkitan Taliban di Afghanistan. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Kejatuhan dan Kebangkitan Taliban di Afghanistan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya