Liputan6.com, Jakarta - Serangan Israel terhadap taman kanak-kanak (TK) dilaporkan oleh kantor berita resmi Palestina, WAFA.
Sumber tersebut melaporkan adanya korban jiwa, termasuk dua anak kecil, dan puluhan orang terluka setelah pesawat tempur Israel menargetkan taman kanak-kanak tersebut.
Baca Juga
Padahal, TK ini telah digunakan sebagai tempat perlindungan bagi para pengungsi yang melarikan diri dari agresi Israel di wilayah lain, dikutip dari laman palestinechronicle, Senin (5/2/2024).
Advertisement
Selain itu, dilaporkan adanya korban jiwa dan puluhan lainnya terluka setelah pesawat tempur Israel mengebom daerah pemukiman di Deir Al-Balah di Jalur Gaza tengah.
Lebih banyak korban luka juga dilaporkan setelah pasukan pendudukan Israel menargetkan sebuah rumah milik keluarga Masran di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah.
Serangan udara Israel juga melanda berbagai wilayah di kota Khan Yunis di Gaza Selatan.
Israel dituduh melakukan genosida di Gaza.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 27,238 warga Palestina telah terbunuh, dan 66,452 terluka dalam genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza mulai tanggal 7 Oktober.
Perkiraan Palestina dan internasional menyebutkan bahwa mayoritas dari mereka yang terbunuh dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.
Hal yang lebih buruk lagi, agresi tersebut telah mengakibatkan hampir 2 juta orang terpaksa mengungsi dari seluruh Jalur Gaza.
Sebagian besar dari mereka terpaksa mengungsi ke kota Rafah di bagian selatan yang padat penduduk, dekat perbatasan dengan Mesir—yang kini menjadi wilayah Palestina. eksodus massal terbesar sejak Nakba 1948.
Israel Fokus Menggempur Rafah
Israel bersiap memperluas serangan lebih jauh ke Gaza Selatan, dekat perbatasan Mesir, setelah mengklaim telah membubarkan Hamas di Khan Younis.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan pada 1 Februari 2024 bahwa keberhasilan dalam perang melawan militan Palestina di Kota Khan Younis di Gaza selatan, tempat Israel melancarkan serangan darat besar-besaran pekan lalu, berarti pasukannya dapat maju ke Rafah. Lebih dari separuh dari 2,3 juta penduduk Jalur Gaza berlindung di daerah itu, di mana sebagian besar mereka kedinginan dan kelaparan di tenda-tenda darurat dan gedung-gedung publik.
"Kami mencapai misi kami di Khan Younis dan kami juga akan menjangkau Rafah serta menghilangkan unsur-unsur teror yang mengancam kami," kata Gallant seperti dilansir The Straits Times.
Pada saat yang sama, Qatar dan Mesir yang bertindak sebagai mediator perang Hamas Vs Israel mengharapkan tanggapan positif dari Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, atas proposal gencatan senjata, yang telah disepakati dengan Israel dan Amerika Serikat (AS) pada pembicaraan di Paris pekan lalu.
Seorang pejabat Palestina yang dekat dengan perundingan mengatakan kepada Reuters bahwa proposal tersebut membayangkan fase pertama selama 40 hari, di mana pertempuran akan berhenti sementara Hamas membebaskan warga sipil di antara lebih dari 100 sandera yang tersisa.
Fase selanjutnya adalah penyerahan sandera tentara Israel dan jenazah sandera.
Otoritas kesehatan Jalur Gaza mengatakan pada 1 Februari bahwa setidaknya 27.019 warga Palestina di wilayah itu tewas akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023, sementara lebih dari 66.000 lainnya terluka.
Advertisement
Hamas Belum Merespons
Seorang pejabat Palestina mengatakan Hamas kemungkinan besar tidak akan langsung menolak usulan tersebut, namun akan menuntut jaminan bahwa pertempuran tidak akan dilanjutkan, sesuatu yang belum disetujui oleh Israel.
Hingga berita ini diturunkan, Hamas belum memberikan tanggapan atas proposal tersebut. Di lain sisi, serangan membabi buta Israel di Jalur Gaza terus berlanjut. Salah satunya, serangan udara terhadap sebuah rumah di Khan Younis yang melukai 13 orang pada 1 Februari.
Seruan sekutu utama Israel, AS, tidak menunjukkan tanda-tanda keberhasilan dalam meringankan penderitaan warga sipil Palestina. Namun, Washington disebut meningkatkan tekanan tidak langsung.
Presiden Joe Biden telah mengeluarkan perintah eksekutif yang menghukum pemukim Yahudi yang menyerang warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki.
Peringatan PBB
Kantor kemanusiaan PBB pada Jumat telah menyuarakan keprihatinan mengenai pertempuran di Khan Younis yang telah memaksa lebih banyak orang mengungsi ke Rafah.
"Saya ingin menekankan keprihatinan mendalam kami terhadap meningkatnya pertempuran di Khan Younis, yang mengakibatkan peningkatan jumlah pengungsi internal yang mencari perlindungan di Rafah dalam beberapa hari terakhir," kata juru bicara kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA) Jens Laerke, seperti dikutip The Guardian.
"Ribuan warga Palestina terus mengungsi ke wilayah selatan, yang telah menampung lebih dari separuh populasi yang berjumlah sekitar 2,3 juta orang ... Kami khawatir akan apa yang akan terjadi selanjutnya."
Advertisement