Liputan6.com, Tel Aviv - Militer Israel pada Sabtu (2/3/2024) menjanjikan penyelidikan menyeluruh dan jujur atas tewasnya ratusan warga Palestina yang mengantre bantuan di Jalur Gaza pekan ini.
Tragedi tersebut menuai kecaman dan seruan untuk penyelidikan internasional.
Baca Juga
Otoritas kesehatan Jalur Gaza mengungkapkan 118 orang tewas dalam serangan Israel pada Kamis (29/2). Mereka menyebut peristiwa itu sebagai pembantaian.
Advertisement
Israel membantah angka-angka tersebut dan mengklaim sebagian besar korban terinjak-injak atau tertabrak ketika massa mengerumuni truk bantuan.
"Kami sedang menyelidikinya, kami memiliki semua dokumentasi yang kami perlukan untuk melakukan penyelidikan menyeluruh dan jujur terhadap fakta dan kami akan menyajikan temuan kami," kata juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari kepada wartawan di Tel Aviv, seperti dilansir CNA, Minggu (3/3).
Dia mengklaim bahwa tank-tank Israel hadir untuk mengamankan koridor kemanusiaan agar konvoi yang terdiri dari 38 truk pembawa bantuan dapat melintas.
"Itu adalah operasi kemanusiaan yang kami jalankan dan klaim bahwa kami sengaja menyerang dan melukai orang-orang sama sekali tidak berdasar."
Perundingan Gencatan Senjata Terancam?
Meskipun Israel membantah melakukan pembantaian, namun tragedi pada Kamis telah menggarisbawahi runtuhnya pengiriman bantuan yang tertib di wilayah Jalur Gaza yang diduduki oleh pasukan Israel, tanpa adanya pemerintahan dan badan utama PBB, UNRWA, yang dilumpuhkan oleh penyelidikan atas dugaan relasi sejumlah stafnya dengan Hamas.
Dengan bencana kemanusiaan yang terjadi di Jalur Gaza, banyak negara telah mendesak gencatan senjata.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden sendiri menilai peristiwa yang terjadi pada Kamis akan mempersulit perundingan yang sedang mengupayakan kesepakatan yang melibatkan gencatan senjata dan pembebasan sandera.
Advertisement