Liputan6.com, Washington DC - Donald Trump mengatakan pada Sabtu (16/3/2024) jika dia gagal memenangkan pemilihan presiden pada November, hal itu berarti kemungkinan berakhirnya demokrasi Amerika Serikat (AS).
Calon presiden dari Partai Republik itu mengungkapkan hal itu di hadapan para pendukungnya di Ohio. Trump menyampaikan pernyataan itu setelah mengulangi klaim yang tidak berdasar bahwa kekalahan dalam Pemilu 2020 dari Presiden Partai Demokrat Joe Biden disebabkan oleh kecurangan.
Baca Juga
Dalam pidato yang diselenggarakan di ruang terbuka, diiring oleh terpaan angin kencang dan terkadang terselip kata-kata kasar, Trump menyatakan keyakinannya bahwa jika dia tidak memenangkan pilpres AS pada 5 November, demokrasi AS akan berakhir.
Advertisement
"Jika kita tidak memenangkan pemilu kali ini, saya rasa tidak akan ada pemilu lagi di negara ini," kata Trump, seperti dilansir VOA Indonesia, Minggu (17/3/2024).
Minggu ini, Trump, yang sedang menghadapi tuntutan hukum di Georgia terkait upayanya untuk membatalkan hasil Pemilu 2020 di negara bagian tersebut, berhasil memperoleh jumlah delegasi yang cukup untuk secara matematis memastikan nominasi Partai Republik.
Pertarungan ulang pemilu 2024 dengan Biden kemungkinan akan sangat ketat. Jajak pendapat Reuters/Ipsos pekan lalu menunjukkan bahwa kedua kandidat memiliki dukungan yang seimbang dari pemilih terdaftar.
Di tengah-tengah pidatonya tentang penerapan tarif pada mobil impor, dan persaingan asing dalam industri otomotif AS, Trump menyatakan: "Jika saya tidak terpilih, ini akan menjadi pertumpahan darah bagi seluruh negeri."
Ketika ditanya apa yang dimaksud Trump, tim kampanyenya merujuk pada sebuah postingan di platform media sosial X yang ditulis oleh seorang jurnalis New York Times, yang mengatakan bahwa komentar "pertumpahan darah" Trump muncul di tengah diskusi mengenai industri otomotif dan perekonomian AS.
Ekstremisme Trump
Ketika dimintai tanggapan terhadap komentar Trump terkait "pertumpahan darah", juru bicara kampanye Biden, James Singer, mengecam "ekstremisme" Trump, "nafsu balas dendam", dan "ancaman kekerasan politik" yang ia sampaikan.
Trump juga menarik perhatian dari kalangan kulit hitam dan Hispanik, pemilih yang akan memainkan peran kunci dalam menentukan hasil pemilu tersebut.
Trump mulai mengejar ketertinggalan dengan Biden dalam jajak pendapat opini dengan pemilih non-putih, yang merupakan bagian inti dari koalisi kemenangan Biden saat ia mengalahkan Trump pada 2020.
Advertisement
Tarik Perhatian Pemilih
Trump mengutip tema kampanye utama, bahwa terlalu banyak imigran ilegal menyeberangi perbatasan AS-Meksiko sejak Biden menjabat, dalam upayanya menarik perhatian pemilih.
“Tidak ada yang lebih dirugikan oleh invasi migran Joe Biden selain komunitas besar Afrika-Amerika dan Hispanik,” kata Trump. Dia mengklaim tanpa memberikan bukti bahwa imigran ilegal telah mengambil pekerjaan mereka.